Mohon tunggu...
Kompasianer Medan
Kompasianer Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Komunitas Kompasianer Medan

Komunitas Kompasianer Medan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Danau Toba, Keindahan Alam dan Warisan Budaya yang Wajib Dilestarikan

18 September 2021   19:29 Diperbarui: 21 September 2021   14:04 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah keunikan dari Danau Toba yang wajib dilestarikan dan menjadi sejarah yang pastinya akan sangat membuat kagum para wisatawan. Ya, itulah Heritage of Toba yang harus kita lestarikan dan jaga selalu.

Begitu banyak cerita baik itu mitos atau legenda yang membeberkan siapa manusia pertama yang digelari Si Raja Batak?

Ada legenda atau mitos Boru Deak Parujar, Putri Batara Guru, aspek pertama dari Mulajadi Na Bolon sebagi Trimurti.

Putri penenun ini turun ke bumi dengan cara melemparkan turak berisi gelondongan benang ke bawah dan memanjat turun, hingga menyentuh tanah di bumi dan menikah dengan Raja Padoha, Naga Pemikul Jagad Raya.

Anak dari hasil pernikahan merekalah diyakini menjadi penghuni huta atau desa pertama di Danau Toba bernama Sianjurmulana yang memiliki persamaan kata 'Sianjur Mula-Mula -- Sianjur Mulajadi -- Sianjur Mula-Tompa', bius pertama yang mendiami Sagala dan Limbong berada di kaki Pusuk Buhit.

Lantas dalam buku Sejarah Batak dikisahkan bahwa Debata Mulajadi Nabolon atau Sang Pencipta, menciptakan sepasang manusia yang kemudian pada generasi ketiga bernama Si Raja Batak yang memiliki dua anak, Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon yang mewarisi dua pustaha atau buku kulit kayu.

Pustaha pertama disebut Pustaha Agong, berisi pedoman kerohanian, kebatinan dan ilmu pengobatan atau ilmu magis. Pustaha Agong ini diwariskan kepada Guru Tatea Bulan.

Sementara pustaha kedua berisi ajaran pemerintahan, diwariskan kepada Raja Isumbaon. Konon kedua pustaha tersebut diwariskan langsung di Pusuk Buhit.

Bercerita tentang Pusuk Buhit, tidak akan ada habisnya sehingga saya sarankan untuk menikmati keindahan dan merasakan bagaimana suasana religi, mendengarkan mitos atau legenda dari bukit dengan ketinggian kurang lebih 2005 mdpl.

Banyak situs yang akan kita jumpai mulai dari awal pendakian hingga sampai ke puncak Pusuk Buhit, misalnya Aek Simarsasar, Batu Hobon, Sopo Guru Tatea Bulan, Sopo Raja Uti, Perkampungan Siraja Batak, Ruma Hela, dan lainnya.

Maka tidak akan lengkap perjalanan Anda ke Danau Toba apabila belum mendaki Puncak Pusuk Buhit dan merasakan gumpalan awan beralun-alun dengan aneka warna bagai peristirahatan dewa-dewa malaikat yang turun dari kayangan, disambut arus Tao-Toba yang sepoi-sepoi basah menimbulkan riak gelombang berwarna-warni, ada hijau, biru, putih dan warna lainnya, merasakan keindahan dan keajaiban alam yang menakjubkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun