Mohon tunggu...
Komar Udin
Komar Udin Mohon Tunggu... Lainnya - Wiraswasta

Membaca, sederhana , politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jargon Netralitas dan Syahwat Kekuasaan NU

26 Januari 2024   08:38 Diperbarui: 26 Januari 2024   08:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaannya dimana komitmen  Amar makrur nahi Munkar PBNU Kalau kasat mata malah mendukung paslon yg posisinya dalam konteks agama  harus disikapi dengan tiga hal seperti tersebut diatas, tapi mengabaikan dan malah mendukungnya.Tidakah ini sama saja dengan mendukung kemunkaran?.

Lalu Dimana pula keberpihakannya terhadap kader NU kalau nyatanya malah tidak mendukungnya,bahkan sering kali meremehkan mereka sebagai kader NU yg sedang ikhtiar memenangkan pertarungan pilpres yg tidak lain demi  memperjuangkan  nasib warga NU juga sebagai bagian terbesar bangsa ini.

Adalah kiyai Abdussalam atau Gus Salam dan Nudirsyah Husein Rois Suriah PCINU Australia, yg secara terpisah  berani mengungkapkan kalau beliau dapat informasi  yang bisa dipertanggung jawabkan bahwa PBNU pernah mengumpulkan pengurus DPW dan PC disalah satu hotel di Surabaya ,dimana pada pertemuan itu hadir Ketum  PBNU dan Rois Aam yang mengarahkan PW dan PC saat itu untuk mendukung Paslon nomor 02.

Pengakuan ini juga dibenarkan oleh salah satu ketua PC yang tidak mau disebut identitasnya, selain itu  beredar video adanya pengurus cabang yg menyampaikan amanat PBNU agar ibu-ibu Muslimat, rekaman video didalam bus, saat menghadiri ulang tahun muslimat ke 78 di GBK Jakarta, agar mendukung dan memenangkan Paslon nomor 02. Maka terkonfirmasilah semuanya secara gamblang kalau PBNU benar-benar tidak lagi netral yang mengayomi semua paslon seperti yg disuarakan ketumnya selama ini.Jelas kini netralitas NU hanya omong kosong  belaka,bahkan sudah menjadi kebohongan publik, karena nyatanya PBNU malah berpihak kesalah satu Paslon.

PBNU  benar-benar sedang menelanjangi dirinya , karena ketidak mampuannya menahan syahwat politik yang begitu besar dengan menabrak norma kepatutan dan kepantasan terhadap nilai dan prinsip yang selama ini dipegang teguh  dar NU yaitu politik kebangsaan, yang selalu berada ditengah semua golongan demi menghindari perpecahan bangsa dengan bersikap netral, baik dilisan maupun perbuatan,bukan malah menceburkan diri  dalam kubangan politik praktis yang memihak salah satu dan memusuhi yang lain.

Mana politik kebangsaan yang selama ini terbukti mampu merekatkan warga NU dan bangsa Indonesia dari keterpecahan oleh politik praktis yang mengarah kepada kekuasaan semata.

Lalu apa bedanya PBNU dengan para politisi yg terbiasa menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan politiknya, sampai- sampai harus berbohong kepada publik seolah netral,  tapi kenyataannya sangat kemaruk  kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.Apa gunanya bicara netralitas kalau pada kenyataannya PBNU malah asik berselancar pada permainan politik praktis  dan mengekor dibelakang politisi yang sedang ngebet  kekuasaan.

Mana komitmen moral PBNU yang selalu berada ditengah,yang mengayomi semua pihak ,kalau nyatanya berpihak kepada salah satu Paslon, apalagi yang nyata-nyata bermasalah , hasil dari keputusan  MK yang cacat hukum dan cacat moral.

Serusak apapun bangsa ini, NU harus tetap kokoh berada di jalurnya, biarlah politisi rusak,aparat hukum bermental rapuh, pemerintahan gemar korupsi dan sejumlah keburukan lainya, tapi NU sebagai pengawal moral bangsa tidak boleh ikut-ikutan  larut keasikan hingga kebablasan seperti mereka.

Kondisi seperti ini harusnya membuka kasadaran bahwa Allah sedang menguji PBNU utk tetap kokoh pada jalurnya seperti  selama , sekaligus membuka ladang  amal baik untuk PBNU dalam penegakan Amar Ma'ruf nahi Munkar, disitulah makam PBNU berada,tempat terbaik yg sangat terhormat , sebagai mana statemen Allah menjadi umat terbaik karena keberaniannya menegakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
Wallahu a'lam.
         Jakarta, 26 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun