Ini terlihat ketika Amos mempelajari musik sejak kecil dan konsisten hingga dewasa. Ia mencintai apa yang ia lakukan, bahkan sampai-sampai ia menjadikan musik sebagai satu-satunya alasan ia buat hidup.
Ia juga tipikal orang yang mau berproses karena seiring berjalannya waktu kemampuan bermusiknya semakin berkembang. Dari awal mulanya hanya bisa menyanyi saja, ia kemudian jago dalam memainkan alat musik seperti piano.
Amos Bardi dalam film "The Music of Silence" ini juga memiliki watak yang jujur, cerdas, berani, teguh pendirian, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Ketika makan bersama keluarga, Amos kecil menolak untuk menghabiskan makanannya.
Ia merasa tidak suka dengan makanan itu karena baginya makanan itu tidak enak. Pahit memang mendengar pernyataan itu, apalagi bagi Ibu yang sudah berusaha keras untuk memberikan masakan terbaik bagi anaknya. Namun Amos mencoba mengatakan apa yang memang ia rasakan.
Keberaniannya jangan ditanya. Sebagai penderita glaucoma berat, Ia berani menunggangi kuda dan mengendarai motor. Sebuah hal yang sangat menantang, bagi mental dan jiwanya. Apakah ini semua dilakukannya dalam dunia nyata. Ternyata ya, memang tokoh ini merupakan penggambaran Andrea Bocelli dalam kehidupannya.
Amos juga memiliki semangat pantang menyerah dalam menggapai suatu impian. Sempat putus asa, ketika suara merdunya berubah karena akil balig. Ia sempat merasa kehilangan jati dirinya.
Namun, setelah bertemu dengan guru musiknya The Maestro, ia kembali yakin bahwa dengan suara yang ia miliki, ia mampu menjadi penyanyi tenor terbaik seperti Luciano Pavarotti. Di dalam studinya pun, walaupun dengan keterbatasan fisik ia mampu menyelesaikan kuliahnya di jurusan hukum.
Dan yang paling kami sukai dari tokoh ini adalah sifat ketawadhuannya terhadap guru. Ia tidak merasa sok hebat ketika ditawari untuk berduet dengan Zucchero, penyanyi rock terkenal pada zamannya di Italia.Â
Sebelum memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, ia meminta izin terlebih dahulu kepada gurunya untuk berduet. Jika gurunya ridho, maka ia akan berduet dengan Zucchero, namun jika Maestro tidak menyetujuinya, Amos tak akan melakukannya. Sikap yang sangat patut dicontoh bagi seluruh murid di dunia ini.
Amos Bardi tidak sukses dengan mudah, melalui film "The Music of Silence", ada pesan tersirat yang mendalam lewat judulnya. Jika dalam bahasa Indonesia "The Music of Silence" diartikan sebagai musik dalam keheningan, frase ini sungguh menarik dan berkaitan dengan salah satu adegan kunci dalam film.