Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Desa Wisata Memang Bukan Destinasi Wisata "Mainstream"

21 Juli 2024   08:18 Diperbarui: 21 Juli 2024   14:16 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa iri yang kemungkinan dapat tumbuh bisa diubah menjadi sebuah pemicu bagi yang lain untuk dapat memberikan yang terbaik dan bahkan jika perlu meniru apa yang dilakukan oleh penduduk lain yang mendapat tip yang lebih tadi -- karena meniru yang baik akan memberikan hasil yang sama juga yaitu kesan dan kepuasan di sisi wisatawan.

Dengan pengelolaan yang dilakukan oleh antar generasi ini maka proses berkelanjutan pun dapat berlangsung seiring dengan waktu -- generasi lanjut akan pensiun, generasi muda akan menjadi generasi lanjut, dan generasi baru menjadi pemuda pemudi di garda terdepan.

**

Dari semua ini ada satu hal lainnya yang perlu disadari oleh kita semua terutama oleh para penduduk desa yaitu jangan sampai kegiatan kepariwisataan mengubah wajah dari kehidupan desa itu sendiri, kita sudah banyak melihat bagaimana sebuah sawah berubah menjadi bangunan villa, restoran, cafe, akomodasi dan lainnya, kondisi ini sebaiknya tidak terjadi ketika desa wisata dijadikan destinasi wisata.

Keaslian dan keasrian desa dengan kehidupan, kelokalan dan keindahan alam sekitar perlu dijaga dan dipertahankan karena inilah produk utama dari kegiatan pariwisata dari desa wisata, jangan sampai perubahan (peningkatan) kesejahteraan penduduk desa sebagai dampak dari kegiatan pariwisata merubah produk dari desa wisata.

Desa memang bisa dijadikan sebagai destinasi wisata akan tetapi layaknya sebuah destinasi wisata perlu memiliki produk yang unik serta pembeda.

Keunikan dan pembeda tersebut pada akhirnya akan menjadi ciri khas dan bahkan brand dari desa tersebut.

Kehidupan sehari hari dari manusia terkadang bisa membosankan, oleh karenanya kita juga perlu warna lain dalam kehidupan sehari hari kita, begitu pula kehidupan sehari hari di desa wisata yang para wisatawan akan jalani selama kunjungan mereka tanpa harus menghilangkan keaslian, keasrian, kelokalan dan keindahan alam sekitar.

Bila kemasannya dapat menambah daya tarik dan nilai tambahnya, waktu kunjungan yang semula hanya tur satu hari dapat menjadi tur berhari hari dengan menginap di desa tersebut menjalani kehidupan sehari hari.

Para pengelola desa wisata mungkin dapat melihat dan bahkan meniru bagaimana para pengelola kapal wisata menambah daya tarik dan nilai tambah kepada wisatawan diving dengan menggambarkan desa mereka sebagai kapalnya serta alam sekitar sebagai lautannya.

Jika kapal pinisi yang terbuat dari kayu dapat memberikan pengalaman berbeda, sudah seharusnya sebuah desa juga dapat memberikan yang sama, hanya dengan kemasan yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun