Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebiasaan Berhutang dan Sikap Konsumtif

2 Mei 2017   15:31 Diperbarui: 2 Mei 2017   21:56 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan mengkritik atau menghalangi orang untuk membeli. Saya hanya ingin mengajak berpikir sebelum kita membeli sesuatu. Apakah benar kita butuh atau hanya sekedar mementingkan hasrat belanja yang semakin membuat candu? Dijaman yang serba ada dan serba mudah ini kita memang mempunyai hak untuk membeli apapun termasuk barang-barang yang belum tentu kita butuhkan. Sebenarnya bukan masalah bagi saya tetapi saya mengira itu masalah untuk anda. Kalau anda punya uang banyak berbelanja sebanyak-banyaknya itu bagus untuk perekonomian. Tetapi kalau uang anda tidak banyak namun hasrat belanja anda tidak terkontrol akan jadi masalah untuk anda dan teman anda.

Sebenarnya saya tidak mau mengurus urusan orang lain tetapi saya juga heran terkadang saya mau tidak mau juga tetap direpotkan dengan urusan orang lain. Tetapi ya sudahlah karna saya sadar saya manusia juga. Aneh memang dia yang berbuat untuk dirinya tetapi ketika dirinya terjepit oleh apa yang dilakukannya akhirnya orang lain harus kena juga. Saya tidak habis pikir ternyata sejengkal kesalahan satu manusia bisa berdampak pada manusia lainnya. Mungkin inilah radiasi sosial yang harus kita terima.  

Karna pengalaman sayapun ingin menulisnya disini. Bukan saya tipikal orang yang kejam ya, tetapi dipikiran saya hutang kepada orang lain apalagi orang itu mempunyai besaran gaji yang sama, bekerja ditempat yang sama dan menerima gaji ditanggal dan hari yang sama itu manusia yang sama sekali jauh dari rasional. Mengapa saya bilang bukan manusia rasional? Pasti antara satu sama lain ada perbedaan gaya hidup yang harus sama-sama dijalani. Dan yang menjalani hidup dengan hutang sana-sini berarti mereka tidak berpikir dalam bertindak, karna apa? Dia tidak mengamankan dirinya dari kekurangan keuangannya.

Saya mau berbagi cerita, saya punya teman dia satu pekerjaan dengan saya yang kebetulan kita satu team. Suatu hari dia meminjam uang pada saya karna saya baru masuk kerja diperusahaan belum lama sayapun belum mengetahui karakter temen saya satu persatu. Tetapi ini bukan kali pertama saya diminta untuk menghutangi temen. Dibanyak tempat saya sering dimintai untuk dihutangi uangnya. Tetapi dimanapun ada yang berhutang pasti dia salah dalam menjalani gaya hidupnya. Sepertinya fenomena ini merupakan takdir yang dibuat oleh diri kita sendiri.

Satu bulan berlalu, kita semua menerima gaji karna gaji merupakan hak dari kariawan yang sudah bekerja. Temen yang hutang kepada saya kebetulan konsisten orangnya tetapi jangan salah banyak juga temen yang hutung pura-pura lupa hutungnya itu. Karna temen kitapun agak risih nagihnya, terlebih kalau sehabis gajian ditagih sudah bilang habis untuk sana sini. Sudahlah sebaiknya diiklasin aja, tidak akan dibayar masalahnya. 

Sesaat teman membayar hutang yang kebetulan sehabis gajian, sayapun dibuat mengasumsikan hal yang pasti bahwa teman saya ini salah dalam memperlakukan gaya hidupnya. Dia memperlihatkan baju baru yang baru saja dia beli. Tentu saja kalau membeli karna itu kebutuhan karna belum punya atau kurang wajar tetapi saya dibuat heran dengan baju-baju lain yang banyak jarang dipakai padahal masih bagus-bagus. Mengherankan memang tetapi inilah realitas dan ketika keuangan mereka kurang hutang merupakan jalan alternatif yang harus dilalui. Bukankah hutang itu ke teman-teman juga?

Seharusnya dalam bertindak seseorang itu harus bisa memperhitungkan bagaimana setelah ia melakukan tindakan itu. Apakah dampak yang diterima akan menjadi baik untuk diri sendiri dan orang lain? Bukankah aneh jika menjadi konsumtif tetapi merepotkan orang lain dengan cara berhutang? 

Betul memang sih, ada istilah jawa yang mengatakan " ajining menungso soko busono " ( ajinya manusia dari busananya) tetapi kapan kata-kata itu muncul? Kata-kata itu muncul itu jaman kolonial saat kebutuhan orang hidup masih sedikit. Caba bayangin kebutuhan sekarang? Apa-apakan dibikin untuk butuh, maka dari itu rasionalitas memang sangat perlu dalam memilah dan memilih yang namanya kebutuhan. Jaman sekarang kita harus tahu mana kebutuhan an mana keinginan. Tetapi hal yang terpenting dari semua itu adalah kurangi  merepotkan orang lain dengan cara berhutang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun