Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Pengalaman, Tulisan, dan Saya

30 Agustus 2016   18:51 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:25 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumen pribadi

Pengalaman adalah sesuatu yang pasti oleh karena itu pengalaman bisa menjadi kebijaksanaan bagi diri sendiri. Menjalani kehidupan sama halnya akan dihadapkan dengan pengalaman – pengalaman itu. Sejengkal langkah merupakan penghantar yang baik untuk diceritakan, ditulis bahkan dibagikan kepada orang – orang yang ingin tahu. Tulisan diakun kompasiana saya ini merupakan tulisan yang sebagaian besar  ditulis spontan di akun facebook saya. Disini saya bercerita tentang realitas hidup yang saja jalani dan gagasan – gagasan tulisan saya yang sebagian besar mucul secara intuitif.

Dari sekian pembahasan yang saya tulis tidak lepas dari keterpengaruhan sistem ekonomi, politik, sosial dan budaya bahkan agama. Manusia tidak bisa lepas dari sistem – sitem itu membuat saya berjalan dengan sistem yang bercampur aduk berdampingan bersama pengalaman. Saya menganggap, saya adalah orang yang beruntung. 

Saya terlahir dari keluarga yang biasa saja, karena dari aspek kesejahteraan dan pendidikan sayapun biasa saja. Kebanyakan orang dahulu didesa tidak berpendidikan itulah yang dialami orang tua saya. Tetapi saya merasakan sedikit kekecewaan karena saya tidak dilahirkan diperjuangkan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Tidak berpendidikan secara formal seharusnya sadar akan pendidikanpun belum disadari oleh orang tua saya. Namun disinilah sisi keberuntungan saya, dimana saya harus melawan ketidaksadaran akan pendidikan itu. 

Saya bangga sekaligus kecewa pada orang tua saya. Saya kecewa karena tradisi perjuangan untuk berpendidikan dari leluhur saya masih urung untuk diperjuangkan.  Hadiah atau keberuntungan terbesar dari orang tua, beliau membiayai saya sekolah sampai lulus sekolah menengah pertama. Walaupun hanya berbekal pendidikan sekolah pertama saya tidak mau menyerah begitu saja dalam hal berpendidikan.

Setelah lulus sekolah menengah pertama saya diajak kerabat bekerja dijakarta. Saya bekerja diperusahaan alih daya yang bergerak dibidang infrastruktur telkomunikasi. Jiwa baru sebagi seorang perantaupun terbentuk. Mempunyai banyak kenalan dan mengenal banyak daerah menjadikan diri saya kaya akan pengalaman kenyataan dan rasa. 

Diselah – selah letihnya bekerja, saya tersadar akan suatu nasib. Saya sadar nasib orang tua tidak seperti orang tua lain yang bisa memberikan biaya untuk anaknya sekolah dengan tingkat yang tinggi. Bekerja dengan hasil yang minim dan sedikit sekali warisan membuat orang tua saya gigih berjuang. Keberuntungan saya dilahirkan dari keluarga biasa saja yang gigih dalam setiap perjuangannya. Sayapun menyadari salah satu jalan perjuangan untuk keluar dari keadaan gelap ini dengan cara berdikari, mengusahakan sendiri setiap keinginan luhur yang tertunda oleh nasib.

Memulai merantau ke jakarta diawal tahun 2009 sampai saat ini 2016,  jalan yang saya lalui kota-kota seperti Tanggerang, Cirebon, Indramayu, Banjarnegara dan saat ini dikebumen. Tujuh tahun mengenal dunia yang beragam, bahkan berkunjung sampai plosok-plosok daerah tersebut. Sungguh jalan pendewasaan dari pengalaman yang begitu sangat kaya.

Saya berprinsip disetiap langkah saya walaupun sejengkal haruslah melangkah maju. Menjadikan diri lebih baik merupakan bagian fundamental perjuangan yang saya yakini. Dengan begitu banyak kesempatan, sayapun tidak mau melewatkan diri pada setiap kesempatan-kesempatan yang ada. Fasilitas yang sudah saya dapatkan dari kringat saya sendiri haruslah menjadi bagian dari perjuangan itu. Walapun belum begitu fantastis, kemauan sangatlah pantas untuk diapresiasi. 

Kesediaan dan kemauan saya mengejar ketertinggalan pendidikan sangatlah berharga. Ditahun 2011 saya mengikuti paket C di sawangan Depok, Jawa barat dan ditahun 2013 masuk di salah satu perguruan tinggi di Kebumen, Jawatengah. Saya menjalani ini semua apa adanya, tidak ada tuntutan untuk diri menjadi berprestasi disekolah bahkan saya juga tidak menuntut harus punya ijazah. Pengalaman lebih penting dari apapun termasuk prestasi.

Pengalaman adalah segalanya, dialah tempat belajar, tempat menjajaki diri sendiri dan tempat dimana realitas itu berada. Pengalaman tidak akan pernah membuat kekangan kepada kita. Saya berpendapat justru pengalamanlah yang membebaskan. Meskipun saya merasa atau tidak merasa ada keterikatan mewujudkan setiap gagasan yang terbentuk oleh keinginan. 

Pengalaman perjalanan untuk mewujudkan adalah yang utama. Bagi saya hasil dari gagasan tidaklah begitu penting. Setiap pengalaman yang terlalui melampaui setiap hasil itu sendiri. Sekali lagi pengalaman adalah hal yang paling membebaskan. Ciptakanlah pengalaman-pengalamam itu, saya mulai menciptakan pengalaman baru dengan menulis disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun