Lockheed Martin untuk kesekian kalinya setelah pada program dimana Lockheed Martin memenangkannya dengan desain mereka yakni YF 22 (kini F 22 Raptor) sedangkan Boeing dengan YF 23 nya.
Krisis Budaya Perusahaan
Pada artikel penulis berjudul "Ketika Pergeseran Budaya Perusahaan Membawa Malapetaka", pergeseran budaya Boeing setelah merger dengan pabrikan McDonnell Douglas dinilai oleh banyak pihak sebagai akar permasalahan pada B 737 MAX dimana suara para engineer mereka tidak lagi didengar oleh pihak manajemen puncak dan utamanya pada masalah pada MAX.
Namun sepertinya krisis budaya perusahaan tidak terletak pada hal tersebut diatas saja melainkan juga pada hal hal lain termasuk pada pengambilan keputusan dan lebih utama lagi pada keputusan strategis perusahaan.
Pada tahun 2005 Boeing menjual fasilitas produksinya yang terletak di Wichita, disnilah Boeing sebelumnya memproduksi badan pesawat (fuselage) produknya termasuk B 737. Keputusan ini diambil karena Boeing menganggap fasilitas ini bukan termasuk dalam operasional inti nya (non-core operational).
Proses assembling atau penggabungan bagian dan komponen pesawat yang.kompleks dianggap sebagai operasional inti Boeing, sudah tentu keputusan yang tidak menganggap pembuatan badan pesawat sebagai operasional inti menimbulkan pertanyaan.
Keputusan menjual fasilitas di Wichita kini mungkin bisa dipertanyakan kembali terlebih perusahaan yang membeli fasilitas tersebut adalah Onex Corporation asal Kanada yang kemudian menjual saham yang dimiliki.
Kini fasilitas Wichita ini dimiliki oleh Spirit Aerosytem yang notabene adalah perusahaan yang memproduksi door plug pada B 737 MAX. Perusahaan Spirit Aerosytems juga memproduksi badan pesawat (fuselage) B 737 MAX dan varian lainnya.
Sehingga pertanyaan yang bisa mengemuka adalah siapa yang memasang door plug pada badan pesawat B 737, apakah Spirit Aerosystems yang memproduksi dua bagian pesawat tersebut atau Boeing yang menggabungkan bagian dan komponen pesawat pada proses assembling pesawat ?
Pada sebuah pernyataan, pihak Boeing menyatakan bahwa mereka tidak ada kaitannya pada pemasangan door plug kecuali bila pada tahap inspeksi ditenukan adanya ketidakberesan.
Kemungkinan lainnya adalah pada perusahaan yang memasang sistem WIFI pesawat yang dalam hal ini dilakukan oleh perusahaan bernama AAR, namun mereka juga telah menyatakan bahwa mereka tidak menyentuh door plug saat pemasangan sistem WIFI pesawat.
Berbagai spekulasi pun bisa bermunculan pada pihak lain yang memasang door plug tersebut, dan ini pastinya berkaitan dengan sistem keamanan di fasilitas, baik fasilitas Boeing sendiri maupun di sub kontraktor dan supplier nya.