Mohon tunggu...
KOMiK Community
KOMiK Community Mohon Tunggu... Freelancer - Komunitas Pencinta Film

KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) | Komunitas Pencinta Film yang Hobi Nonton dan Nulis. Join Us: Facebook (KOMiK), Twitter (@komik_ksiana), dan Instagram (@KOMiK_Kompasiana).

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tetap di Rumah, Nonton "The Music of Silence"

22 Mei 2020   13:43 Diperbarui: 22 Mei 2020   18:11 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos juga kemudian pandai bermain piano (sumber gambar: IMDb.com)

Ketika memasuki usia sekolah, ia disarankan untuk belajar Braille. Ia pun dimasukkan ke sekolah tunanetra. Amos berontak, ia merasa tak betah. Namun ketika seorang guru memberitahukan bakat bernyanyinya dan mengajaknya berlatih bernyanyi, ia pun mulai merasa senang.

Amos kemudian mengalami masa-masa buruk ketika mengalami kecelakaan saat bermain sepak bola. Ia semakin kesulitan melihat, matahari terasa hilang. Pamannya mencoba mengobati kesedihannya dengan mengajaknya ke sebuah kontes bernyanyi.

Ia berhasil menang kontes tersebut. Tapi kemudian masa-masa puberitas membuat suaranya berubah. Amos merasa frustasi dan sedih. Ia merasa tak mampu lagi bernyanyi.

Hingga suatu ketika, Amos yang sudah dewasa (Toby Sebastian) mulai lagi bernyanyi sambil bermain piano. Seseorang teknisi piano mengenalkannya pada seorang maestro yang banyak melatih penyanyi opera terkenal.

Maestro Suarez Infiesta (Antonio Banderas) kemudian mengenalkannya dengan teknik bernyanyi yang baru. Sebuah metode pelatihan yang ketat dengan banyak diam, pantang merokok, dan tidur berkecukupan. Sebuah seni musik kesunyian.

Tontonan Menyenangkan Bagi Penggemar Musik
Dari segi cerita, kami berempat, menyukai film ini. Ia menggambarkan sosok Andrea alias Amos apa adanya. Ia tidak digambarkan sempurna. Ia tetap seperti anak kecil lainnya, yang kadang-kadang membangkang dan pernah berbohong.  

Alur ceritanya pada bagian awal agak lambat. Kemudian alur disajikan cepat, penonton diajak menjelajah ke dunia waktu dari Amos Bardi remaja dan dewasa. Beberapa bagian mungkin terkesan terburu-buru. Namun mungkin karena keterbatasan durasi, kami dapat memakluminya.

Dari segi detail dan sinematografi, ia menggambarkan pedesaan Tuscany, tempat Amos dibesarkan seperti layaknya rumah-rumah pedesaan Italia pada akhir tahun 1950-an. Cerita kemudian banyak menggunakan latar tahun 1980-an pada masa Amos mulai dewasa.

Untuk urusan akting, Antonio Banderas dan Jordi Molla, yang berperan sebagai sang maestro dan Sandro sudah tak lagi diragukan. Toby Sebastian yang berperan sebagai Amos Bardi dewasa sebenarnya tak buruk, biasa saja.

Kemampuannya yang lebih menonjol adalah bernyanyi. Kualitas suaranya cukup bagus dan teknik bernyanyi operanya juga lumayan mengingat teknik bernyanyi opera begitu sulit.

Suara Toby Sebastian sebagai Amos Bardi cukup bagus (sumber gambar: popsugar.com)
Suara Toby Sebastian sebagai Amos Bardi cukup bagus (sumber gambar: popsugar.com)
Oh iya  Toby Sebastian ini rupanya saudara dari Florence Pugh, aktris yang tahun ini mendapatkan nominasi Oscar lewat perannya sebagai Amy di "Little Women". Toby sendiri namanya makin dikenal ketika ia berperan sebagai Trystane Martell dalam serial "Game of Thrones".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun