Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aviasi di Antara "Problem Solution" dan "Conflict Resolution"

20 Februari 2024   23:33 Diperbarui: 21 Februari 2024   10:27 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan kata lainnya adalah antara solve dengan resolve dimana keduanya memang mengarah kepada penyelesaian namun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya.

Keduanya juga sama sama merujuk pada proses penyelesaian akan tetapi kata solve memiliki arti menyelesaikan sedangkan resolve artinya menyimpulkan (conclude) dalam konteks konflik, dalam arti bahwa konflik tidak bisa diselesaikan dengan menyatukan dua perbedaan tetapi hanya bisa menyimpulkan dimana perbedaan itu berada dan kemudian berusaha mengajak pihak pihak yang bertikai untuk berkompromi.

Hal yang berbeda dalam menyelesaikan masalah ketika mobil kita kehabisan bensin yang membuat kita bisa terlambat ke kantor dengan solusi membeli bensin eceran dipingir jalan.

Apabila kompromi pun tak bisa menyelesaikan maka disinilah diperlukan seorang dengan kemampuan dalam hal conflict resolution agar konflik tidak berkembang menjadi meluas dan melebar, hal ini perlu dilakukan khususnya di sebuah perusahaan agar tidak menganggu operasional perusahaan.

Dalam dunia penerbangan, masalah dan konflik sama sama dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada sebuah insiden dan kecelakaan, oleh karena itu penanganannya pun tidak boleh ditunda sedetikpun bila sudah teridentifikasi karena bila tidak maka konsekuensinya dapat fatal serta mengingat penerbangan menyangkut ratusan jiwa manusia di dalam pesawat.

Bagaimana dengan konflik di dalam kokpit dimana hanya ada dua orang yang berada di dalam kokpit, siapa yang akan menjadi pihak yang menyelesaikan konflik antara dua pilot tersebut?

Pada tahun 2012 terjadi konflik di dalam kokpit pesawat Boeing B 747 yang dioperasikan oleh Qantas, kedua pilot berargumentasi pada proses persiapan lepas landasa, disini kita bisa melihat bahwa wlaupun Kapten Pilot bertindak sebagai pilot yang mengambil keputusan bukan berarti argumentasi diantara keduanya tidak ada.

Argumentasi diantara mereka memang terdengar oleh pusat operasional maskapai yang kemudian memutuskan menunda keberangkatan pesawat serta mengganti kedua pilot pada penerbangan tersebut keesokharinya.

Di sini pusat operasional maskapai menjadi pihak yang menyelesaikan konflik dengan tidak berada di pihak manapun melainkan tetap di pihak perusahaan (maskapai) serta dengan tetap mengedepankan keselamatan penerbangan dengan mengganti kedua pilot tersebut karena apa jadinya bila argumentasi tetap berlanjut dan bahkan melebar selama penerbangan?

Dalam dunia penerbangan sebenarnya sudah ada panduan panduan untuk mengatasi masalah dan konflik ini terutama pada kokpit yaitu Crew Resource Management (CRM) selain dari SMS atau Safety Management System yang secara definisi adalah pemanfaatan segala sumber daya yang tersedia untuk memastikan keselamatan dan keefektifan penerbangan, meminimalkan kesalahan, mengurangi stress dan meningkatkan efisiensi.

Sumber daya yang dimaksud adalah segala sumber daya yang tersedia yaitu manusia (pilot), hardware, dan prosedur (panduan, SOP).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun