Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melihat Sistem Transportasi Publik dari Berbagai Sisi

19 Januari 2025   20:48 Diperbarui: 19 Januari 2025   20:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tram (sumber gambar : pixabay.com)

Ketika kita mendengar kata transportasi publik mungkin kita langsung merujuk kepada kendaraan umum di darat -- dan lebih khusus lagi -- di perkotaan, namun transportasi publik pada dasarnya tidak hanya terdapat di darat ataupun di perkotaan saja.

Definisi dari transportasi publik adalah sistem transportasi yang disediakan kepada publik oleh pihak penyedia transportasi serta dapat pada berbagai moda transportasi, sehingga kendaraan yang digunakannya pun dapat berupa bis, kereta api, kapal feri dan juga pesawat.

Akan tetapi, sistem transportasi publik yang paling rumit dan kompleks adalah sistem transportasi publik perkotaan (urban transport) yang umumnya semua kendaraan yang dioperasikan ada di darat seperti bis, kereta api -- baik dengan rel satu maupun ganda, tram --  di sebuah kawasan perkotaan yang dapat semakin padat.

Transportasi publik khususnya transportasi publik perkotaan (urban public transportation) sama dengan sistem transportasi lainnya dimana terdapat beberapa pihak yang secara langsung berada di dalam sistem tersebut.

Pihak pihak tersebut adalah pihak perencana sekaligus sebagai regulator yaitu pemerintah, pihak operator yaitu penyedia kendaraan transportasi dan pihak pengguna.

Mengapa pemerintah (kota) disini disebut sebagai pihak perencana, karena umumnya hanya dikenal sebagai pihak regulator yang mengeluarkan berbagai aturan dan kebijakan ?

Sebuah kota dengan berbagai kawasan seperti kawasan perumahan, bisnis, industri tidak hanya terisi oleh penduduknya yang tidak hanya sebagai penghuninya saja akan tetapi juga sebagai pelaku bisnis dan industri serta dengan berbagai kegiatannya.

Kegiatan tersebut meliputi berpergian dari rumah ke kantor (commute), belanja, distribusi barang (freight) dan lainnya dimana semuanya menggunakan jalan, semakin padat sebuah kota semakin kompleks sistem transportasi publik perkotaan.

Oleh karena itu, sistem transportasi publik perkotaan merupakan bagian dari perencanaan kota (urban planning), pemerintah kota di sini juga bertindak sebagai pihak yang merencanakan segala hal yang berkaitan dengan penyediaan transportasi publik.

Perencanaan tersebut mencakup mulai dari infrastruktur, terminal serta jaringan transportasi (darat) perkotaan seperti rute, titik pemberhentian hingga fasilitas parkir.

Perencanaan sistem transportasi publik perkotaan bukanlah sesuatu yang sangat mudah karena perencanaannya perlu melihat perkembangan dari kota tersebut, semakin banyak penduduknya akan semakin berkurang ketersediaan lahan untuk dijadikan sebagai ruang ataupun koridor yang seharusnya dapat dijadikan sebagai perluasan lahan untuk sistem transportasi publik perkotaan.

Hasil sebuah studi mengungkap bahwa ketika sebuah kota telah dihuni oleh satu juta jiwa maka kepadatan akan bermula dari titik ini, sehingga angka satu juta merupakan batas atau threshold yang perlu mulai diwaspadai oleh para perencana perkotaan.

Pertumbuhan jumlah penduduk kota yang disebabkan oleh berbagai hal seperti tingkat kelahiran yang sangat tinggi dan urbanisasi dan lainnya akan menciptakan kepadatan yang perlu diantisipasi oleh para perencana kota pada semua bidang termasuk penentuan zonasi untuk perumahaan, bisnis, industri yang semua itu (semestinya) terkoneksi dengan baik, artinya masuk dalam sistem transportasi publik.

Kepadatan di sini juga tidak hanya merujuk dari jumlah penduduk tapi juga pada ketersediaan infrastruktur serta kendaraan transportasi publiknya, kepadatan pada masing masing dari keduanya akan membawa konsekuensi berbeda.

Jika antisipasi kepadatan penduduk tidak dibarengi dengan antisipasi penambahan infraktruktur dan kendaraan transportasi publik maka akan timbul kecenderungan dari para penduduknya memilih untuk memiliki kendaraan pribadi agar dapat memenuhi kebutuhan mobilisasinya.

Akibatnya jumlah kendaraan pribadi --baik roda dua dan empat -- akan meningkat drastis dan memadati jalan jalan di kota, dan ketika pemerintah tidak mengantisipasi kondisi ini dengan penambahan luas dan ruas untuk kendaraan kendaraan tersebut maupun penyediaan kendaraan umum maka kondisi semakin menjadi lebih parah hingga akhirnya mencapai titik maksimum (gridlock).

Namun sebaliknya jika pemerintah kota membangun infratruktur dan mengisi jalanan dengan kendaraan transportasi publik secara masif maka akan mengurangi lahan untuk ruang publik seperti taman dan tempat parkir karena sudah digunakan untuk perluasan jalan ataupun pembangunan infraktruktur transportasi lainnya seperti jembatan, halte dan lainnya.

Pengembangan dan penerapan sistem transportasi publik perkotaan dapat juga menghadapi hambatan ketika sebuah kota terbagi dalam beberapa kawasan administratif -- misalnya Jakarta dengan kotamadya nya -- dimana sinergitas di antara mereka kurang dan bahkan mungkin tidak ada.

Misalnya penentuan jaringan rute transportasi publik di seluruh wilayah Jakarta tidak dapat dilakukan karena ada beberapa titik di kotamadya lainnya sudah ditempati atau sudah direncanakan untuk zona selain dari zona transportasi.

Dari semua ini kita dapat melihat bahwa membangun sistem transportasi publik perkotaan sama sulitnya dengan membangun kota karena kota merupakan kawasan hunian, bisnis,industri dan lainnya dengan berbagai kegiatan dan aktivitas nya yang memerlukan sarana dan prasarana transportasi.

Perkembangan dan pertumbuhan sebuah kota juga perlu selalu diimbangi dengan berbagai langkah yang juga tidak mudah ketika lahan lahan perkotaan tidak lagi tersedia baik untuk infrastruktur transportasi di permukaan, di atas permukaan (elevated) maupun di bawah permukaan (underground).

Perencanaan maupun antisipasi sebaiknya tidak bersifat jangka pendek karena pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat terjadi sangat cepat diperlukan langkah yang tidak bersifat jangka pendek pula.

Sebuah antisipasi maupun keputusan dari pemerintah -- baik sebagai pihak perencana maupun regulator -- sangat memengaruhi laju kepadatan kawasan perkotaan untuk menuju ke kondisi gridock dimana semua ruas jalan di perkotaan sudah dipadati oleh berbagai kendaraan -- baik roda dua maupun empat serta kendaraan umum dan pribadi.

Dan ketika sebuah kota sudah (hampir) di titik dimana tidak dapat lagi menemukan solusi dari kepadatan jalan maupun kelangkaan transportasi publik darat di perkotaan, muncul sebuah sistem transportasi udara perkotaan atau dikenal dengan Urban Air Mobility.

Sistem ini diklaim menjadi solusi dari kepadatan transportasi darat (land transportation) namun demikian penerapan sistem ini pun tidak lah mudah karena berkaitan dengan lalu lintas ruang udara di atas perkotaan yang bisa begitu penuh dengan rintangan -- seperti gedung gedung -- bagi pergerakan kendaraan udara yang digunakan pada sistem ini.

Bersambung ke" Penyedia Transportasi Publik Perkotaan".

Referensi :

  • en.m.wikipedia.org/wiki/Public_transport
  • transportgeography.org/contents/chapter8/urban-transport-challenges/travel-time-index-united-states/
  • transportgeography.org/contents/chapter8/urban-transport-challenges/
  • en.m.wikipedia.org/wiki/Gridlock

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun