Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mental Bertanggung Jawab pada Kehidupan

25 Maret 2019   21:23 Diperbarui: 28 Maret 2019   16:47 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dikutip dari dakta.com : Para pendiri Bangsa sedang berdebat gagasan tentang bagaimana konsep sebagai Negara Merdeka

Bagaimana Soekarno, Moh. Hatta dan tokoh-tokoh lain seperti Tan Malaka dalam berpikir merumuskan nama baru Hindia Belanda yaitu Indonesia berserta konsep kenegaraannya?

Ilustrasi dikutip dari dakta.com : Para pendiri Bangsa sedang berdebat gagasan tentang bagaimana konsep sebagai Negara Merdeka
Ilustrasi dikutip dari dakta.com : Para pendiri Bangsa sedang berdebat gagasan tentang bagaimana konsep sebagai Negara Merdeka

Mereka sekelompok Manusia yang mempunyai mental bertangung jawab pada hidupnya. Bukan tidak mungkin, jika seorang Manusia dapat mempertanggung jawabkan hidupnya sendiri ia juga akan bisa bertanggung jawab pada hidup orang lain. 

Mereka dan masih banyak yang belum tersebutkan dalam perumusan menjadi Indonesia adalah manusia-manusia bertanggung jawab itu. Bukan hanya bertangung jawab pada diri tetapi juga bagaimana mereka bertanggung jawab juga pada tatanan kehidupannya yang saat itu masih terjajah.

Ketika semesta  telah mendukung, dan munculnya kesadaran negara-negara terjajah untuk merdeka menentukan nasibnya sendiri. Sejak jauh mereka-pun tokoh kemerdekaan Indonesia sudah mengungkapkan ide-ide merdeka itu. 

Jadi dalam hal ini, tidak ada yang salah dari gagasan, tidak salah juga berpikir tentang apa yang belum terjadi. Kini Dunia telah berubah, penjajahan Bangsa atas Bangsa, Manusia atas Manusia semakin sedikit jumlahnya. Sebagai kaum muda kita memang harus mengubah pola itu. Tetapi, tetap bertanggung jawab pada kehidupan kita.

Jika kau dapat merumuskan saat ini atau masa depan apa yang akan terjadi, pikirkanlah! Jadikan itu sebagai acuan dimana kau akan mulai beranjak menjadi Manusia yang baru di jaman yang terus berubah. Kita "anak muda" adalah pendobrak jaman seperti mereka yang mendobrak cara lama menentang kolonialisme. Untuk itu jadilah Manusia yang baik dalam memandang dan melaksanakan kehidupan. Kita adalah Manusia petarung saat ini untuk masa depan mereka generasi setelah kita.

Ketika dalam pikiranmu berbisnis adalah cara untuk mensejahterakan dirimu sendiri, lakukanlah, karena ketika kau sudah sejahtera, mensejahterakan orang lain akan menjadi kebutuhanmu. Begitupun ketika kau menganggap bahwa Industerilasisasi saat ini mengancam ketahanan pangan kita dan generasi selajutnya di masa yang akan datang, buatlah trobosan baru cara menanam dengan lahan minim saat ini. 

Dan jika suaramu ingin di dengar, menulislah untuk di pelajari manusia yang akan datang besok. Dalam narasi Sejarah bangsa kita, Anak muda bukanlah Manusia pengekor yang hanya ikut-ikutan. Mereka adalah penggangas ide yang ulung dengan perjuangan yang hebat atas nama diri dan bangsanya.

Apa lagi dengan narasi kini di tahun Politik. Anak muda enggan bahkan tanpa berpikir, mereka hanya menyerang yang berbeda pandangan politik dengannya dan mencari simpati buta demi memuaskan hasrat pada ide-ide palsu yang diciptakan para politkus tentunya palsu juga. 

Mengapa saya anggap palsu? Karna dalam realitanya kini, sistem Demokrasi sendirilah yang banyak melahirkan Politikus pragmatis. Banyak dari mereka masuk Politik tanpa ide, tanpa kerja nyata bagi masyarakat sebelumnya dan mereka para Politikus pragmatis menganggap bahwa; kekuasaan politik hanya uang, menjadi-pun dengan uang, setelah jadi-pun mencari uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun