Dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya ada permintaan kursi yang cukup potensial pada rute KNO--ICN.
Pada kerjasama tersebut dikatakan bahwa maskapai dari kedua negara dapat melakukan penerbangan hingga 7 kali dalam seminggu dari dan ke bandara bandara yang termasuk dalam kerjasama tersebut kecuali bandara CGK, ICN dan DPS, sehingga jumlah permintaan kursi per harinya mencukupi bagi maskapai untuk melakukan penerbangan setiap harinya.
Pada sisi maskapai, kesempatan ini jelas membuat maskapai menghasilkan pendapatan usaha melalui utilisasi pesawatnya sedangkan dari sisi kedua negara adalah konektivitas udara yang membuka banyak peluang pada segala bidang terutama perdagangan dan pariwisata.
Akan tetapi jika kita melihat realisasi Joint Venture antara Garuda Indonesia dan Singapore Airlines dengan menggunakan data di situs flightconnections untuk frukensi dan kapasitas di ketiga rute penerbangan yang termasuk pada kerjasama tersebut dapat kita simpulkan bahwa maskapai Singapore Airlines sepertinya lebih banyak memenuhi permintaan kursi di masing masing rute dibandingkan dengan Garuda Indonesia.
Namun memang kita harus melihat realisasi dari kerjasama ini di masa mendatang dengan melihat jumlah penerbangan dan kapasitas di masing masing rute yang masuk dalam kerjasama ini, akan tetapi kerjasama ini agak berbeda dengan Joint Venture dengan Singapore Airlines karena dalam perjanjian bilateral ini mencakup semua maskapai di kedua negara.
Sebagai informasi, jumlah maskapai Korea Selatan cukup banyak yang melayani penerbangan internasional baik maskapai layanan penuh maupun maskapai berbiaya rendah diantaranya adalah Air Busan, Jeju Air, Asiana Airlines, Jin Air, T'Way Air.
Dari sisi mengantarkan banyak wisatawan, kerjasama ini bisa terlihat efektif karena baik rute penerbangan yang sebelumnya tidak terlayani (unserved routes) maupun rute yang belum maksimal terlayani (underserved routes) dapat terlayani secara penuh sehingga permintaan kursi dapat dipenuhi.
Bagaimana dengan maskapai kita sendiri, apakah maskapai kita memanfaatkan kerjasama ini hanya untuk memperluas jaringannya tanpa penambahan armada (kapasitas) yang justru akan menguntungkan maskapai negara lain dengan jumlah armada yang lebih banyak serta dengan jenis pesawat dengan kapasitas lebih banyak ?
Apakah maskapai kita memiliki visi dan misi serta memaksimalkan perannya sebagai penyedia angkutan udara kepada rakyat Indonesia dan juga para tamu yang akan berkunjung ke Indonesia berupa penerbangan domestik, regional dan Internasional.
Mudah mudah an tidak semua dan selamanya segala bentuk kerjasama dalam angkutan udara dengan pihak dan negara manapun digunakan untuk menambah jumlah kunjungan wisatawan masuk ke Indonesia namun juga menambah pendapatan kepada maskapai kita.
Mudah mudah an juga kekurangan kapasitas pada maskapai kita diusahakan tidak terlalu berlangsung lama baik pada penerbangan domestik, regional Asia Pasifik maupun Internasional.