Mohon tunggu...
Komariah Dahlan
Komariah Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang ibu anak 4 yang juga berprofesi sebagai guru. Saya hobi fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mutiara di Antara Reruntuhan Gempa Lombok

19 Agustus 2018   12:20 Diperbarui: 19 Agustus 2018   12:37 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Komariah S.S

Di ujung handphone seorang rekan mengabarkan sedang berada di pengungsian setelah rumah-rumah mereka roboh dan hancur akibat gempa Lombok pekan lalu, sementara rekan yang lain mengaku jasad neneknya baru bisa dievakuasi setelah 3 hari terperangkap di bawah runtuhan rumah.

Dikutip dari detik.com bahwa jumlah pengungsi akibat gempa Lombok telah mencapai 417.529 orang yang tersebar di berbagai titik daerah di Lombok. Jumlah korban yang tewas tercatat hingga 15 Agustus 2018 adalah 460 orang dengan sebaran di berbagai daerah sekitar Lombok yang juga diguncang gempa yakni Lombok Utara, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah dan juga Bali

Demikian sekelumit fakta yang saya dapatkan terkait gempa Lombok yang hingga hari ini masih dirasakan oleh saudara kita di Lombok sana.

Tak pernah ada seorangpun yang berharap musibah menimpanya.  Gempa bumi yang terjadi di Lombok, lebih dari sepekan ini  meninggalkan duka yang mendalam bagi anak bangsa, terlebih jika teringat ratusan jumlah korban yang tewas akibat gempa. Jumlah korban gempa 7SR yang mengguncang  Nusa Tenggara Barat terus bertambah. Hingga Senin (15/8), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 460 orang meninggal dunia.

Gempa utama berkekuatan 7SR tersebut dan ratusan gempa-gempa susulan setelahnya hingga kini juga telah merobohkan gedung-gedung yang kokoh, tempat ibadah, pasar, sekolah, rumah sakit dan tentu saja rumah hunian.

Betul bahwa setiap yang terjadi di dunia adalah telah menjadi kehendak Allah SWT. Termasuk gempa Lombok yang dahsyat ini. Bagi muslim sudah barang tentu banyak pelajaran yang harusnya diambil dari peristiwa ini.

Tidak hanya kepekaan sosial kita yang tengah diuji demi membantu saudara-saudara kita di Lombok. Lebih dari itu kepekaan iman Islam kitalah yang sesungguhnya diuji dengan gempa ini.

Tak merasakah kita bahwa begitu banyak senda gurau tak berguna yang kita lakukan terhadap syariatNya? Di saat seorang muslim dengan konsekuensi mengambil Islam secara keseluruhan sebagaimana termaktub dalam al qur'an surat al-Baqarah ayat 208, yakni

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaaffah (keseluruhan)"

kita justru terus berupaya menjauhkan Islam dari kehidupan kita. Lihat saja bagaimana para tokoh negeri ini terus berceloteh pentingnya memisahkan agama dari politik. Dengannya, agama (baca: Islam) terkucil di pojok-pojok masjid. Dan akibatnya adalah kerusakan sendi-sendi kehidupan yang merebak seperti jamur di musim hujan. Berita kejahatan dimana-mana setiap waktu. Perampokan misalnya, dari mulai perampokan kecil-kecilan kelas amatir, hingga perampokan kekayaan negeri ini yang terus berlangsung oleh pihak asing. 

Masih banyak celoteh-celoteh para tokoh negeri ini yang semakin mengkerdilkan Islam, dikatakan bahwa Pilpres bukan merupakan urusan agama tapi urusan mencari pemimpin. Seolah mereka ingin berkata agar Islam tak turut campur dalam hal bernegara (baca: sekuler). 

Padahal Islam adalah agama sempurna dan paripurna yang semestinya akan membawa kesejahteraan jika  diterapkan dalam kehidupan termasuk dalam ranah politik. Termasuk di dalamnya, fenomena keberadaan Islam Wasathiyyah yang belum  lama ini dikukuhkan dalam sebuah Konferensi Internasional Moderasi Islam di Lombok.

Konsep ini nyatanya sangat berbahaya bagi ajaran Islam dimana kata wasathiyah ini tidak lebih dari konsep Islam moderat yang terbuka dengan ide-ide Barat yang liberal. Konsep jalan tengah yang memang muncul pertama kalinya di Barat saat Eropa dalam masa kegelapan, yang berakhir dengan pengukuhan sekulerisme dalam kehidupan. Islam wasathiyyah yang berujung untuk membuat umat hanya puas dengan penerapan Islam yang tidak totalitas, tapi sebatas ibadah mahdoh seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. 

Sembari menuding setiap pihak dari kaum muslimin yang hendak memperjuangkan Islam kaffah sebagai Islam radikalis atau fundamentalis.  Jika sudah begitu, maka perpecahanlah yang ada di tubuh umat. Mungkinkah ini kemaksiyatan yang membuat Allah murka hingga Allah guncang negeri ini dengan gempa yang dahsyat?  

Cukuplah kisah sahabat Umar bin Khattab RA ketika  Madinah diguncang gempa bumi, maka hal pertama yang Umar tanyakan pada rakyatnya adalah "maksiyat apa yang telah dilakukan?". Maka tidak ada yang lain yang bisa kita lakukan melihat fenomena berguncangnya bumi di negeri seribu masjid ini selain memperbaiki diri untuk terus dalam ketaatan kepada Allah sehingga rahmat Islam muncul ke tengah-tengah kita.

Menjadikan aturan Islam sebagai satu-satunya rujukan dalam kehidupan kita baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat, maupun bernegara. Sesungguhnya dibalik duka ini, Allah titipkan mutiara hikmah yang sungguh berharga, ialah kembalinya kita menuju ketaatan kepada aturanNya (Islam). Kembali kepada tatanan kehidupan yang disana SyariatNya diterapkan secara kaffah. Dengannya Allah hadirkan berkahNya dari langit dan bumi. Disanalah ketika tujuan hidup yang hakiki setiap muslim tercapai, yakni hidup di dunia semata untuk menggapai Ridho-Nya.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi merekaa mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS al A'raaf: 96)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun