Sebenarnya ada beberapa pengertian dari endorsement. Kata ini biasa digunakan dalam bisnis, asuransi dan pemasaran. Namun di dalam semesta milenials, kini endorsment berarti mendukung produk apa yang akan diendroskan. Biasanya endors sendiri produk-produk industri yang dijual dipasaran untuk diperkenalkan. Cara endors sendiri terbilang unik yaitu memanfaatkan media sosial sebagai sarananya.
Kaerna tujuan endors memasarkan, diharapakan produk itu laku karna di endros orang-orang seperti public figure atau selebritis di media sosial tentunya dengan segudang pengikut. Tidak jarang media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube dan Path sering digunakan untuk hal ini. Mengapa endors mengunakan media sosial? Karena media sosial-lah yang terbilang efektif dan efisien dalam hal memasarkan.
Dengan menjalarnya endors sendiri membuat manusia semakin kreatif di zaman milenials kini. Sebab ada potensi kapital (uang) yang didapat dari pelaku endors itu sendiri.
Manusia abad ini berlomba untuk tenar di media sosial dengan cepat. Bahkan tenar di media sosial dijadikan cita-cita tempat mengantungkan pendapatan untuk menopang kehidupan. Tidak heran jika peradaban kini mencipakan Vlogger yang hebat, Blogger yang karismatik dan para selebgram yang mempunyi jutaan pengikut.
Kemajuan teknologi dapat mengubah manusia menjadi sangat kreatif. Tentunya dapat pula menjadi kaya mendadak. Perlahan industri telah menemukan sarananya kembali untuk promosi produknya dengan biaya yang murah. Teknologi seakan memudahkan kita berakselerasi pada akses ekonomi yang lebih dimudahkan. Tidak ada sekat diantara kapital, industri dan kreatifnya manusia. Mungkin peradaban kedepan merupakan peradaban yang sangat kreatif dimana teknologi dan industri menjadi penopangnya.
Karena lebih mudah mencari uang dengan cepat secara kreatif di media sosial maka, kreatif sendiri akan menjadi stimulus mendemostrasikan karya manusia dengan harapan perolehan kapital.
Tetapi sistem ini bukan tanpa problematika, menurut saya ada yang tidak etis dari endorsment muktahir ini. Tidak jarang dari mereka yang tidak cukup kreatif mengandalkan tubuh dan sexsualitas mereka sebagi bahan jualannya kepada calon pengikut di media sosial.
Semakin mengumbar seksualitas, kecantikan dan keglamoran akan mengundang ketertarikan banyak pengikut. Mereka berharap semakin banyak pengikut di media sosial endorsment akan masuk dan akhirnya akunnya berpedapatan lalu bermimpi untuk kaya mendadak menjadi mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H