Â
Memotret Hubungan Sains dan AgamaÂ
Supaya kita memiliki pemahaman yang lebih utuh tentang dinamika hubungan sains dan agama, saya akan mengupas secara singkat bagaimana pola hubungan itu terjadi, merujuk pada buku Ian G. Barbour, "When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or Partners". Pada buku ini,  Barbour  memetakan pola hubungan sains dan agama ke dalam empat pendekatan yaitu, konflik, independensi, dialog, dan integrasi.Â
Di mana posisi kita dan pola hubungan apa yang kita jadikan acuan, akan sangat menentukan perilaku kita dalam keseharian, dan bagi seorang guru tentu saja akan mempengaruhi rancang bangun proses pembelajaran yang akan dilakukan.Â
Pendekatan KonflikÂ
Pada pendekatan ini, kita akan meninjau dua kasus bersejarah sebagai contoh pandangan konflik. Kasus yang pertama adalah pengadilan terhadap Galileo tahun 1633. Gaileo mendukung teori Copernicus bahwa bumi dan planet-planet berputar dalam orbit mengelilingi matahari, dan menolak Ptolomaeus bahwa matahari dan planet-planet berputar mengelilingi bumi. Penyebab digelarnya pengadilan atas Galileo adalah otoritas ilmiah Aristoteles yang mendukung astronomi Ptolomaeus yang diterima secara luas di Eropa sejak abad ke-12.Â
Penyebab lain adalah otoritas kitab suci yang meyakini bumi sebagai pusat alam semesta. Di atas semua itu, peyebab terpenting adalah tantangan Galileo terhadap otoritas gereja. Galileo membuka pintu konflik dengan mengatakan, "Kita harus menerima tafsiran harfiah atas Alkitab, kecuali jika ada teori sains yang terbukti secara tak terbantahkan."Â
Kasus kedua yang bisa dijadikan sebagai contoh dalam pendekatan konflik ini adalah perdebatan seputar teori evolusi Charles Darwin, yang mendapat dukungan dari beberapa ilmuwan lainnya, seperti Richard Dawkins, Daniel Dannett, dan sebagainya. Kini potret populer "perang sains melawan agama" dipertajam oleh media karena kontroversi antara materialism ilmiah  versus  literalisme biblikal. Kedua pandangan ini berasumsi bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan dalam domain yang sama (sejarah alam), sehingga orang harus memilih satu di antara dua.   Â
Pendekatan IndependensiÂ
Suatu cara untuk menghindari konflik antara sains dan agama adalah dengan memisahkan dua bidang itu dalam dua kawasan yang berbeda. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan "masalah" yang ditelaah, "domain" yang dirujuk, dan "metode" yang digunakan.Â
Ini merupakan jenis-jenis pembedaan yang tegas, tetapi secara keseluruhan mereka membangun independensi dan otonomi dalam kedua bidang ini. Jika ada dua wilayah hukum, sains dan agama pastilah cenderung mementingkan dirinya sendiri dan tak mencampuri yang lain. Pemisahan wilayah ini tidak hanya dimotivasi oleh kehendak untuk menghindari konflik yang tidak perlu, tetapi juga keinginan untuk mengakui perbedaan karakter dari setiap area kehidupan.Â