Sambil menikmati gule kambing, edit sedikit foto Pak Jokowi, kemudian bisikan juga kepada Jonru: “Pak, ini ada foto lagi nih, editan bukan?”
Nanti Jonru bisa bilang: “Wah ini asli, Mas!” Dia tidak berani lagi nyebut palsu karena takut disuruh bawa kambing lagi.
Anda beritahu lagi: “Pak Jonru, kalau ini foto Jokowi di Raja Ampat editan Photoshop karena spesial buat Bapak yang suka editan!”
Bahkan saya suka berpikir nyeleneh. Meskipun Sang Fotografer dirugikan dengan komentar Jonru, tapi sebenarnya beliau diuntungkan juga karena karyanya jadi lebih dikenal banyak orang. Nama Anda semakin keren, lho Pak Fotografer yang baik hati….!
Kita tidak perlu nambah biaya untuk mempromosikan nama kita sebagai fotografer handal dan terkenal. Kita tidak perlu capai-capai melakukan itu semua karena sudah di-handle oleh Jonru! Ha…ha..
Berikan saja teguran, peringatan dan “hukuman non-hukum” untuk Jonru! Janganlah mempolisikan dia! Tidak perlu juga terlalu diambil hati! Banyak kerjaan lain yang harus kita lakukan.
Kalau kita mau jujur, kehadiran orang-orang seperti Jonru sudah banyak meramaikan khasanah perhoaxan. Berita hoax memang sangat merugikan, tapi menguntungkan juga.
Untungnya?
Berapa banyak media yang menjadikannya sumber pemberitaan. Bahkan termasuk para kompasioners juga ikut menjadikan bahan artikelnya, termasuk saya.
Kata seorang komentator artikel saya yang berjudul “Amnesti Jokowi Untuk Din Minimi atau Jonru?” begini: “Save Jonru..... gak ada loe gak rame.... :D,” kata Olivia Armasi.