Mohon tunggu...
KOMiK Community
KOMiK Community Mohon Tunggu... Freelancer - Komunitas Pencinta Film

KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) | Komunitas Pencinta Film yang Hobi Nonton dan Nulis. Join Us: Facebook (KOMiK), Twitter (@komik_ksiana), dan Instagram (@KOMiK_Kompasiana).

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tetap di Rumah, Nonton "The Music of Silence"

22 Mei 2020   13:43 Diperbarui: 22 Mei 2020   18:11 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos Bardi dan The Maestro (sumber: entertainment-focus.com)

Pandemi dikarenakan Covid-19 benar-benar mengubah pola hidup kita. Banyak sektor yang terimbas, salah satunya industri perfilman. Namun, pecinta film sebenarnya tidak perlu merasa cemas.

Pasalnya, mereka tetap bisa mendapatkan hiburan dengan menyaksikan film-film berkualitas di rumah. Salah satu layanan streaming yang memberikan banyak pilihan tontonan adalah Mola TV.

Film yang kami rekomendasikan untuk ditonton pada minggu ini di Mola TV Movies adalah "The Music of Silence". Mengapa film ini kami sarankan untuk ditonton, berikut ulasannya.

Film "The Music of Silence" merupakan biopik dari Andrea Bocelli. Siapakah dia? Hemmm pastinya sebagian besar dari Kalian telah mengenalnya. Ia penyanyi besar asal Tuscany, Italia, dengan genre musik opera.

Nama Andrea Bocelli masuk dalam jajaran penyanyi-penyanyi tenor kelas dunia. Lagu-lagunya hingga sekarang masih banyak diputar dan di-cover. Sebut saja "The Prayer", "Time to Say Goodbye", dan "Canto della Terra", dan masih banyak lagi. 

Dalam film drama musikal ini dikisahkan masa kecil Andrea Bocelli hingga ia memasuki episode-episode penting yang menentukan karier bermusiknya. Ia menggunakan nama alter egonya, Amos Bardi.

Sinopsis Ceritanya
Film diawali dengan Andrea Bocelli yang malam itu sedang bersiap-siap untuk pentas. Ia nampak asyik menulis kisah hidupnya. Ia memilih menggunakan nama Amos Bardi karena ia menyukai nama tersebut dan terdengar indah.

Cerita kemudian bergulir ketika Amos Bardi lahir. Kedua orang tuanya, Edi (Luisa Ranieri) dan Sandro (Jordi Molla) begitu gembira. Namun kegembiraan itu mulai terusik ketika hingga usia lima bulan, bayi Amos masih sering menangis.

Ibunya merasa putranya kesakitan. Ketika ia membawanya ke dokter rupanya ia mengalami congenital glaucoma. Satu matanya masih bisa melihat, tapi daya penglihatannya terbatas. Keduanya disarankan untuk membawa Amos untuk menjalani operasi.

Amos rewel setiap kali dioperasi. Ibunya kewalahan. Ia baru kelihatan anteng apabila mendengarkan musik opera yang diputar di sebelah ruangan. Minat Amos akan musik opera makin terlihat.

Asisten rumah tangganya mengajak Amos ke kamar pamannya, Giovanni (Ennio Fantastichini) jika ia sedang membangkang. Pamannya suka sekali akan musik. Ia punya banyak koleksi piringan hitam. Ia memberitahukan kepada Amos sejumlah nomor opera terkenal.

Ketika memasuki usia sekolah, ia disarankan untuk belajar Braille. Ia pun dimasukkan ke sekolah tunanetra. Amos berontak, ia merasa tak betah. Namun ketika seorang guru memberitahukan bakat bernyanyinya dan mengajaknya berlatih bernyanyi, ia pun mulai merasa senang.

Amos kemudian mengalami masa-masa buruk ketika mengalami kecelakaan saat bermain sepak bola. Ia semakin kesulitan melihat, matahari terasa hilang. Pamannya mencoba mengobati kesedihannya dengan mengajaknya ke sebuah kontes bernyanyi.

Ia berhasil menang kontes tersebut. Tapi kemudian masa-masa puberitas membuat suaranya berubah. Amos merasa frustasi dan sedih. Ia merasa tak mampu lagi bernyanyi.

Hingga suatu ketika, Amos yang sudah dewasa (Toby Sebastian) mulai lagi bernyanyi sambil bermain piano. Seseorang teknisi piano mengenalkannya pada seorang maestro yang banyak melatih penyanyi opera terkenal.

Maestro Suarez Infiesta (Antonio Banderas) kemudian mengenalkannya dengan teknik bernyanyi yang baru. Sebuah metode pelatihan yang ketat dengan banyak diam, pantang merokok, dan tidur berkecukupan. Sebuah seni musik kesunyian.

Tontonan Menyenangkan Bagi Penggemar Musik
Dari segi cerita, kami berempat, menyukai film ini. Ia menggambarkan sosok Andrea alias Amos apa adanya. Ia tidak digambarkan sempurna. Ia tetap seperti anak kecil lainnya, yang kadang-kadang membangkang dan pernah berbohong.  

Alur ceritanya pada bagian awal agak lambat. Kemudian alur disajikan cepat, penonton diajak menjelajah ke dunia waktu dari Amos Bardi remaja dan dewasa. Beberapa bagian mungkin terkesan terburu-buru. Namun mungkin karena keterbatasan durasi, kami dapat memakluminya.

Dari segi detail dan sinematografi, ia menggambarkan pedesaan Tuscany, tempat Amos dibesarkan seperti layaknya rumah-rumah pedesaan Italia pada akhir tahun 1950-an. Cerita kemudian banyak menggunakan latar tahun 1980-an pada masa Amos mulai dewasa.

Untuk urusan akting, Antonio Banderas dan Jordi Molla, yang berperan sebagai sang maestro dan Sandro sudah tak lagi diragukan. Toby Sebastian yang berperan sebagai Amos Bardi dewasa sebenarnya tak buruk, biasa saja.

Kemampuannya yang lebih menonjol adalah bernyanyi. Kualitas suaranya cukup bagus dan teknik bernyanyi operanya juga lumayan mengingat teknik bernyanyi opera begitu sulit.

Suara Toby Sebastian sebagai Amos Bardi cukup bagus (sumber gambar: popsugar.com)
Suara Toby Sebastian sebagai Amos Bardi cukup bagus (sumber gambar: popsugar.com)
Oh iya  Toby Sebastian ini rupanya saudara dari Florence Pugh, aktris yang tahun ini mendapatkan nominasi Oscar lewat perannya sebagai Amy di "Little Women". Toby sendiri namanya makin dikenal ketika ia berperan sebagai Trystane Martell dalam serial "Game of Thrones".

Sementara Antonio Banderas juga sebenarnya tak asing dengan genre musikal. Ia pernah bernyanyi dalam film "Evita". Ia juga tampil mengejutkan dengan membawakan lagu "Phantom of The Opera" bersama Sarah Brightman.

Adanya berbagai lagu opera berkualitas memang menjadi pesona tersendiri dari film ini. Kami pun dapat menjamin bahwa siapapun yang menontonnya pasti akan terhibur meskipun kita sendiri tidak tahu arti liriknya apa. Apalagi beberapa lagu di antaranya telah familiar di telinga seperti  "O Sole Mio", "Nessun Dorma' dan "Time to Say Goodbye".

Watak Amos Bardi dalam Film
Salah satu hal utama yang kami suka dari Amos Bardi adalah ia mampu berdamai dengan dirinya sendiri, atas kekurangan yang ia alami.

Terlahir dengan kondisi memiliki gangguan penglihatan tentu bukanlah hal mudah. Kami tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau menjadi seperti Amos Bardi, belum tentu kami kuat. Jika kami ada di posisinya, bukan tak mungkin kami akan mengutuki diri sendiri seumur hidup.

Ini juga bukan hanya soal keterbatasan dalam melihat di mana dunia seolah hanya hitam saja dan tidak ada warna. Namun andai kita berada di posisinya, kita juga harus siap dalam menghadapi cemoohan dan sikap memandang sebelah mata dari orang-orang di sekeliling.

Saat masih kecil, Amos Bardi memang sempat tidak menerima kondisinya. Itu terlihat ketika ia dimasukkan ke sekolah khusus tuna netra, ia justru menangis dan sempat menolak pada ibunya untuk disekolahkan di sana.

Seiring berjalannya waktu, Amos semakin bisa menerima dirinya sendiri. Ia bisa bersosialisasi dengan temannya yang senasib dengan dirinya. Sejak kecil, ia bahkan sudah percaya diri untuk berbaur dengan orang-orang normal lainnya dan bahkan tampil bernyanyi di hadapan orang banyak.

Memang, ada masa dimana mentalnya menurun ketika ada orang yang meremehkannya, entah meremehkan kemampuannya ataupun kekurangan fisiknya.

Amos kecil takut bersekolah di institut tunanetra (sumber gambar: kino.ee)
Amos kecil takut bersekolah di institut tunanetra (sumber gambar: kino.ee)
Misalnya saat seorang kritikus opera bernama Vanini mengatakan secara blak-blakan bahwa ia meragukan kemampuan Amos untuk tampil karena kekurangan fisiknya. Di saat itulah mental Amos sempat menurun.

Namun bagi kami mental yang naik turun itu wajar karena itu juga terjadi pada orang pada umumnya. Terlepas dari kondisi mentalnya, pada akhirnya Amos selalu bisa menerima dirinya sendiri.

Selain itu, karakter Amos yang patut menjadi perhatian adalah ia seorang pribadi yang mencintai apa yang ia lakukan serta tipikal orang yang mau belajar dan mendengarkan orang lain.

Ini terlihat ketika Amos mempelajari musik sejak kecil dan konsisten hingga dewasa. Ia mencintai apa yang ia lakukan, bahkan sampai-sampai ia menjadikan musik sebagai satu-satunya alasan ia buat hidup.

Ia juga tipikal orang yang mau berproses karena seiring berjalannya waktu kemampuan bermusiknya semakin berkembang. Dari awal mulanya hanya bisa menyanyi saja, ia kemudian jago dalam memainkan alat musik seperti piano.

Amos juga kemudian pandai bermain piano (sumber gambar: IMDb.com)
Amos juga kemudian pandai bermain piano (sumber gambar: IMDb.com)
Meskipun Amos sudah mahir dalam bernyanyi, ia juga tak merasa paling jago dan terus ingin belajar. Ketika seorang maestro memberikannya masukan untuk lebih peka dengan suara dengan cara disiplin dalam diam dan mengurangi berbicara, ia mendengarkannya

Amos Bardi dalam film "The Music of Silence" ini juga memiliki watak yang jujur, cerdas, berani, teguh pendirian, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Ketika makan bersama keluarga, Amos kecil menolak untuk menghabiskan makanannya.

Ia merasa tidak suka dengan makanan itu karena baginya makanan itu tidak enak. Pahit memang mendengar pernyataan itu, apalagi bagi Ibu yang sudah berusaha keras untuk memberikan masakan terbaik bagi anaknya. Namun Amos mencoba mengatakan apa yang memang ia rasakan.

Keberaniannya jangan ditanya. Sebagai penderita glaucoma berat, Ia berani menunggangi kuda dan mengendarai motor. Sebuah hal yang sangat menantang, bagi mental dan jiwanya. Apakah ini semua dilakukannya dalam dunia nyata. Ternyata ya, memang tokoh ini merupakan penggambaran Andrea Bocelli dalam kehidupannya.

Amos juga memiliki semangat pantang menyerah dalam menggapai suatu impian. Sempat putus asa, ketika suara merdunya berubah karena akil balig. Ia sempat merasa kehilangan jati dirinya.

Namun, setelah bertemu dengan guru musiknya The Maestro, ia kembali yakin bahwa dengan suara yang ia miliki, ia mampu menjadi penyanyi tenor terbaik seperti Luciano Pavarotti. Di dalam studinya pun, walaupun dengan keterbatasan fisik ia mampu menyelesaikan kuliahnya di jurusan hukum.

Dan yang paling kami sukai dari tokoh ini adalah sifat ketawadhuannya terhadap guru. Ia tidak merasa sok hebat ketika ditawari untuk berduet dengan Zucchero, penyanyi rock terkenal pada zamannya di Italia. 

Sebelum memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, ia meminta izin terlebih dahulu kepada gurunya untuk berduet. Jika gurunya ridho, maka ia akan berduet dengan Zucchero, namun jika Maestro tidak menyetujuinya, Amos tak akan melakukannya. Sikap yang sangat patut dicontoh bagi seluruh murid di dunia ini.

Amos tekun berlatih di bawah bimbingan The Maestro (sumber gambar: Variety.com)
Amos tekun berlatih di bawah bimbingan The Maestro (sumber gambar: Variety.com)
Pesan Dalam "The Music of Silence"
Amos Bardi tidak sukses dengan mudah, melalui film "The Music of Silence", ada pesan tersirat yang mendalam lewat judulnya. Jika dalam bahasa Indonesia "The Music of Silence" diartikan sebagai musik dalam keheningan, frase ini sungguh menarik dan berkaitan dengan salah satu adegan kunci dalam film.

Maestro Suarez Infiesta lah yang menggagas konsep ini ketika melatih Amos menjadi penyanyi opera. Maestro Suarez menyatakan bahwa untuk menjadi penyanyi opera, Amos harus berada dalam keheningan total, yaitu kondisi dimana Amos bahkan bisa mendengarkan desiran angin yang mengenai rambutnya, serta detak jantungnya sendiri.

Amos memiliki kondisi yang spesial, seiring dengan penglihatannya yang tidak memadai, justru indera pendengarannya menjadi sangat tajam, inilah yang justru menjadi nilai tambah bagi Amos.

Kepekaan dalam keheningan tidak sulit dicapai oleh Amos, sehingga nantinya akan berguna baginya untuk mengetahui sekecil-kecilnya gerakan dari para pemain opera.

Kepekaan saja tidak cukup untuk mencapai sukses, Amos juga harus melewati banyak halangan untuk menggapai mimpinya. Faktor kerja keras, kegigihan, semangat, serta dukungan dari keluarga dan sahabatnya menjadi hal yang penting dan tidak ternilai.

Salah satu kalimat yang memotivasi Amos dalam film ini salah satunya pada adegan ayahnya memarahinya karena ia berani berenang pada kondisi laut ombaknya sangat tinggi.

  • "Kalau mereka menunggang kuda, aku harus menunggang harimau"
  • "Kalau yang lain melompati rintangan, aku harus melompati gunung"
  • "Kalau ingin seperti orang lain, aku harus melakukan lebih baik dari mereka"

Ketiga kalimat ini merupakan pemecut bagi Amos untuk terus berkarya dan berjuang. Amos tidak ingin orang-orang menganggapnya tidak bisa melakukan apapun atau bahkan dianggap selalu perlu bantuan dari orang lain. 

Amos mendambakan kehidupan yang bisa berhasil layaknya orang-orang pada umumnya. Amos menyadari bahwa untuk mencapai itu semua ia harus berjuang dengan sangat keras berkali-kali lipat dari usaha orang lain

Ket gambar: Andrea Bocelli saat ini (sumber: postperspective.com)
Ket gambar: Andrea Bocelli saat ini (sumber: postperspective.com)
Nonton "The Music of Silence" di Mola TV Movies
Jadi apa yang dimaksud dengan the music of silence? Kalian bisa memahami dan mengetahuinya lebih jelas maksud dari sang maestro dengan menyaksikan keseluruhan film ini di Mola TV.

Kalian bisa menyaksikan "The Music of Silence" di Mola TV Movies. dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota Mola TV. Setelah subscribe, maka Kalian bisa langsung  menyaksikannya via aplikasi mobile di smartphone atau menontonnya di laptop. Oh iya Mola TV ini punya banyak pilihan film, baik film keluarga, film anak-anak, maupun film dewasa. Juga ada tayangan olah raga dan tayangan langsung.

Mola TV juga memiliki program donasi melawan Corona, jadi sambil menyaksikan hiburan, Kalian bisa ikut berdonasi membantu mengatasi pandemi Covid-19 ini.

(Penulis Admin KOMiK:  Dewi Puspasari, Linda Erlina, Noval Kurniadi, Yogi Setiawan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun