Jadi sangat sulit bahkan tidak ada argumentasi logis, tentang isu yang besar dan diperdebatakan. Hanya saja di ruang-ruang tongkrongan kampung obrolan hanya berkutat argumentasi mistis yang sama sekali jauh dari rasional. Memang wajar karna berpolitik dalam desa tidaklah perlu terlalu berpikir ide, ekonomi dan tetek bengeknya seperti berpolitik skala nasional tertera dalam debat pilpres.
Oleh sebab itu pendekatan mistis sangat terasa jika akan diadakan Pilkades. Karna pemilih desa bukanlah pemilih yang cenderung berpikir. Bukan tidak ada yang berpikir tetapi hanya beberapa dari keseluruhan.
Pemilih desa dominan suka pada calon, terkadang ada pula dominan tanda-tanda hitung-hitungan mistik sebagai dasar dia memilih. Berbeda dengan nasional yang hanya berkutat pada penggiringan opini di media-media besar untuk menarik simpati pemilih.
Inilah yang membuat Pilkades lebih menarik dari Pilpres. Tidak ada ukuran ekstabilitas calon, tidak ada kekutan modal, karna semua calon sudah dipastikan bermodal. Menurut saya, politik desa adalah politik uang tetapi uang tidak menjajikan kemenangan calon kades itu sendiri. Rata-rata setiap keluarga menerima uang dari semua calon.Â
Analisis saya, calon kades dapat terpilih karna kemurahan hati pemilihnya itu sendiri. Realitas di lapangan satu keluarga itu membagi suaranya untuk semua calon itu. Dalam politik desa, keberuntungan memihak siapa dialah yang menang. Perbedaan yang kontras dengan Pilpres di mana faktor politik identitaslah yang akan mempengaruhi pemenang.