Mohon tunggu...
Ayu Sekar
Ayu Sekar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Science-Chem Teacher Cat Hooman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Pragmatis dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

26 Desember 2023   17:45 Diperbarui: 26 Desember 2023   17:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FILSAFAT PRAGMATISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan merupakan hal utama yang dapat menjadi suatu pondasi bagi suatu negara. Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan kualitas pribadi manusia dan membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial budaya, dan ipteks yang bermuara pada pembentukan pribadi manusia bermoral dan berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur. Dengan kualitas pendidikan yang baik akan memperbaharui suatu bangsa dalam berbagai aspek pengembangan dan penanaman moral serta budi pekerti, termasuk membentuk jiwa pemimpin yang ada di dalam tiap diri calon penerus bangsa. Dalam mencapai kualitas pendidikan tersebut terdapat beberapa proses yang harus dilalui. Dalam proses tersebut diperlukannya pandangan yang benar bagi dunia pendidikan yang dapat menjadi dasar terlaksananya pendidikan yang baik dan menghasilkan output yang berkualitas. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai landasan berpikir yaitu filsafat pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat aliran pragmatisme. Aliran pragmatisme merupakan sebuah aliran yang mengatakan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan, artinya setiap tindakan yang dilakukan harus berdasarkan hasil pemikiran.

Secara etimologi Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Yaitu aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Sejarah dari filsafat pragmatisme itu sendiri yaitu, Teori evolusionisme Charles Darwin banyak mengubah pandangan dunia pada masanya. Keyakinan yang sudah mapan mengenai asal mula alam semesta dan manusia, yang ditanamkan baik melalui doktrin agama maupun pendidikan formal, kemudian dipertanyakan. Pragmatisme merupakan salah satu aliran yang mengambil inspirasi dari Teori Evolusionisme Darwin ini. Pragmatisme memperluas pemikiran Darwinian tentang "struggle of existence" (perjuangan untuk mempertahankan keberadaan diri), "survival of the fittest" (yang paling dapat beradaptasi yang mampu bertahan) dan adaptasi. Ketiga konsep dalam teori evolusionisme Darwinian ini memiliki titik temu dengan tujuan filsafat Pragmatisme William James. William James berpendapat bahwa kognisi manusia harus dipahami dalam pengertian sebagai sarana untuk perjuangan mencapai keberhasilan (struggle for success). 

Perkembangan pragmatisme di Amerika dikembangkan oleh tiga tokoh besar yang sangat fenomenal. Sebelumnya berkembang di Amerika sempat juga berkembang ke Inggris, Perancis, dan Jerman. William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia. William James dikenal juga secara luas dalam bidang psikologi. Tokoh lain dari aliran pragmatisme adalah John Dewey. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir. Selain itu tokoh lain yang juga ikut mengembangkan aliran ini yaitu Charles Peirce. Salah satu kata kunci dalam filsafat pragmatisme, terutama yang dikembangkan John Dewey, adalah "pengalaman" (experience). Pengalaman adalah keseluruhan kegiatan dan hasil yang kompleks serta bersegi banyak dari interaksi aktif manusia, sebagai makhluk hidup yang sadar dan bertumbuh, dengan lingkungan di sekitarnya yang terus berubah dalam perjalanan sejarah (Sudarminta dalam Wasitohadi, 2012). Bagi John Dewey, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus. Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran dan keindahan yang abadi, melainkan dalam usaha untuk terus-menerus menyusun kembali (reconstruction) dan menata ulang (reorganization) pengalaman hidup peserta didik. Pengalaman baru peserta didik diperoleh dari sekolah, baik yang dirancang maupun tidak.

Filsafat pragmatisme memiliki implikasi yang signifikan dalam bidang pendidikan. Pragmatisme, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Charles Sanders Peirce, William James, dan John Dewey, menekankan pentingnya pengalaman, praktik, dan konsekuensi dari suatu ide atau tindakan sebagai cara untuk menentukan kebenaran atau nilai dari sesuatu.

Pendidikan Berbasis Pengalaman: Pragmatisme menekankan pentingnya pengalaman langsung sebagai metode utama pembelajaran. Menurut pandangan ini, pengalaman adalah sumber pengetahuan yang penting, dan pendidikan harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar melalui pengalaman praktis dan nyata. Fokus pada Hasil Praktis: Pragmatisme menekankan pentingnya hasil atau konsekuensi dari suatu pembelajaran. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan teoritis, tetapi juga tentang bagaimana pengetahuan itu dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Pendidikan harus membantu siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia nyata dan mengembangkan keterampilan praktis. Pengajaran Berpusat pada Siswa: Pragmatisme menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru diharapkan untuk menjadi fasilitator pembelajaran yang membimbing siswa dalam mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri, mengajukan pertanyaan, dan mendorong pemikiran kritis. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif: Pragmatisme menekankan pentingnya kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan kreatif. Pendidikan harus membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah, berpikir fleksibel, dan menghadapi perubahan dengan cara yang adaptif. Konteks Sosial dalam Pembelajaran: Pragmatisme menekankan pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran. Pendidikan tidak hanya berfokus pada individu, tetapi juga memperhatikan peran sosial dan konteks di mana pembelajaran terjadi. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana pengetahuan dan tindakan individu berkontribusi pada masyarakat secara keseluruhan. Penekanan pada Proses Pembelajaran: Pragmatisme menyoroti pentingnya proses pembelajaran yang kontinu. Pembelajaran bukanlah hanya tentang mencapai tujuan tertentu, tetapi juga tentang proses pertumbuhan, refleksi, dan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah. Dalam keseluruhan, filsafat pragmatisme dalam pendidikan mengarah pada pendekatan yang lebih dinamis, praktis, dan berorientasi pada hasil yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ini mendorong siswa untuk menjadi pembelajar aktif yang terlibat dalam proses pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan dunia modern.

Sumber:

Adinda S., & Anastasia Jessica. 2017. Menelusuri Pragmatisme (PDF). Sleman: Penerbit PT Kanisius.

Istiqomah, Murniati., Zahru, F A., Fadhilaturrahmah, N W.  2022. Implikasi Aliran Pragmatisme dalam Pendidikan. Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. 16(2). 122-126.

Kurniawan & Andriani. 2021. Pentingnya Kualitas Pendidikan Sebagai Pembentukan Karakteristik Seorang Pemimpin Di Indonesia. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. 8 (3). 407-411

Mahmudah, M. 2009. Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan. 14(3). 336--447

Rochman, et al. 2007. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Rosyid. 2010. Epostimologi Pragmatisme: Dalam Pendidikan Kita. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora. 1(1). 57-67.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun