Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aviasi di Antara "Problem Solution" dan "Conflict Resolution"

20 Februari 2024   23:33 Diperbarui: 21 Februari 2024   10:27 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Pixabay.com

Apakah seseorang dengan kemampuan menyelesaikan berbagai masalah (problem solution) juga memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai konflik (conflict resolution), mengapa demikian?

Untuk menjawabnya kita perlu melihat dua perbedaan kata antara problem solution dengan conflict resolution yakni perbedaan kata problem dengan conflict serta ada perbedaan kata antara solution dengan resolution.

Masalah ataupun konflik sama sama menggambarkan keadaan yang negatif akan tetapi keduanya tidak sama, masalah atau problem mengacu kepada sebuah keadaan yang tidak mengenakan sedangkan konflik mengacu pada pertikaian antara dua pihak yang disebabkan oleh perbedaan pandangan, ide ataupun pendapat.

Penjabaran makna kata masalah yang lebih mendalam bisa digambarkan ketika pesawat kita mengalami keterlambatan dimana keadaan tersebut membuat kita kecewa namun tidak sepenuhnya merupakan masalah, namun bisa menjadi masalah ketika akibat dari keterlambatan tersebut kita tidak bisa menghadiri sebuah pertemuan di tujuan kita sebelumnys.

Tidak semua keadaan yang tidak mengenakan membutuhkan solusi, pada kasus keterlambatan pesawat diatas kita perlu mencari solusi agar dapat tiba ditujuan untuk menghadiri pertemuan dengan mencari penerbangan lain atau moda transportasi lain, namun kita tidak perlu melakukan itu bila tidak ada kegiatan yang kita harus hadiri.

Konflik di sisi lain merupakan perbedaan yang bisa berupa pandangan, ide dan pendapat antara dua pihak yang bisa badan, orang atau bahkan negara. Konflik bisa berpotensi menjadi masalah yang lebih besar dan luas lagi bila tidak diselesaikan akibat dari argumentasi argumentasi yang tak terselesaikan diantara pihak pihak yang bersengketa.

Misalnya konflik yang terjadi antara dua staf produksi yang bila tidak segera dituntaskan dapat berdampak.pada hasil atau output produksi yang sudah tentu membawa dampak negatif pada kinerja perusahaan.

Reaksi dan aksi dalam menghadapi keduanya pun dapat berbeda beda, pada masalah satu satunya reaksi dan aksi adalah dengan mencari solusi dengan cara mengidentifikasi masalah dan penyebabnya sehingga masalah dapat terselesaikan.

Sedangkan pada konflik, reaksi dan aksinya tergantung dari masing masing orang yang bisa berbeda beda, mungkin ada yang dengan cara berusaha mempertahankan ide, pendapat serta pandangannya dengan memengaruhi orang lain serta ada pula yang dengan mundur dari pertikaian dengan harapan pertikaian dapat terselesaikan dengan berjalannya waktu.

Secara singkat, dua reaksi dan aksi terhadap konflik bisa berupa flight atau flight yang artinya mempertahankan ide, pandangan atau pendapat disertai dengan meningkatkan pengaruhnya (flight) serta ada yang meninggalkan konflik tersebut (flight).

Perbedaan kata lainnya adalah antara solve dengan resolve dimana keduanya memang mengarah kepada penyelesaian namun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.

Keduanya juga sama sama merujuk pada proses penyelesaian akan tetapi kata solve memiliki arti menyelesaikan sedangkan resolve artinya menyimpulkan (conclude) dalam konteks konflik, dalam arti bahwa konflik tidak bisa diselesaikan dengan menyatukan dua perbedaan tetapi hanya bisa menyimpulkan dimana perbedaan itu berada dan kemudian berusaha mengajak pihak pihak yang bertikai untuk berkompromi.

Hal yang berbeda dalam menyelesaikan masalah ketika mobil kita kehabisan bensin yang membuat kita bisa terlambat ke kantor dengan solusi membeli bensin eceran dipingir jalan.

Apabila kompromi pun tak bisa menyelesaikan maka disinilah diperlukan seorang dengan kemampuan dalam hal conflict resolution agar konflik tidak berkembang menjadi meluas dan melebar, hal ini perlu dilakukan khususnya di sebuah perusahaan agar tidak menganggu operasional perusahaan.

Dalam dunia penerbangan, masalah dan konflik sama sama dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada sebuah insiden dan kecelakaan, oleh karena itu penanganannya pun tidak boleh ditunda sedetikpun bila sudah teridentifikasi karena bila tidak maka konsekuensinya dapat fatal serta mengingat penerbangan menyangkut ratusan jiwa manusia di dalam pesawat.

Bagaimana dengan konflik di dalam kokpit dimana hanya ada dua orang yang berada di dalam kokpit, siapa yang akan menjadi pihak yang menyelesaikan konflik antara dua pilot tersebut?

Pada tahun 2012 terjadi konflik di dalam kokpit pesawat Boeing B 747 yang dioperasikan oleh Qantas, kedua pilot berargumentasi pada proses persiapan lepas landasa, disini kita bisa melihat bahwa wlaupun Kapten Pilot bertindak sebagai pilot yang mengambil keputusan bukan berarti argumentasi diantara keduanya tidak ada.

Argumentasi diantara mereka memang terdengar oleh pusat operasional maskapai yang kemudian memutuskan menunda keberangkatan pesawat serta mengganti kedua pilot pada penerbangan tersebut keesokharinya.

Di sini pusat operasional maskapai menjadi pihak yang menyelesaikan konflik dengan tidak berada di pihak manapun melainkan tetap di pihak perusahaan (maskapai) serta dengan tetap mengedepankan keselamatan penerbangan dengan mengganti kedua pilot tersebut karena apa jadinya bila argumentasi tetap berlanjut dan bahkan melebar selama penerbangan?

Dalam dunia penerbangan sebenarnya sudah ada panduan panduan untuk mengatasi masalah dan konflik ini terutama pada kokpit yaitu Crew Resource Management (CRM) selain dari SMS atau Safety Management System yang secara definisi adalah pemanfaatan segala sumber daya yang tersedia untuk memastikan keselamatan dan keefektifan penerbangan, meminimalkan kesalahan, mengurangi stress dan meningkatkan efisiensi.

Sumber daya yang dimaksud adalah segala sumber daya yang tersedia yaitu manusia (pilot), hardware, dan prosedur (panduan, SOP).

Akan tetapi ada satu hal yang perlu diingat adalah bahwa konflik tidak saja bisa terjadi ditempat kerja kita atau antar co- worker saja tetapi juga dalam keluarga di rumah dimana bila dibawa ke tempat kerja akan mempengaruhi kinerja yang bersangkutan dan inilah keadaan tidak diinginkan karena konflik yang tak terdeteksi bisa berpotensi menjadi lebih besar dan lama.

Mungkin kita masih mengingat dugaan banyak pihak terhadap pilot Malaysia Arlines MH 370 yang memiliki perbedaan pandangan dengan Pemerintah Malaysia dan karena latarbelakang itu sang pilot melakukan tindakan dengan mengorbankan ratusan jiwa manusia yang tidak berdosa dan juga tidak menjadi bagian dari perbedaan sang pilot dengan pemerintah Malaysia.

Sebuah masalah atau problem bisa diselesaikan dengan tuntas walaupun bisa terulang lagi akan tetapi tidak begitu dengan konflik karena reaksi dan aksi terhadap konflik itu sendiri yaitu fight atau flight, diperlukan pihak ketiga untuk menyelesaikannya dengan berada di kepentingan yang lebih besar dan lebih penting, seperti yang dilakukan oleh pusat operasional penerbangan dari maskapai Qantas tersebut di atas.

Maskapai tidak akan mungkin menugaskan dua pilot yang memiliki konflik pribadi dalam satu penerbangan yang sama karena walaupun sudah ada panduan CRM dan juga dengan status kapten pilot sebagai Pilot in Command sekalipun, konflik tetap mungkin terjadi , sama halnya dengan masalah atau problem selama penerbangan yang pada umumnya bersifat teknis.

Hanya saja masalah dalam.penerbangan umumnya bersifat teknis seperti gangguan pada sistem pesawat dimana solusi bisa segera didapat dari panduan gangguan pesawat yang disediakan oleh pabrikan pesawat dengan tetap berkordinasi dengan pihak operasional penerbangan maskapainya.

Namun demikian tidak semua masalah terselesaikan dengan mengikuti panduan ataupun prosedur, kelalaian manusia masih tetap ada kemungkinannya terjadi (human error).

Sedangkan konflik pada penerbangan terjadi antar dua manusia yang memgang kendali pesawat dan karena melibatkan perasaan emosional dan pemikiran serta terkadang juga melibatkan pride, tidak ada panduannya kecuali dengan melibatkan pihak ketiga -- dalam hal ini pihak internal maskapai.

Disaat yang sama pula, maskapai juga perlu melakukan pendekatan secara humanis kepada para pilotnya untuk mengevaluasi keadaan dan kesehatan mental para pilotnya secara berkala agar dapat sedini mungkin mendeteksi adanya potensi tumbuhnya permasalahan pada operasional maskapai akibat dari konflik yang dihadapi para pilotnya (human factor).

Oleh karena itu pula, sorang dengan kemampuan pada conflict resolution perlu memiliki situational awarness -- sama seperti pilot -- agar konflik tidak bertambah panjang dan lama dengan mengingat pula terdapat ratusan jiwa manusia yang berada di dalam pesawat.


Salam Aviasi

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun