Mohon tunggu...
arie setiawan
arie setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelance writer

Menjadi new be untuk tetap bisa to be

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Menulis Itu Susah?

26 Januari 2018   17:12 Diperbarui: 26 Januari 2018   19:31 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya terbagun dari tidur pulas semalaman karena bedan terasa sangat lelah. Rutinitas masih tetap sama seperti pada pagi-pagi yang telah lalu yang telah lalu. 

Namun ada yang sedikit berbeda dalam bangun pagi ini, bukan karna bangun sudah ada kopi melainkan ribut obrolan kawan-kawan saya yang tidak jelas entah sedang membahas isu apa. Sesuatu yang sudah tidak saya dengar lagi semenjak 7 tahun lamanya. 

Dengan keadaan setengah sadar saya ikut saja dalam pembicaraan mereka, dan disitulah mulai muncul permasalahan. Ternyata ada miskomunikasi antara saya dengan apa yang sedang mereka perbincangkan, haha.

 Hingga akhirnya saya tinggalkan mereka untuk persiapan menjalankan rutinitas demi mendapatkan selembar rupiah warna merah, hehe... Selama persiapan saya terfikirkan sesuatu tentang perbincangan mereka, hingga munculan gagasan untuk menuangkan dalam sebuah tulisan singkat. Akan tetapi itu hanya gagasan yang numpang lewat saja hingga akhirnya apa yang pengan saya tulis sudah tidak nampak lagi dalam pikiran saya.

Menulis, bagi saya adalah sesuatu yang mudah tetapi juga susah. Mudah karna hanya menuangkan apa yang sedang terfikirkan di bagian kecil otak saya, tanpa peduli dengan kebenaranya secara ilmiah (yg penting tidak nulis hoax) dan karna bagian yang besar berfikir tentang bagaimana besok bisa makan,,, haha. 

Susah manakala tulisan itu harus dapat dipertanggung jawabkan. Yaaa setidaknya jika ada yang bertanya tentang maksut dari apa yang saya tulis dapat saya jelaskan secara terperinci atau hanya sebatas pembaca memahami alur dan maksut tulisan itu. Hingga saat ini, saya sendiri masih merasa kesulitan untuk menuangkan kalimat yang dapat dibaca oleh orang lain. 

Sebenarnya banyak hal yang ingin saya tulis, tetapi terkadang susah untuk menuangkanya. Dan ketika telah berhasil menulis beberapa kalimat endingnya berakhir dengan apa yang disebut sebagai draf saja, ironis memang. 

Suatu hari saya bertanya-tanya, mengapa saya susah untuk menulis itu susah ? mungkin karna saya kurang:

Ide

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh penulis pemula seperti saya adalah ide. Tentang apa yang pengen saya tulis dalam halaman kosong itu. Sebenarnya sih banyak ide yang bermunculan dalam pikiran saya, namun sekali lagi itu hanya muncul dan akhirnya tenggelam kembali. Bahkan terkadang ide untuk menulis itu muncul disaat dan waktu yang kurang tepat, sesingga ketika pengen menulis tentang apa yang sempat terlintas tadi sudah lupa. 

Lalu kenapa tidak mencoba untuk menggali ide itu lagi ? Ahh, buang buang waktu menggali kembali, mendingan cari sesuatu yang baru lagi atau sudah lupa mau nulis apa (done!!! akhirnya tidak jadi menulis). Haha #ini alasan klasic yang sebenernya bisa diatasi

Fokus Topik

Menurut saya, menulis memang bebas untuk menentukan topik yang ingin penulis tuangkan. Menulis opini apalagi, tidak memerlukan kaidah-kaidah baku atau pembuktian ilmiah. 

Namun, ketika seorang penulis pemula ingin memulai membuat sebuah tulisan, terkadang terjadi kebingunan ditengah jalan dalam menentukan fokus tentang konten dari isinya hingga akhirnya terbengkalailah tulisanya. Hal ini sebenarnya lebih karna kebiasaan saja, jika sudah sering menulis pastinya hal ini tidak terjadi. Atau bisa juga dengan sering melakukan review sendiri tulisannya sebelum di posting untuk menghindari bias. 

Nah, disinilah terkadang pertanggung jawaban sebuah tulisan itu diperlukan, agar informasi yang disampaikan tidak menyesatkan pembaca. 

Wawasan

Setiap orang memiliki kesibukan dan rutinitasnya masing-masing pastinya. Dalam menulis, wawasan memang sangat diperlukan untuk memberikan opini dalam tulisan yang diangkat. 

Namun bukan berarti rutinitas ini membatasi wawasan seseorang. Mungkin dengan menulis tentang aktifitas yang digeluti sehari-hari dapat menjadi solusi atas keterbatasan wawasan dibidang yang lain. Sudah pasti seseorang yang menulis tentang topik yang berhubungan dengan rutinitasnya adalah seorang yang 'expert' dibidang tersebut. 

Ini berkaitan dengan fokus topik diatas, dengan wawasan yang dimiliki akan lebih mudah dalam menulis dan lebih jelas hingga terstruktur step by stepnya. Kurangnya wawasan tak pelak membuat seorang penulis takut untuk menuangkan opininya, takut akan judgement dari pembaca sehingga rasa takut ini akan membunuh kreatifitas penulis secara perlahan.

Pola Pikir

Terkadang ada perbedaan dari masing-masing individu dalam melihat sebuah permasalahan. Pola pikir yang dimiliki menentukan perspektif seseorang dalam memandang sebuah 'kasus'.

Disinilah keunikan dari sebuah tulisan, dimana setiap orang dapat menilai sesuatu berdasarkan perspektif mereka dengan menambahkan wawasan dan pengalaman yang mereka miliki sebagai bumbu tulisanya, sehingga sesuatu itu memiliki banyak sisi yang menarik untuk diungkap. 

Nah,,, disini terkadang pola pikir seseorang dalam melihat suatu hal itu sama, sehingga merasa hal itu tidak perlu lagi diungkap kepublik. Padahal setiap orang memiliki kreatifitas dengan bahasanya masing-masing yang bisa jadi berbeda dengan orang lain. 

Bayangkan jika seseorang dapat mengangkat tulisan dengan perspektif lain, maka kebaharuan artikel akan sangat menarik bagi pembaca dan menarik bagi penulis untuk terus berbagi tentang sudut pandangnya itu.

Waktu

Bukan hanya anak-anak yang membutuhkan waktu untuk bermain, orang dewasa juga memerlukan itu. Namun jenis permainan dan kadarnya yang berbeda. Jika menulis adalah sebuah hobi, bisa jadi waktu bermain mereka diisi dengan menulis. Mempermainkan kata-kata hingga membentuk sebuah struktur kalimat yang easy reading bahkan untuk membahas tema yang memiliki tingkat keruwetan tinggi, bisa jadi. 

Bagi seorang yang bukan penghobi menulis (menulis jika ingin saja) ?, padatnya rutinitas terkadang menjadikan waktu sebagai alasan kenapa produktivitas menulis turun, mungkin karna capek bekerja seharian, quality time dengan keluarga, atau sebatas ngobrol santai dengan teman-teman, etc.

Dan dari kesemuanya diatas bukanlah alasan untuk seseorang tidak menulis. Dari setiap kalangan bisa menulis, profesi apapun, dimanapun berada, kapanpun waktunya, dengan siapapun berinterkasi, dll. 

Bahkan alasan-alasan itu dapat dijadikan sebuah topik tulisan, tinggal bagaimana mengemas kata demi kata hingga terbentuklah paragraf yang banyak dan siap untuk di publikasikan.

Salam,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun