Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sinetron dan Fenomena Iklan di Negeri Paling Kapitalis

6 Februari 2019   23:20 Diperbarui: 6 Februari 2019   23:25 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : bamburuncing.id

Jelas, menurut saya inilah evolusi per-sinetronan Indonesia muktahir. Dari dulu sinetron Indonesia tidak beranjak sebagai dirinya yang baru, berbeda dan tentunya berkualitas setiap jamannya. 

Sinetron indonesia tetap dengan cerita yang sama, jika tidak percintaan pasti harta menjadi temanya. Paling kalau ada cerita yang berbeda pasti tidak jauh dari religi, azab dan pasti itu-itu saja, membosankan!

Sebenarnya saya bukanlah pencinta sinetron. Karna sudah ketebak alur berserta arus ceritanya, jadi malas saya menontonnya. Tetapi ketika berada diruang keluarga mau tidak mau saya harus menonton sembari berkumpul dengan keluarga. 

Hanya sinetron-lah yang menjadi hiburan untuk emak-emak, bapak-bapak, tidak ketinggalan adek-adek. Mungkin bisa terjadi karna sinetron hiburan yang ada di Televisi Indonesia paling menarik saat ini. Mengikuti acara politik malah bikin pecah kepala penonton Televisi itu sendiri, dimana isinya cuma gontok-gontokan argumen tanpa mencerdaskan masyarakat.

Pertanyaan kapan evolusi kualitas sinetron indonesia dimulai jelas masih masih  sangat jauh dari harapan. Mending pertanyaan itu tidak usah dilontarkan dan simapan dalam pikiran. Karna hanya akan menjadi pertanyaan saja, sebab tidak akan pernah tahu kapan akan dibuktikan dengan realita. Biaralah kita bertanya pada rumput yang bergoyang saja, mungkin akan ada jawabnya suatu saat nanti.

Oleh karna itu tidak lebih evolusi sinetron kini tidaklah dibuktikan dengan karya yang segar. Malah yang terjadi saat ini, sinetron menjadi ajang iklan produk industri ditengah tayanganya. Jelas tidak ada yang salah, sinetron-pun bisa menghidupi dirinya sendiri karna adanya iklan. Tetapi bagi saya lucu, ketika istirahat jeda-pun iklan tetap masuk. Menjadi pertanyaan adalah mengapa harus ada iklan ditengah tayangan? Bagi saya itu membuat noise alur cerita itu sendiri.

Cerita menjadi kabur dengan retorik bintang sinetron dalam menjelaskan prodak. Bukan bintang iklan sendiri mungkin yang menjadi sebab bahwa rasanya aneh ketika bintang sinetron menjadi sales prodak apapun termasuk perodak makanan-makanan instan yang sering diiklankan. Ada gestur yang berbeda dan justru kurang menarik dibandingkan yang sengaja diatur murni sebagi iklan dalam jeda. Saya mengira keadaan ini mungkin akan menjadi tonggak evolusi awal, dimana sinetron adalah iklan dan iklan mungkin juga sebagai sinetron.

Iklan dan jenis baru arogansi pasar

Pendapat dari para inteluktual muktahir tidak jarang menempatkan indonesia sebagi negara paling kapitalis di dunia. Secara tidak langsung-pun saya harus meng-iyakan-nya dengan bukti berbagai macam iklan yang ada diruang-ruang publik saat ini. Tidak jarang di Jalan, Terminal, Stasiun dan fasilitas-fasilitas publik lainnya dipenuhi dengan Pamflet iklan. Bahkan iklan sendiri sudah biasa dilihat ditempel dikendaraan umum seperi Bus, Angkot dan Kereta.

Dalam pengertiannya Ikalan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Untuk itu ketika tidak menjadi arogan mengisi ruang-ruang publik mungkin prodak mereka tidak akan diketahui oleh publik.

Itulah realita yang terjadi saat ini dimana kapitalisme sedang pada abad kejayaannya. Tidak ada ruang bebas karna setiap ruang adalah potensi pasar yang menjajikan dari berbagi prodak induatri saat ini. Rasanya dalam kehidupan muktahir ini setiap ruang dieksploitasi prodak-prodak industri tanpa ampun. 

Saya tidak melawan sistem Kapitalisme ini karna masyarakat sudah sepakat dalam hal ini. Sebagai masyarakat yang demokratis kritik juga perlu sebagai anggota masyarakat itu sendiri supaya kehidupan bermasyarakat kita menjadi lebih baik.

Bagi saya tidak semua ruang-ruang kehidupan kita adalah pasar bagi industri. Saya berpendapat harus ada regulasi dari pemerintah untuk mengatur kembali ruang mana yang sebaiknya untuk iklan dan bebas dari iklan prodak industri. Karna sejatinya harus ada ruang kehidupan estetik yang harus bebas dari eksploitasi iklan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun