Keputusan Ahok menggunakan mesin parpol menuju DKI 1 dianggap menghianati relawan Teman Ahok. Mereka menganggap Ahok tidak konsisten, Ahok tidak komitmen, Ahok tidak menghargai jerih payah perjuangan Teman Ahok yang sudah mengumpulkan sejuta KTP.
Bahkan ada isu bahwa sebagian warga akan menarik lagi KTP-nya sebagai bentuk protes dan tidak percaya kepada Ahok.
Apakah jalur parpol itu bukti pengkhianatan, bukti tidak percaya diri, bukti haus kekuasaan atau bukti kejahatan? Jawabannya adalah belum tentu.
Parpol bisa jadi strategi jitu untuk mulus menuju kursi gubernurnya. Kita tahu betapa hebohnya berita yang mengindikasikan banyak pihak ingin menjegal Ahok ketika menempuh jalur independen.
Jadi, walaupun melalui parpol, Teman Ahok tetap sangat penting seperti halnya relawan Jokowi yang menjadi tempat pulang Jokowi, selain PDIP.
Apa untungnya? Jokowi terbukti berkali-kali tidak diperbudak PDIP, bukan?
Begitu pula Teman Ahok bisa menjadi rumah pertamanya sebelum pulang tunduk ke kepentingan parpol pendukung.
Jalur Parpol tidak berhenti sampai menang atau tidak. Tapi parpol pendukung yang baik bisa menjadi pembela tangguh dalam suara Dewan. Kita ingat betapa gaduhnya DPR RI saat KIH dan KMP masih hot. Semua pimpinan DPR dikuasai penuh oleh KMP. Karena itu, Jokowi sangat disibukkan dengan lobi-lobi politik hingga PAN dan GOLKAR jatuh ke pangkuannya. Konsentrasi presiden pun cukup terganggu dengan kegaduhan itu.
Apakah Ahok harus dipaksa jalur independen hingga senasib Jokowi?
Menurutku, masalahnya bukan tarik KTP atau tidak. Tapi apakah Ahok masih mau mendengarkan suara tulus Teman Ahok? Enggak usah ngotot jalur independen ah....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H