Perpindahan profesi bukanlah hal yang dapat dijadikan indikasi bahwa kita selama ini mengalami kegagalan dalam berkarir ataupun keliru mengambil jurusan saat masuk ke perguruan tinggi.
Alih profesi bisa berlatarbelakang pada pilihan pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya agar kita dapat memenuhi kebutuhan kita per bulan.
Bagi kita lulusan keuangan maka kemungkinan besarnya jenis pekerjaan yang digeluti  sejak pekerjaan pertama selalu pada jalur yang sesuai dengan keuangan.
Namun ketika kita sulit mendapatkan pekerjaan serupa  setelah menganggur beberapa waktu akibat dampak pengurangan pekerja atau PHK dari perusahaan sebelumnya, jenis pekerjaan apapun mulai menjadi pilihan.
Tingkatan posisinya pun tidak lagi harus sama dengan posisi sebelumnya selama kita dapat mengisi rekening bank untuk memenuhi segala kebutuhan rutin.
Dan relokasi pun adalanya tidak lagi menjadi pertimbangan utama bagi yang belum berkeluarga selama kita terpilih untuk mengisi sebuah lowongan pekerjaan.
Dari semua ini kita bisa menyimpulkan bahwa alih profesi umumnya dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi untuk menunjang kehidupan dengan menangkap setiap kesempatan yang muncul.
Namun bagaimana jika kesempatan yang kita jemput tersebut justru menemukan kita dengan passion dan perfect job ?
Misalnya, kita yang dahulunya selalu berada di meja dengan komputer dan segala dokumen kemudian berubah menjadi perjalanan di bentangan alam luas dan melayani wisatawan dalam berlibur.
Juga dapat pula kesempatan yang kita jemput tadi mengantarkan kita ke kapal pinisi wisata dimana laut dan pulau pulau menjadi pemandangan pengganti dari partisi dan jendela ruang kerja kita sebelumnya ?