Mohon tunggu...
Komarudin Rizaldi
Komarudin Rizaldi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya komarudin rizaldi asal dari kudus saya mahir dalam digital marketing, sosial media, admin marketplace, writer, customer service dan saya sangat suka sekali dengan menulis entah itu tentang bisnis, teknologi, otomotif, kesehatan dan masih banyak lagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kunjungan Kekaisaran Jepang ke Indonesia: Memperkuat Hubungan Bilateral

26 Juni 2023   10:40 Diperbarui: 26 Juni 2023   10:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunjungan kenegaraan Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako selama seminggu ke Indonesia telah menjadi titik awal yang bersemangat bagi perjalanan keluarga kekaisaran ke luar negeri. Kunjungan ini tidak hanya menandai perkembangan positif dalam hubungan antara Jepang dan negara terpadat di Asia Tenggara, tetapi juga memiliki makna yang lebih mendalam dalam situasi keamanan yang tegang di kawasan Indo-Pasifik.

Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama pasangan kekaisaran ke Indonesia sejak Kaisar Naruhito naik tahta, dan juga perjalanan pertama mereka dengan niat baik sejak tahun 2002. Undangan dari Presiden Indonesia Joko Widodo telah memberikan kesempatan bagi Kaisar Naruhito untuk merangkul budaya Indonesia dan mendorong pertukaran yang telah lama diharapkannya sebelum keberangkatan.

Namun, kunjungan ini juga memiliki arti yang lebih penting karena merupakan kesempatan bagi Kaisar Naruhito untuk mengunjungi negara tempat kedua orang tuanya, Kaisar Emeritus Akihito dan Permaisuri Emerita Michiko, pernah melakukan kunjungan penting di masa lalu. Pasangan kekaisaran ini mengunjungi Indonesia pada tahun 1962 saat mereka masih menjadi putra mahkota dan putri mahkota, dalam upaya memulihkan citra Jepang setelah Perang Dunia II. Mereka kembali mengunjungi Indonesia pada tahun 1991, dua tahun setelah Kaisar Akihito naik tahta.

Saat tiba di Indonesia, Kaisar Naruhito berkesempatan mengunjungi kereta api cepat baru di Jakarta yang dibangun dengan bantuan dana Jepang, serta fasilitas drainase air di ibu kota. Ini adalah tempat yang sangat relevan bagi Kaisar yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari masalah air. Sementara itu, Permaisuri Masako, yang merupakan mantan diplomat dengan pengalaman tinggal dan belajar di luar negeri, menunjukkan minat tulus dalam mencoba seni Indonesia dan berinteraksi dengan generasi muda serta penduduk Jepang di Indonesia.

Pasangan kekaisaran ini tampak santai dan menikmati budaya Indonesia. Kaisar Naruhito bahkan berbincang-bincang dan bercanda dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Jepang, sementara Permaisuri Masako, meskipun menderita penyakit akibat stres, terlihat menikmati pertukaran dengan orang-orang muda.

Secara keseluruhan, kunjungan ini sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak, menurut para ahli. "Kaisar, dengan keinginannya untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama dalam masalah air, adalah tamu yang mudah," kata Yuji Otabe, seorang profesor kehormatan di Universitas Kesejahteraan Shizuoka dan pakar keluarga kekaisaran. Dia menambahkan bahwa "Permaisuri Masako menikmati pertukaran budaya dengan orang muda dan sebagai seorang diplomat, dia sangat ahli dalam hal tersebut."

Dalam upaya Jepang untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara di Global South, kunjungan kekaisaran ini memberikan kontribusi penting dalam memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia, yang juga menjabat sebagai ketua ASEAN tahun ini. Masafumi Ishii, seorang asisten profesor khusus di Universitas Gakushuin dan mantan duta besar untuk Indonesia, mengatakan bahwa kunjungan ini sangat penting secara simbolis maupun praktis. "Fakta bahwa kaisar melakukan kunjungan niat baik pertamanya ke Indonesia sejak menjadi kaisar memiliki arti yang sangat penting," ujarnya. Ishii menambahkan bahwa pemerintah Indonesia telah lama menginginkan kunjungan tersebut, tetapi penundaan terjadi akibat wabah virus corona.

Indonesia, sebagai negara terpadat keempat di dunia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, secara konsisten menerima bantuan pembangunan resmi dan bantuan teknologi dari Jepang sejak periode pascaperang. Kedua negara ini memiliki perekonomian yang saling melengkapi, terutama karena populasi muda Indonesia cocok dengan kekurangan tenaga kerja di Jepang. Pengetahuan teknologi Jepang juga telah banyak dimanfaatkan dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.

Dari segi geopolitik, Jakarta memegang posisi strategis yang sangat penting bagi Jepang dalam fokusnya di kawasan Indo-Pasifik selama satu dekade terakhir. Sebagai salah satu dari delapan negara non-G7 yang diundang ke KTT Hiroshima pada bulan Mei, Indonesia dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan bagi Jepang di masa depan dalam berbagai bidang. "Baik Jepang maupun Indonesia adalah negara maritim, dan bagi kedua negara, memastikan navigasi yang aman dan bebas di Samudra Hindia sangatlah penting," kata Ishii. Inisiatif kerja sama antara penjaga pantai kedua negara menjadi contoh kerjasama tersebut.

Tanda-tanda kerja sama ini melampaui ranah pemerintahan. Menurut survei opini yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang di Indonesia tahun lalu, 59% responden menganggap Jepang sebagai "mitra penting". Angka ini lebih tinggi daripada China (54%) dan Amerika Serikat (46%).

Secara keseluruhan, meskipun kunjungan kekaisaran didasarkan pada pertukaran simbolis, kunjungan ini juga membawa makna yang lebih penting. Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako menghadirkan wajah tersenyum saat berbaur dengan mahasiswa, yang dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat dan berfungsi untuk memperkuat saling pengertian. Namun, ada juga sisi yang lebih sulit yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah dalam membentuk hubungan persahabatan yang lebih kuat dengan Indonesia di masa depan, termasuk dalam bidang ekonomi dan militer. "Kunjungan ini bukan hanya permintaan dari kaisar, tetapi juga melibatkan persetujuan pemerintah Jepang dan Badan Rumah Tangga Kekaisaran," ungkap Otabe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun