Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia, Pasar Aviasi Terbesar atau Pelaku Perjalanan Udara Terbesar di ASEAN?

13 Januari 2024   07:28 Diperbarui: 13 Januari 2024   18:55 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Author: Efa Butar Butar

Beberapa waktu yang lalu secara spontan penulis mem posting tangkapan layar dari salah satu situs pelacak penerbangan di grup WA Kompasianer Air sebabnya karena sangat luar biasa melihat langit dunia terisi oleh ribuan pesawat saat itu.

Namun ketika melihat tangkapan layar untuk trafik di langit Indonesia ada yang membuat penulis bertanya tanya mengapa hanya langit sebelah barat yang padat trafiknya sedangkan untuk di tengah dan timur hampir dikatakan tidak ada trafik.

Walaupun mungkin sepinya penerbangan di tengah dan timur Indonesia ini terjadi pada jam jam tertentu seperti pada sore hingga malam hari, akan tetapi mungkin sudah cukup menggambarkan lebih banyaknya penerbangan di barat Indonesia yang bisa berlangsung hingga malam hari ibandingkan tengah dan timur Indonesia.

Dari sini kemudian diskusi dimulai antar beberapa penghuni grup Kompasianer Air mengenai hal tersebut, berbagai pendapat pun diungkapkan oleh beberapa penghuni grup WA KomAir.

Pertanyaan ini sedikitnya bertolak belakang dengan pendapat dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar aviasi terbesar di kawasan ASEAN.

Jumlah penduduk Indonesia merupakan faktor yang menjadikan Indonesia menyandang status sebagai pasar aviasi terbesar di ASEAN sehingga sangat lumrah juga ketika ekspektasnya langit Indonesia lebih banyak penerbangan daripada negara negara lain di ASEAN -- namun sepertinya kenyataan berkata lain.

Memang tidak ada yang keliru pendapat dari berbagai pihak tersebut namun tidak keliru juga tampilan di situs pelacak penerbangan tersebut karena semua pesawat terutama pesawat sipil kini dilengkapi dengan ADB-S yang memancarkan signal berupa informarsi mengenai lokasi dan posisi pesawat setiap waktu.

Hal yang mungkin bisa keliru adalah pada istilah adalah bahwa Indonesia sebagai pasar aviasi terbesar di ASEAN tapi bukan sebagai negara dengan pengguna transportasi udara terbesar di ASEAN,

Bila kita membayangkan mengenai pasar terbesar maka akan tergambar sebuah marketplace yang dipenuhi oleh para pedagang dan pembeli, apakah ini juga terlihat di Indonesia sebagai marketplace dengan banyaknya penyedia penerbangan niaga berjadwal dan para pelaku perjalanan ?

Jumlah perusahaan di bidang penerbangan di Indonesia pemegang Air Operator Certificate (AOC) memang banyak tapi untuk penerbangan niaga berjadwal bisa kita lihat dalam sehari hari dimana jumlahnya tidak banyak.

Sedangkan jumlah pelaku perjalanan udara di Indonesia terlihat ada peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi kita juga perlu melihat secara mendalam karena para pelaku perjalanan udara ada yang melakukan perjalanan ke tujuan dalam negeri dan juga ada yang ke kawasan lain di dunia (mancanegara) termasuk kawasan ASEAN.

Tangkapan Layar situs adbsexchange.com
Tangkapan Layar situs adbsexchange.com
Pilihan tujuan perjalanan oleh para.pelaku perjalanan memang dapat berbeda beda karena berbagai faktornya seperti pilihan dan preferensi, ketersediaan rute penerbangan serta juga harga tiket pesawat.

Untuk faktor yang terakhir ini berkaitan dengan penyedia penerbangan sebagai pihak yang menentukan harga tiket untuk setiap penerbangan yang tentunya disesuaikan dengan standar pelayanan dari penyedia penerbangan bersangkutan.

Namun kembali lagi, harga tiket merupakan sesuatu yang sensitif bagi pembel barang/pengguna jasa termasuk jasa penerbangan, perbedaan harga walau kecil dapat menjadi faktior penyebab dari beralihnya pilihan tujuan perjalanannya, terutama bagi pelaku perjalanan yang hanya ingin membayar tiket untuk perjalanan dari titik A ke B tanpa terlalu memperdulikan pelayanan.

Faktor pemerataan pembangunan dan juga penyebaran penduduk di Indonesia bagian barat, tengah dan timur bisa juga faktor yang mempengaruhnya karena membuat penyedia jasa penerbangan niaga berjadwal hanya menjaring pelaku perjalanan lebih banyak di baguan barat daripada di Indonesia bagian tengah dan timur.

Dari semua ini mungkin kita bisa mengartikan sebutan Indonesia sebagai pasar aviasi terbesar di ASEAN adalah baru sebatas potensi namun karena potensi tersebut belum dimaksimalkan maka langit Indonesia perlu mewujudkan sebutan tadi dalam kenyataan dengan sebutan sebagai negara dengan jumlah pelaku perjalanan teebesar di ASEAN.

Keberadaan penyedia jasa penerbangan sudah terbukti telah menjawab segala halangan (barrier) yang dihadapi oleh banyak destinasi di seluruh dunia dalam hal aksesibilitas dan mobilitas -- dan secara otomatis membuka kunci (unlock) potensi yang dimiliki oleh sebuah lokasi.

Potensi Indonesia untuk menjadi pasar aviasi terbesar di ASEAN bukanlah sebuah mimpi jika kita terbangun dan melihat jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 270 juta jiwa, namun laksana sebuah produk yang memiliki potensi penjualan yang menjanjikan (banyak peminat), kita perlu memanfaatkan segala peluang agar produk tersebut dapat tersedia di pasaran.

Untuk itu kita perlu sekadar dari terbangun mata dari tidur kita tapi juga perlu terbangun badan kita agar dapat bergegas dan melakukan berbagai usaha dan langkah yang konkret agar langit Indonesia menjadi negara dengan pelaku perjalanan terbesar di ASEAN.

Apakah kita perlu maskapai yang banyak agar marketplace penerbangan kita seimbang dalam hal jumlah penyedia jasa penerbangan dan pelaku perjalanan ? jawabanya bisa tidak dan bisa iya.

Salah satu indikasi dari banyaknya para pelaku perjalanan udara tidak terlihat pada jumlah penyedia jasa penerbangan saja tapi juga pada jumlah rute dan frekuensi penerbangan, rute berarti ada konektivitas udara antara dua titik (daerah).

Semakin banyak titik yang terhubung semakin luas konektivitas udara kita serta juga semakin mudah kita membuka kunci (unlock) potensi yang dimiliki oleh setiap daerah yang ada di Indonesia.

Dengan kata lain, jumlah penyedia jasa penerbangan bisa saja sedikit tapi untuk membangun konektivitas udara berupa rute rute dan frekuensi penerbangan yang pastinya memerlukan jumlah unit pesawat yang tidak sedikit melalui utilisasi nya serta juga dengan sarana dan prasarana yang mendukung.

Indonesia memang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN yang sebenarnya masih ada ruang untuk menjadikan Indonesia sebagai ekonomi raksasa di ASEAN, ruang tersebut seluas ruang udara Indonesia.

Bersambung.

Salam Aviasi.

Referensi :

  • trade.gov/country-commercial-guides/indonesia-aviation
  • aviationsourcenews.com/analysis/aviation-markets-spotlight-on-indonesia-part-1/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun