Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Memang Bukan Destinasi Wisata "Mainstream"

21 Juli 2024   08:18 Diperbarui: 21 Juli 2024   10:15 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : via Kompas.com

Karena apa ? sebuah destinasi wisata -- apapun itu bentuk dan rupanya -- perlu memiliki keunikan, unik disini tidak hanya sekadar dimaknai dengan sebenarnya tapi juga dijadikan pembeda dengan lainnya.

Misalnya dengan mengadakan atraksi prosesi pernikahan adat dimana adat istiadat di Indonesia sangat beragam, pasangan pernikahan bisa dilakoni oleh penduduk dan bahkan oleh para wisatawan.

Prosesi pernikahan bisa saja berlangsung dalam beberapa hari, mulai dari proses lamaran hingga persiapan dari masing masing pihak pasangan, semua proses ini bisa menjadi daya tarik.

Bagi wisatawan keluarga yang membawa putera puteri mereka, permainan tradisional serta lainnya yang bisa 'blend' putera puteri mereka dengan anak anak lokal juga dapat dipikirkan seperti bermain layang layang di tengah sawah ataupun lapangan.

Atraksi memang sangat memainkan peran yang utama dalam menjaring wisatawan akan tetapi apabila atraksi utama dapat dikemas dengan menarik serta menambah apa yang terdapat dalam kemasan tersebut maka tidak hanya daya tariknya yang bertambah tapi juga nilai tambahnya.

Satu hal yang mungkin sering menjadi kendala dalam mengembangkan desa wisata adalah permasalahan pengelolaan atau lebih tepatnya siapa siapa saja yang akan dan 'pantas' mengelolanya dan karena ego setiap insan bisa berbeda maka perdebatan akan siapa yang mengelola kegiatan wisata di sebuah desa dapat menyebabkan stagnasi dan bahkan kemunduran.

Disinilah diperlukan kesadaran para penduduk desa selain dari kesadaran wisata yaitu kesadaran untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh penduduk desa secara bersama sama -- dimana kata bersama sama ini bukan berarti semua penduduk perlu ikut serta terlibat langsung didalamnya.

Misalnya untuk garda terdepan dalam pelayanan langsung kepada wisatawan (tour guiding) bisa dilakukan oleh para pemuda pemudi desa sedangkan administrasi dilakukan oleh penduduk lain seperti para orang yang lebih tua usianya.

Konsep desa wisata hanya dapat berjalan bila dilakukan dengan berbasis masyarakat atau community-based, namun ketika terjadi perdebatan diantara masyarakat maka konsep desa wisata tidak akan berlangsung secara berkelanjutan.

Ego masing masing perlu dikumpulkan dalam satu wadah bernama kompromi dan dari sini akan tercipta sebuah kesepakatan untuk melangkah kedepan dengan berlandaskan kepercayaan diantara mereka.

Tidak ada lagi rasa iri bila ada satu orang mendapatkan tip yang lebih dari wisatawan dibanding yang lain karena tipping adalah bentuk reward kepada siapapun yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam di sisi wisatawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun