Sedangkan dari durasi penerbangan, rute SIN ke DPS adalah 2 jam 27 menit sedangkan SIN ke LBJ selama 2 jam 56 menit, jika dihitung pulang pergi maka maskapai A membutuhkan waktu 4 jam 54 menit ditambah turnaround time-nya 30 menit menjadi 5 jam 24 menit untuk SIN ke DPS sedangkan untuk SIN ke LBJ adalah 5 jam 52 menit ditambah turnaround time nya 30 menit menjadi 6 jam 22 menit.
Disini kita bisa melihat bahwa baik dari sisi volume kursi maupun durasi penerbangan, rute SIN ke DPS sepertinya yang akan dipilih oleh maskapai A, mengapa demikian ?
Volume permintaan kursi dari SIN ke DPS lebih banyak daripada SIN ke LBJ dan walaupun maskapai A hanya dapat melakukan penerbangan satu kali dalam sehari pun, maskapai A sepertinya tetap akan memilih rute SIN ke DPS karena durasi penerbangannya yang lebih sedikit. Ini berkaitan dengan utilisasi dan ketersediaan pesawat pada armada mereka.
Ilustrasinya seperti ini, maskapai A perlu menyediakan pesawat yang dalam utilisasi seharinya bisa melakukan penerbangan selama 4 jam 54 menit ke DPS pp atau ke LBJ selama 6 jam 22 menit, ada selisih sekitar 2 jam 32 menit waktu, jika maskapai A hanya memiliki waktu kurang dari 6 jam pada utilisasi setiap pesawatnya maka satu satu nya opsi adalah dengan memilih rute SIN ke DPS.
Kita juga perlu memperhitungkan turnaround time yang dibutuhkan maskapai A di bandara SIN pada penerbangan selanjutnya bila pesawatnya diterbangkan kembali setelah melayani rute ke DPS atau LBJ.
Jika pesawat mereka berangkat dari SIN jam 12.00 siang maka pesawat akan tiba kembali ke SIN pada jam 16.54 jika dari DPS dan 18.22 jika dari LBJ, bila maskapai A kemudian akan menerbangkan ke rute selanjutnya maka pesawat akan berangkat dari SIN jam 17.24 bila sebelumnya terbang dari DPS dan untuk yang sebelumnya terbang dari LBJ akan terbang kembali dari SIN jam 18.52.
Jika kita kemudian asumsikan rute selanjutnya berdurasi 4 jam pp ( ditambah 30 menit turnaround time) maka pesawat tersebut akan tiba kembali jam  21.54 yang sebelumnya dari DPS, sedangkan yang sebelumnya dari LBJ jam 23.22, dari sisi utilisasi pesawat serta kenyamanan pelaku perjalanan juga melihat jam operasional bandara SIN maka maskapai A sangat mungkin lebih memilih rute SIN ke DPS.
Ini semua bukan berarti kesempatan bandara bandara di NTT menjaring maskapai di dunia untuk melayani penerbangan semakin tertutup, melainkan hanya saja para pengelola bandara di NTT perlu mempertimbangkan lokasi mereka serta melihat dari sisi maskapai dan kemudian menentukan strategi jitu.
Sedangkan untuk kebutuhan hub sebagai pengumpul pelaku perjalanan, bandara LBJ adalah yang ideal melihat jarak tempuh dari berbagai kota di Asia dan Eropa untuk kemudian menghubungkan ke destinasi wisata di seluruh NTT, disini pertanyaan ada dua yaitu seberapa siap bandara LBJ sebagai bandara Internasional, domestik dan regional baik dari sisi kapasitas penumpang maupun trafik pesawat sedangkan pertanyaan kedua adalah seberapa siap armada maskapai yang beroperasi disana ?
Pertanyaan kedua ini karena kita menerapkan hukum cabotage dimana maskapai asing tidak diperbolehkan melayani penerbangan domestik sehingga batas penerbangannya hanya ada di bandara Internasional seperti bandara LBJ.
Jika minat maskapai asing melakukan penerbangan internasional lebih cenderung ke DPS daripada ke LBJ maka solusi tersisa adalah penerbangan campuran (mixed flights) via bandara terdekat misalnya DPS atau SUB dan UPG dan kemudian melanjutkan dengan penerbangan domestik ke LBJ.