Mohon tunggu...
Komar Udin
Komar Udin Mohon Tunggu... Lainnya - Wiraswasta

Membaca, sederhana , politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Study Tour Maut dan Ironi Sistem Pendidikan

17 Mei 2024   14:04 Diperbarui: 17 Mei 2024   14:05 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aneh saja kedengarannya. Siswa yang jelas-jelas masih bersekolah ditempat yang sama dan tdk pernah  menyatakan mengundurkan diri,tapi diwajibkan melakukan registrasi atau  daftar ulang,yang lagi-lagi tidak gratis. Tidakah kebijakan ini hanya cara pihak sekolah mencari uang tambahan yang menguntungkan pihak sekolah semata,sementara org tua siswa harus terus terbebani atas biaya pendaftaran yg dimaksud.
Belum lagi biaya ujian sekolah yang jumlah tidak sedikit.

Kurikulum sekolah yang setiap kali ganti menteri,juga ganti kurikulum  menjadi problem yang menyusahkan orang tua siswa. Kalau dulu buku sekolah bisa diwariskan dari seorang kakak kepada adiknya,sekarang tidak lagi.Siswa harus beli buku pelajaran baru ditengah sulitnya ekonomi orang tua siswa.

Biasanya biaya ujian sekolah untuk kelas tiga SMP atau kelas sembilan maupun ujian utk kelas tiga SLTA atau kelas 12 disertai kewajiban biaya utk study tour sekaligus acara perpisahan siswa dengan pihak sekolah dan teman-temannya.

Bukan cuma biaya ujian yang bersipat wajib,tapi biaya perpisahan siswapun wajib. Itupulalah akhirnya yang dengan terpaksa mendorong  dua orang siswa sekolah Lingga Kencana Depok yang  harus menjadi kuli panggul pasir bangunan agar bisa  membayar uang Studi Tour sebesar Rp. 800.000  ke Sariater Bandung ,dan keduanya pula yg menjadi korban meninggal dari kecelakaan PO bus yg dipaksa beroperasi walau tidak layak jalan.

BIAYA STUDI TOUR
Sah-sah saja kalau pihak sekolah mengadakan acara perpisahan sekolah diluar kota yang biasa dikemas dengan kegiatan study tour. Apalagi dengan maksud edukasi. Masalahnya apakah kegiatan tersebut bersipat wajib, mungkin perlu dipikir ulang. Bukankah setelah ini masih ada lagi tahapan terakhir dari rangkain panjang "ritual" sekolah yg juga harus dilalui siswa yaitu pengambilan Raport siswa yang sudah pasti harus bayar dan memusingkan orang tua siswa.

Disamping itu yg tidak kalah pentingnya adalah besaran biaya study tour yang harusnya ditekan sehemat mungkin. Pihak sekolah dan guru tdk boleh mencari untung dari kegiatan study tour. Dengan menarik biaya tinggi disatu sisi,pada sisi lain  menekan biaya sewa  bus semurah mungkin. Hal ini terlalu beresiko . Bukankah para guru  sudah dapat pivilage tersendiri, punya slot kursi tersendiri berikut tiket masuk tempat wisata, makan dan Snack serta penginapan dan lainnya.

Parahnya kadang ada guru juga membawa anak atau istrinya sehingga terjadi pembengkakan biaya study tour,baik menyangkut sewa bus, tiket masuk tempat wisata, penginapan,biaya makan,door prize dan lainya yang kesemuanya menjadi beban siswa harus membayar  kegiatan lebih mahal.

Pada akhirnya dibutuhkan kesungguhan   pemerintah utk secara ketat melakukan pengawasan terhadap sekolah yang melakukan praktek seperti diatas, dengan membuat regulasi yang ketat termasuk aturan main menyangkut kegiatan Study Tour. kementerian pendidikan harus berani memberi sanksi tegas,atau kalau tidak maka program wajib belajar dan pendidikan gratis hanya ada dalam slogan manis pemerintah saja, sementara orang tua terus-menerus dililit beban biaya sekolah yang pantastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun