Mohon tunggu...
Komariah Gadog
Komariah Gadog Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metode Peta Konsep dalam Pembelajaran

20 September 2017   04:31 Diperbarui: 20 September 2017   04:33 14896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mencatat merupakan salah satu aktivitas dalam proses belajar yang bertujuan untuk menambah ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Aktivitas mencatat yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan cara tradisional atau catatan linear. Catatan tradisional berbentuk tulisan-tulisan, menggunakan satu warna tinta, dan menyita banyak waktu sehingga manfaatnya dirasa kurang efektif dan membosankan. Metode mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi, dan memberikan wawasan baru. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses pembelajaran diperlukan cara mencatat yang efektif, salah satunya yaitu dengan menggunakan peta konsep.

Metode Peta Konsep atau disebut juga Mind Mappingatau Concept Mapping. Metode ini dipopulerkan oleh Tony Buzan, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kretivitas dan pengembangan diri pada tahun 1970-an, tetapi aslinya metode ini diciptakan oleh Gelb. Buzan menjelaskan bahwa peta konsep atau mind mappingadalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah yang akan "memetakan" pikiran.[1]

Sedangkan Porter dan Hernacki, menjelaskan bahwa peta konsep merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. peta konsep menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta konsep pada dasarnya menggunakan citravisual dan prasarana grafis lainnya yang membentuk kesan pada otak.[2]

Selanjutnya Femi menjabarkan bahwa metode peta konsep merupakan tekhnik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam. Dengan kata lain ini merupakan tekhnik grafis yang mendorong pemikiran kedua sisi otak, secara visual memperagakan berbagai macam hubungan antara gagasan, dan meningkatkan kemampuan untuk memandang masalah dari berbagai sisi.[3]

Sedangkan dalam pendapat Silberman, peta konsep adalah cara kreatif bagi setiap siswa untuk menghasilkan ide-ide, merekam pembelajaran, atau merencanakan proyek baru. "Mind Mapping is a creativeway for individual students to generate ideas, record learning, or plan a newproject".[4]

Ausubel dalam Dahar, menyatakan bahwa peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit semantik.[5]

Menurut Yamin, "Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi".[6] Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsepkonsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainya sehingga membentuk proposisi.

Menurut Novak dan Gowin dalm Suparno, Peta konsep adalah suatu bagan skematis untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan. Oleh karena belajar akan bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru berkaitan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki.[7]

Dari pendapat pengertian peta konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peta konsep adalah suatu teknik visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak yang menunjukkan ide-ide atau penggambaran pembelajaran dimulai dari konsep yang umum menuju konsep yang khusus tanpa mengindahkan urutan atau topik bahasan yang diingankan. Dengan kata lain peta konsep adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan kedalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif.

Referensi: 

[1] Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 4

[2] Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, h. 15

[3] Femi Olivia, Visual Mapping, (Jakarta: PT Elex Media Komputendo, 2010), h. 13

[4] Melvin. L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2004), h. 59

[5] Ratna Wilis Dahar, h. 150

[6] Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), h. 118

[7] Paul Suparno, dkk., Peningkatan Kualitas Pembelajaran,(Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 56

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun