Tentu Anies tidak bisa memilih siapa atau dari kelompok mana saja yang harus memilihnya, toh pada dasarnya semua suara punya nilai yang sama dimata undang2, baik dari yang pancasilais maupun yang anti pancasila,dari kelompok paham kiri,tengah maupun kanan yaitu bersipat dan bernilai One man one vot ,satu orang satu suara.Â
Dikalangan sebagian warga Nahdliyin secara berkelakar mengistilahkan nilai dari suara atau coblosan seorang kiyai sama dengan suara coblosan seorang santri, bahkan lebih berani mereka berseloroh suara /coblosan kiyai sama dengan coblosan pelacur yaitu sama-sama satu suara dan buat seorang calon pemimpin yang bertarung ,yang penting adalah kemenangan dari manapun asal muasal pemilihnya,karena kemenangan adalah satu-satunya pintu masuk menjadi penguasa alias orang nomor satu di Republik ini.
 Anies yang  dikenal sebagai figur ambisius tentu saja kalau menang dan jadi presiden 2024-2029  ingin kekuasaannya berlanjut keperiode berikutnya ,maka untuk itu dia harus baik-baik dengan seluruh anak bangsa, kalau tidak maka alih-alih ingin menerapkan Khilafah malah jatuh ditengah jalan karena diinficment oleh MPR dengan alasan makar terhadap pancasila.Â
Jangankan mengganti pancasila dengan khilafah,membatalkan IKN sebagai ibu kota barupun Anis-Muhaimin tidak akan berani melakukannya, bukan karena sudah ada UU yang memayungi IKN sehingga jalannya terlalu jauh panjang dan berliku, apalagi kalau partai pendukung pemrintahnnya kalah banyak dengan oposisi , tapi karena Anies-Muhaimin sebenarnya memahami latar belakang alasan pindahnya ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Adapun kalau selama ini ada pihak-pihak yang gigih menolak,sebenarnya lebih karena ketidakpahaman saja,selain itu ada faktor kecemburuan,karena bisa dibilang IKN adalah bukan cuma prestasi terbesar dari seorang presiden Jokowi lebih dari itu IKN adalah lagesi paling bersejarah yang akan selalu diingat rakyat Indonesia, apalagi gedung IKN akan jadi Icon baru dari pusat pemerintah negara Republik Indonesia yang dampaknya menaikan pamor seorang Jokowi sebagai pemimpin visioner, cakap dan pemberani, yang mampu merealisasikan cita-cita lama presiden pertama Indonesia bung Karno. Pengakuan tersebut bukan cuma dari dalam negeri, tetapi juga dari dunia Internasional.Â
padahal kalau kita teliti lebih jauh pemindahan ibu kota punya tingkat kerumitan yang jauh melebihi proyek mercusuar lain yang pernh dibangun oleh pemerintahan Jokowi, apakah itu jalan, jembatan, embung,danau ,terminal, pasar ,bandara dan lainnya, belum lagi biaya pembangunannya yang super pantastis.
Tidak sampai disitu, pindahnya ibu kota secara otomatis juga memindahkan orangnya ,yang selama ini enjoy  ada pada zona zaman harus pindah, beradaptasi dengan lingkungan dan suasana baru Pada tempat yang baru. Pindahnya manusianya  sebagai sdm  yang akan bekerja 'mengoprasikan' ,mengelola IKN Sebagai pusat kegiatan ibu kota negara Republik Indonesia dengan tuntutan etos kerja yang baru pula dan bukan cuma menempati lokasi baru tapi juga membangun budaya dan peradaban  baru untuk Indonesia yang lbih baik dan hal itu semua terjadi hanya dizaman presiden Indonesia yang ketujuh yaitu Jokowi.
Lalu timbul pertanyaan untuk apa Anies mengusung isu perubahan ?, apa yang dirubah kalau pada akhirnya Pancasila tetap menjadi dasar negara, ibu kota tetap pindah, bahkan Hti dan Fpi tidak bisa dihidupkan kembali ?
Tagline perubahan adalah hasil kemampuan Anies dan Nasdem menangkap atau lebih tetaplah mengkapitalisasi aspirasi dari sebagian masyarakat Indonesia. Mereka yang merasa tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi - Kiyai Ma'ruf Amin menginginkan hal yang berbeda dari apa yang mereka saksikan selama ini. Mungkin sebagian diantaranya menginkan perubahan dasar negara, dikembalikannya ormas Hti dan Fpi sebagai organisasi legal yang diakui pemerintah , setelah putus asa  karena berulang kali ingin menurunkan Presiden Jokowi tidak berhasil.Â
Tagline perubahan juga sengaja diusung untuk mencari pembeda baik dengan presiden  Jokowi itu sendiri juga dengan pasangan Capres-Cawapres lainnya sehingga Anies dianggap antitesa Jokowi, yang akan merubah banyak hal ,padahal kalau kita cermati uraian diatas , perubahan dasar negara pancasila, IKN, menghidupkan lagi Hti dan Fpi peluangnya tertutup rapat.
kalau begitu , lalu perubahan apa lagi yang akan dilakukan Anies - Muhaimin seandainya terpilih menjadi Presiden - wakil presiden?. Mungkin lebih baik kita tidak usah berspekulasi ,kita tunggu saja tanggal mainnya, toh belum tentu juga mereka memenangkan pilpres 2024, karena nasib politik mereka cuma Allah yang tau,tidak siapapun termasuk Anies dan Gus Muhaimin sekalipun. Yang pasti Pancasila tetap Aman, NKRI harga mati.   Wallahua,lam bisshowab.Â