Menjadi jurnalis media adalah cita cita lamaku yang terpendam tak kesampaian, cuma bisa menapaki halamannya saja, saat kuliah, saat masa bebas kukecap sepenuh nikmat. Mengelola penerbitan, menjadi redaktur majalah kampus, itu hal yang membahagiakan. Selanjutnya berkeinginan menjadi wartawan selepas kuliah, tak bisa, gender menjadi perso alan utama kala itu, puluhan tahun yang lalu.
Kini, aku dikelilingi orang orang yang mempunyai minat menulis sangat tinggi. Mereka bersemangat belajar, ingin menimba ilmu menulis agar karya yang dihasilkan layak baca. Setidaknya layak pula dibukukan. Bersama teman teman peminat menulis aku belajar, salah satunya belajar konsisten, produktif, menulis terus tanpa harus stag, terhambat karena tak ada inspirasi.
Maka aku sungguh bahagia ketika mendapati ada anggota komunitasku yang seorang jurnalis. Dia wartawan koran harian Radar Malang, Jawa Pos. Badar namanya. Aku mengenalnya lewat komunitas penikmat buku, Booklicious. Kemudian, dia pun berkenan menjadi pengurus komunitas menulis buku Malang Raya dan sekitarnya, Â Komalku Raya.
Bertemu dan bercengkrama dengannya menimbulkan lagi kerinduan akan profesi yang dulu ingin kugapai. Padanya aku belajar banyak. Tentang menulis, tentang bagaimana kehidupan jurnalis. Satu hal yang kuresapi dari perbincanganku dengannya adalah kesediaannya berbagi tips menulis ala jurnalis.
Sebagai penulis koran harian, tak boleh dia berhenti menulis, karena itu adalah profesi, setidaknya ada 3 atau 4 tulisan yang harus dia hasilkan untuk mengisi halaman korannya. Maka untuk memenuhi target, ada tips yang dia bagikan.
Pertama, tulis ketika ide masih hangat. Menulis reportase di tempat itu merupakan saat paling tepat menuangkan pikiran dalam kata kata. Setidaknya buat coretan kasar. Sempurnakan ketika akan dikirimkan.
Kedua, Jangan menunda. Selesaikan tulisan sesegera mungkin karena kalau tidak, bisa-bisa tulisan baur dengan tema lain.
Ketiga, bila jenuh refreshing sebentar, Â manjakan mata dengan menatap kegiatan lain di luar rutinitas, kalau sudah segar, segera kembali menulis, sebelum terseret menikmati kenikmatan, yang melupakan pada keharusan menulis
Keempat, Nikmati menulis seperti melakukan kegiatan kesukaan. Itu tidak akan menjadi beban, bahkan menimbulkan efek kecanduan positif. Hasil karya indah akan didapatkan bila menulis didasari oleh cinta pada kegiatan menulis itu sendiri.
Begitulah, menulis, menulis dan menulis. Itu yang kusaksikan dari kegiatan hariannya. Di samping membaca, satu hobbi yang sangant mendukung profesinya. Dia penyuka buku, penikmat tulisan. Tiada hari tanpa membaca dan menulis. Sangat pas berprofesi sebagai jurnalis.
Bagi saya ini suntikan motivasi yang sangat tinggi, menjadikan kegiatan menulis lebih bermakna, menyenangkan, dan menggairahkan. Jadi, mari menulis, untuk kita, untuk dibaca. Salam menulis Indonesia.
(Ditulis Anis Hidayatie untuk Kompasiana. Â Untuk Komalku Raya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H