Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perusahaan Alih Daya Senjata Menekan Kelas Pekerja

5 Februari 2019   15:59 Diperbarui: 5 Februari 2019   16:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pekerja jika ingin bertahan di Perusahaan Alih Daya itu haruslah berani, disini yang saya maksud adalah berani untuk diperkosa oleh Perusahaan Alih Daya tersebut. Karna mau tidak mau pekerja harus menerimanya. 

Lapangan pekerjaan yang bersaing membuat para pekerja Perusahaan Alih Daya berpikir dua kali untuk memulai bekerja di lain tempat dengan harapan- harapan yang baru. Ke-tidak-mampu-an memandang masa depan baru tidak bersama perusahaan alih daya membuat para pekerja menamatkan diri pada nasibnya tersebut sebagai bagian dari Perusahaan Alih Daya itu.

Apa yang terjadi pada setiap keinginan adalah dihadapkan pada realitas. Setelah semua itu terlalaui keadaanya seperti di dalam sebuah laut. Hamparan air yang tidak terkira membuat saya sebagi pekerja berspekulasi, tenggelam dengan pasti melihat terumbu karang atau berenang dengan menentukan arah lalu mendamparkan diri dipulau terdekat. Kini saya dihadapkan dua pilihan itu antara tenggelam dengan kepastian dan berenang dalam pengharapan. Saya seperti ikan tuna tidak berkontingen. Pada dasarnya ikan adalah kontingen, mereka berenang bersama-sama mengalami ketidakpastian.

Dalam perjalanan kontingen ikan tuna, yang mereka inginkan bisa makan dan mempunyai rasa aman. Mereka tidak pernah tahu predator seperti ikan paus ada didepanya. Seperti yang sudah - sudah mereka (dibaca: ikan tuna) hanya sedikit berpikir, toh jika termakan tubuh hanya masuk kedalam perut kosong yang besar. Paus datang memangsa itulah mimpi buruk yang harus dijalani. Samudra besar menyimpan misteri termasuk jaring-jaring harapan yang dibuat manusia. Pikiran ikan tuna jaring yang dibuat manusia itu baik, setidaknya dapat mengamankan mereka dari predator.

Namum mereka tidak tahu apa yang dimaksud manusia. Ikan tuna itu dieksploitasi secara halus yang diberi keamanan untuk dijual belikan dan terpenting untuk sebuah keuntungan. Menjalani hidup penuh resiko mau tidak mau harus dijalani situna. Tetapi yang kita tidak sadari situna memiliki begitu banyak pilihan.

Salah satu pilihanya adalah tidak menjadi kontingen. Situna bisa saja berdiam dengan apa yang ada namun harus menerima kepastian yang ada didepanya. Nasibnya sekarang ada pada kondisi luarnya. Jika datang badai makanan berlimpah ruah. Batu yang berbentuk goa cukup untuk dirinya sendiri sekedar mencari keamanan. Pada akhirnya situna memilih mandiri dan menerima dengan apa yang ada.

Diapun berujar dengan penuh kesadaran bahwa berinvestasi intelektual menghadapkan diri pada harapan ketidakpastian dan cenderung merasakan tindakan eksploitatif.

Harapan ketidakpasian merupakan nama yang paling pasti untuk menilai mekaninasi Perusahaan Alih Daya. Jika para pekerja dihadapkan dengan Perusahaan Alih Daya yang adil, itu berarti nasibnya sedang baik. Tetapi jika pekerja dihadapkan dengan keadaan Perusahaan Alih Daya yang sebaliknya jalan terbaik untuk Pekerja Alih Daya adalah sebagi pekerja penerima nasib yang diberikan Perusahaan Alih Daya. Jika dia tidak berkontingen berarti keluar dari lingkaran untuk membuat lingkaran sendiri dengan memulai usaha sendiri.

 Perbedaan upah dengan pekerja perusahaan induk

Upah pekerja Perusahaan Alih Daya yang hanya sebatas Upah Minimum Regional berbanding terbalik dengan upah pekerja Perusahaan Induk. Dari aspek jaminan kepada pekerja Perusahaan Induk-pun jauh melampaui beberapa kali lipat pekerja Perusahaan Alih Daya. Inilah bentuk salah satu ketidakadilan antara pekerja alih daya dan pekerja perusahaan induk alih daya. 

Alasan logis yang diberikan perusahaan mengupah pekerja induk perusahaan dengan upah yang tinggi dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang tinggi. Jika itu sebagai alasan fundamental alasan seperti itu tidaklah logis. Umumnya post pekerjaan yang ditempati para pekerja induk adalah post-pos yang mudah dikerjakan dan tidak terlalu berat berjuang seperti para pekerja alih daya yang langsung bersentuhan dengan alat-alat produksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun