Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Konektivitas Udara Kita yang (Masih) Belum Maksimum

19 Desember 2023   20:34 Diperbarui: 30 Desember 2023   01:15 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perjalanan pesawat. (Sumber: KOMPAS.ID/HERYUNANTO)

Jawaban iya karena memang ketersediaan kursi bertambah tapi pertanyaannya kemanakah kedua maskapai baru ini akan memaksimalkan utilisasi pesawat nya, singkatnya pada rute rute mana kedua maskapai ini akan melayani penerbangan kepada publik.

Apabila kedua maskapai ini mengekor para maskapai yang sudah beroperasi atau juga melayani rute rute yang sama maka penambahan kursi hanya untuk memenuhi permintaan yang mungkin terjadi di rute rute tersebut.

Mungkin kita sudah bisa menjawab rute rute mana yang dimaksud karena disanalah para maskapai kita selama ini berfokus.

Jadi apakah harus menambah kursi atau pesawat lagi ? dalam konteks memaksimalkan konektivitas jawabannya iya namun pertanyaannya siapa yang akan menambahnya ? apakah pemerintah atau pihak pelaku usaha atau investor?

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan usaha dalam hal memaksimalkan konektivitas khususnya ke daerah daerah terpencil, tertinggal dan terluar melalui penerbangan perintis dengan menjalin kerjasama dengan maskapai, namun bagaimana dengan kota kota yang belum terkoneksi seperti contoh BTJ ke PDG?

Koneksi antar kota terutama antar dua kota disini maksudnya tidak hanya antar kota lain pulau saja tapi juga antar kota dalam satu pulau dimana memang belum semua konektivitasnya terjadi.

Jadi apa solusinya? Ini pertanyaan klasik sebenarnya karena masalah konektivitas ini bisa dikatakan sudah lama berlangsung hanya saja pertambahan kapasitas kursi tidak atau belum bisa menjawabnya.

Satu hal menurut penulis adalah pangkalnya yang belum tuntas dimana belum meratanya pembangunan yang berimbas pada tidak meratanya kesejahteraan dan juga tidak meratanya penduduk kita di daerah daerah, dalam arti maskapai akan selamanya berfokus kepada daerah atau kawasan dimana terdapat pasar dengan permintaan kursi dan ruang kargo yang tinggi.

Bila pada akhirnya kesebelasan Persiraja memilih maskapai yang hub nya bukan di KNO (dan juga bukan di NKRI) berarti uang Rupiah yang dibayarkan untuk tiket bisa jadi tidak lari ke maskapai Indonesia tapi negara lain.

Ini artinya apa ya kalau Rupiah yang kita belanjakan tidak berakhir di negara sendiri?

Salam Aviasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun