Membuat dewasa, berhenti akan ketidakterimaan dalam hidupnya. Mungkin sesuatu itu akan menyembuhkan kesadaran akan sesuatu yang lebih tinggi pada akhirnya.Â
Ujaran-ujaran yang ada sangat menghawatirkan. Saat ini genggamlah tanganmu dengan api kepalsuan dibalut dengan es dari antariksa. Mudah-mudahan engkau tenang dipergantian musim ini. Musim dimana teh dengam ketawarannya mampu meleburkan jiwamu yang sakit. Gerak tubuh bisa menyembuhkan pikiranmu yang suntuk dan kebersihan tunganganmu yang engkau perlukan sebagi tempat kedua dalam kehidupanmu.
Menunggu esok berlelahi lagi dengan waktu. Kita harus teruji bertahan tanpa ampun pada senjata-senjata hidup yang sebernarnya ganjil. Membuat tidak tenang ketika rupiah habis, ludes seketika. Entah lamunan akan membawaku pada berapa kata yang bisa terucap malam ini. Bintang terang kembali, bulan terlihat lebih sabit dari hari sebelumnya.Â
Aku merasa badanku tidak enak, tetapi aku harus bergerak dan melawan itu. Hariku menunggu besok, tidak seru hari tidak melawan aku besok. Tidur dan untuk tersembuhkan, aku harap tidur dalam kota ini akan tetap pulas. Seharusnya malamnya hari, berarti malamnya tanpa gema, sebenarnya ini hari dalam rangka perayaan apa? Seakan gema sampai malam keluar dari corong-corong biru yang mengelegar bagai surga yang akan diturunkan besok pagi. Sudahlah nyatanya itu bukanlah harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H