Mohon tunggu...
komaruci.co.id
komaruci.co.id Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi

"Fokuslah menjadi produktif bukan hanya sekedar sibuk saja"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sang Pembaharu yang Disesatkan!!!

5 Agustus 2024   02:38 Diperbarui: 5 Agustus 2024   02:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini di buat untuk mereka yang kehilangan identitas dan terhadap siapapun yang membaca dan mencermati isi tulisan ini secara mendalam, jangan biarkan dirimu menjadi alat perbudakan kaum kapitalis. Mengapa kapitalis? Yah karena Pendidikan yang seharusnya menjadi alat pembebasan di gunakan untuk mencari keuntungan, hal ini tidak lebih dari sebuah Corporate, yang selalu bicara untung rugi. Pengarahan melalui sistem yang di bentuk hanya sebatas memenuhi kebutuhan pasar di rasa menjadi bagian dari agenda Elit global negara maju. Hal ini akan berakibat pada pembatasan pemikiran yang akan melahirkan inovasi, kreatifitas dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahuan.

 

Sejatinya kehadiran pendidikan yakni mewadahi setiap insan untuk menumbuhkan pengetahuan dalam dirinya sehingga bisa terbebas dari kemiskinan  ilmu pengetahuan. Sebagai kritik yang mesti di sampaikan pada setiap insan yang dapat berfikir secara objektif terhadap persoalan yang terjadi di Perguruan tinggi (PT). Penulis sedikitnya menggunakan pendekatan sosiologis dengan hirarki kultural yang hadir di setiap perguruan tinggi. Lantas mengapa hirearki tersebut di bangun bukan nya terbentuk dari buah hasil pemikiran mahasiswa sebagai kaum pembaharu. Sistem yang di bangun oleh pihak yang berwenang memberikan kita jawaban bahwa sungguh mereka tidak mengetahui kebutuhan mahasiswa. Hal ini berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, sungguh miris juga ketika pihak birokrasi selalu mengatakan "jangan bawa budaya luar ke dalam kampus". Ironi sekali jika memang mahasiswa hanya dijadikan  "Anjing peliharaan" yang mesti menuruti setiap kebijakan yang di bentuk oleh birokrasi kampus. Hal ini yang justru akan membuat  yang kritis melakukan upaya perlawanan dengan diskusi serta gerakan
lainya yang dapat memantik pergerakan  dalam kampus. Sikap eksklusif sungguh sudah ketinggalan zaman  dan sangat kuno dikala semua negara membuka diri (Inklusif) terhadap Perubahan yang terjadi.

Sikap eksklusif birokrasi kampus terhadap pemikiran mahasiswa secara tidak sadar membawa dampak negatif yakni terjebak pada ketidaktahuan yang ekstrem, dengan hadirnya kritik pada setiap pergerakan mahasiswa kritis terhadap sistem yang ada dalam lingkungan kampus.  Tidak ayal bentuk kritik mahasiswa yang sering di katakan pro kampus itu tidak mampu bicara langsung dengan mahasiswa kiri apalagi berdebat, mengumpat dan umpatan di belakang menjadi tradisi keseharian nya. Hal ini juga berdampak pada setiap organisasi yang ada dalam kampus mesti menjadi beban bagi yang senang berorganisasi, di lain sisi banyak yang tidak peduli terhadap Organisasi nya sendiri. Bentuk kaderisasi yang di inisiasi mahasiswa kiri dengan kajian yang membuahkan hasil yakni sebuah strategi dengan doktrinasi yang bisa meningkatkan minat Organisasi justru di larang. Bagaimana larangan berkumpul dan bentuk penindasan sudah dilakukan ketika mereka PPKMB dengan doktrin yang kuat agar Mahasiswa baru fokus terhadap akademik yang tidak jelas indikator pencapaian nya itu. Hal demikian melahirkan larangan agar tidak melakukan kegiatan yang di luar akademik ataupun bentuk perkumpulan oleh Organisasi. Bentuk penindasan atas kebebasan mahasiswa untuk menjadi pribadi nya sendiri justru di batasi yang di sisi lain banyak kebutuhan mahasiswa yang tidak mampu terpenuhi oleh birokrasi kampus.

