Pabrikan pesawat Airbus tampaknya akan menguasai pasar pada segmen pesawat berbadan sedang jarak jauh dimana sebelumnya juga pada jarak sedang melalui produknya yaitu keluarga A 320.
Adalah pesawat Airbus A 321 XLR (Xtra Long Range) yang diptediksi akan menguasai pasar pada segmen tersebut dimana pesaing beratnya sepertinya belum memiliki pesawat yang dapat menyainginya.
Pesawat A 321 sendiri merupakan versi streched (panjang) dari A 320 yang cukup laris manis dan digunakan oleh banyak maskapai didunia, sedangkan pesawat A 321 XLR sendiri merupakan generasi lanjutan dari generasi sebelumnya yaitu A 321 LR (Long Range) yang memiliki daya jelajah 4,000 nautical mile atau sekitar 7,400 km.
Sedangkan pesawat A321 XLR memiliki daya jelajah sejauh 4,700 nautical mile atau sekitar 8,700 km dengan konfigurasi dua kelas dengan kapasitas angkut antara 175-200 penumpang, membuat pesawat ini sebagai pesawat lorong satu dengan daya tenpuh terjauh.
Dengan daya jelajah sejauh ini, para maskapai dapat melakukan penetbangan non stop kepada pelanggannya dari New York ke Roma atau London ke Vancouver, Delhi ke London serta Sydney ke Kuala Lumpur.
Mungkin ada yang bertanya, bukankah penerbangan jarak jauh umumnya menggunakan pesawat berbadan lebar seperti Boeing B 747, B 787 atau Airbus A 330, A 350 serta A 380 ?
Jawabannya adalah efisiensi karena tidak semua rute penerbangan jarak jauh memiliki jumlah permintaan kursi yang tinggi, dengan pesawat berbadan sedang dan irit konsumsi bahan bakar maka para maskapai dapat melayani penerbangan jarak jauh tersebut dengan load factor dan keuntungan yang lebih besar daripada menggunakan pesawat berbadan lebar.
Hal yang sama berlaku pada rute pendek dimana kita bisa mengambiil contioh perbandingan antara rute DPS Bali ke LOP Lombok dengan rute DPS Bali ke BWX Banyuwangi dimana permintaan kursi antara dua rute bisa berbeda.
Dengan adanya pesawat A321 XLR ini para maskapai tidak saja dapat melakukan efisiensi pada penerbangan yang mereka sudah lakukan akan tetapi juga memungkinkan mereka untuk membuka rute jarak jauh yang belum terlayani (unserved route) atau juga meningkatkan frekuensi penerbangan pada rute yang belum maksimal terlayani walau permintaan kursi tinggi (underserved route).
Selain itu, pesawat ini dapat memberikan fleksibilitas kepada para maskapai dalam pemanfaataan armada mereka seperti misalnya fluktuasi permintaan kursi musiman pada rute rute mereka sehingga mereka dapat menyesuaikannya dengan pesawaf berbadan sedang atau lebar.