Terkristalisasi nya mahasiswa yang kritis terhadap keadaan di lingkungan Perguruan tinggi (PT) menjadikan mereka mencari wadah yang tepat untuk tumbuh dan berkembang serta
perjuangan melakukan perlawanan terhadap sistem yang melakukan penindasan. Maka terorganisir lah mereka atau sebaliknya mahasiswa kiri di lahirkan dari organisasi intelektual kemudian dalam kampus mereka mendirikan organisasi mahasiswa yang tidak terikat pada kampus. Bentuk kebebasan berorganisasi menjadikan landasan utama mahasiswa untuk secara bebas berkumpul dan berorganisasi. Namun pada realitasnya mereka di batasi oleh aturan yang entah apa landasan nya, bentuk pelarangan terhadap Organisasi ekstra kampus dan menyampaikan pendapat merupakan pembatasan paling nyata. Ini bukan soal pembatasan yang berakibat pada pengkerdilan pemikiran dan Gerakan Mahasiswa tapi lebih dari itu Neo Orde Baru  telah berkamuplase dalam lingkungan akademis. Penulis sadar itu bagian dari upaya dari melindungi kepentingan atau bahkan kekurangan birokrasi beserta sistem yang ada dalam PT. Mau bagaimana pun setiap perjuangan melawan penindasan sering disebut "Para Pemberontak" yang tidak pernah lepas dari intimidasi dan ancaman.

Bentuk pembebasan yang harusnya hadir dalam PT menjadikan mahasiswa terbebas dari kebodohan dan kemiskinan ilmu pengetahuan. Hal itu justru terjadi sebaliknya karena sistem yang tidak baik menjadikan lingkungan Pendidikan sebatas bentuk formalitas akademik belaka. Bentuk normatif terhadap kerja "asal terlaksana" menjadi bagian dari bentuk pengkerdilan terhadap mahasiswa yang berorientasi pada ketertindasan oleh sistem itu sendiri.  Mengapa penulis bahas Hal yang mengacu pada sistem akademik yang lahir di negeri konoha memiliki efek domino terhadap sistem pembelajaran yang ada di PT.  Efek domino yang dilahirkan  itu kemudian di teruskan karena banyak aspek yang menjadikan ketidakmampuan birokrasi yang berwenang
memberikan sistem pembelajaran yang baik dengan tidak mempertimbangkan pada kajian secara akademis. Bentuk pembelajaran tatap muka sudah di tinggalkan tergantikan dengan sistem E-Learning yang tidak tentu arah itu. Terdapat dua variabel efisiensi pembelajaran e learing yakni antara kualitas dosen dan kapasitasnya senantiasa menjaga integritas sebagai kaum terdidik, di lain hal Kesesuaian materi dan mata kuliah yang menunjang peningkatan kualitas mahasiswa sesuai dengan jurusan nya. Sementara variabel itu tidak hadir dan yang terjadi sebaliknya mengingatkan saya ketika berada dalam sebuah kegiatan seminar dan bentuk pembelajaran nya persis demikian, jelas seminar itu satu arah dan PowerPoint menjadi acuan utama. Ruang yang demikian terbatas dan dibatasi.  Di sisi lain mahasiswa yang berada dalam zona aman sering diam dan menikmati proses demikian. Maka dalam ruang-ruang perkuliahan yang mestinya menjadi pembanding justru mereka dianggap menjadi penghambat proses perkuliahan. Lantas bentuk dominasi dalam ruang perkuliahan oleh mahasiswa kiri bukan semata-mata ingin di anggap paling pintar,dengan bahasa intelektual nya yang tidak di mengerti mahasiswa aphatis. Itu menjadi bagian dari upaya pembebasan terhadap penindasan intelektual secara terstruktur dan sistematis.

Maka akhir kata penulis sadar kekurangan perjuangan pembebasan ini tidak konsisten terhadap arah perjuangan, banyak yang menjadi pengkhianat atau bahkan kehilangan nilai-nilai idealisme dengan lebih mengedepankan hal-hal pragmatisme.

Kampus mesti mendapat pembelajaran dari Mahasiswa dan menerima bentuk perlawanan nya, kita sadar itu tidak akan berhasil secara cepat namun perlahan tapi pasti. Namun sebaik-baiknya kita menyembunyikan kekurangan pasti akan terungkap pula di kemudian hari.  Ingatkan satu hal bahwa seperti yang dikatakan oleh Tan Malaka bahwa pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkokoh kemauan dan memperhalus perasaan. Dimana hal tersebut  dimaksudkan bahwa sebuah usaha untuk membebaskan manusia dari kesengsara- an, ketertindasan, dan ketidaktahuan, menjadikan hidup lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya, tidak ada lagi kasta dan pembeda kelas-kelas.

Penulis (komaruci) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun