Pada dasarnya setiap maskapai selalu berusaha meningkatkan kapasitasnya atau setidaknya mempertahankan tingkat keterisian kursi pesawat (passenger load factor) mereka pada semua rute penerbangan dalam jaringannya.
Bagi maskapai yang menggantungkan satu jenis pesawat untuk mempertahankan tingkat keterisian tersebut akan sangat menggantungkan pula pada keberlangsungan produksi dari pesawat tersebut.
Namun ketika pihak pabrikan pesawat memutuskan untuk menghentikan produksi pesawat tersebut maka maskapai tersebut akan sedikit khawatir terhadap keberlangsungan tingkat keterisian kursi pesawat mereka di masa mendatang.
Hal ini sepertinya yang sedang dihadapi maskapai Emirates dimana sang CEO Â mereka memohon kembali kepada pihak Airbus untuk mengeluarkan produk Airbus A 380Neo dengan mengganti mesinnya dengan mesin UltraFan besutan Rolls Royce.
Permohonan ini setidaknya bukan untuk pertama kalinya disampaikan oleh sang CEO, hal ini menunjukan bahwa Emirates tetap ingin menerbangkan sang super jumbo  selama mungkin guna mempertahankan tingkat keterisian kursi pesawat mereka.
Tim Clark sang bos maskapai Emirates mengatakan bahwa dengan mesin RR Ultrafan ini dapat mengirit bahan bakar pesawat Airbus  A 380 sebanyak 25%.
Sudah tentu pihak Airbus tidak dengan mudahnya mengakomodir permintaan sang CEO Emirates tersebut mengingat Airbus sudah menghentikan produksi pesawat A 380 dan untuk membuka kembali produksinya akan berbiaya sangat tinggi.
Pihak Airbus justru memberikan respon dengan pesawat A 350-1000 dengan mengatakan bahwa pesawat ini akan cocok bagi semua maskapai yang akan mengganti armada Boeing B 777-300ER nya.
Bagi Emirates, pesawat A 350-1000 Â akan mengurangi kapasitas mereka pada setiap penerbangan pada rute rute yang selama ini dilayani oleh A 380 karena kapasitas pesawat A 350-1000 lebih sedikit dari A 380 kecuali bila mereka menambah frekuensi penerbangannya yang pastinya akan dibutuhkan penambahan pesawat.
Hal ini juga berarti Emirates perlu penambahan slot di seluruh bandara tujuan pada rute A 380 mereka yang juga tidak mudah didapat terutama di bandara dengan kepadatan luar biasa.
Ada dua hal yang sangat wajar  dari kekhawatiran Tim Clark selain dari fakta dimana hanya dia lah satu satunya yang mempresentasikan maskapai operator A 380 yang meminta A 380Neo ini.
Pertama adalah maskapai Emirates selama ini memang berfokus pada airline capacity dengan pesawat berbadan pada rute penerbangan jarak jauhnya dengan pesawat berbadan lebar pamungkas mereka yaitu Airbus A 380,Â
Mereka bisa mengeruk banyak penumpang dari segala penjuru dunia yang menjadi rute penerbangan A 380 hanya dalam sekali penerbangan sehingga mereka tidak perlu menambah slot pada bandara tujuan yang sama.
Apabila memang tidak akan ada penggantinya kelak, maka Emirates memang akan menghadapi kenyataan yaitu akan terjadi pengurangan kapasitas dari setiap penerbangan yang saat ini dilayani oleh pesawat A 380.
Hal yang kedua adalah maskapai Emirates mungkin sudah mulai resah dengan tingginya biaya operasional pesawat super jumbo ini sehingga mencari solusi alternatif yaitu meminta Airbus memproduksi A 380Neo dengan mesin yang lebih baru dan lebih efisien.
Permintaan sang CEO mungkin dapat dinilai sesuai dengan tekad industri aviasi yang sudah mulai mengarah kepada pengurangan emisi karbon, akan tetapi efisiensi juga menjadi perhatian bagi semua maskapai di dunia.
Efisiensi tidak hanya mencakup konsumsi bahan bakar saja tetapi secara menyeluruh dari pengoperasian sebuah pesawat seperti perawatan pesawat, ground handling dan lainnya.
Penggunaan pesawat bermesin dua (twin engine) kini dinilai lebih dapat menjawab tantangan maskapai terhadap efisiensi dalam segala lini operasionalnya dan bila kita melihat respon pihak Airbus dengan menawarkan A 350-1000 setidaknya hal ini sebagai bukti bahwa pihak Airbus juga berada berusaha membantu maskapai untuk mencapai keefisiensian tersebut selain juga menuju ke arah NetZero 2025.
Namun demikan tidaklah mudah bagi Emirates untuk melihat semua ini karena mereka juga tidak ingin menyediakan dua kali penerbangan untuk satu rutenya disaat mereka dapat melakukannya dengan satu pesawat.
Emirates yang memiliki 119 unit Airbus A 380 -800 dan pesawat berbadan lebar lainnya  telah mengangkut sekitar 60 juta penumpang selama tahun 2019, jumlah ini bisa menjadi dasar dari Emirates untuk tetap menerbangkan super jumbo selama mungkin.
Dengan kekuatan armadanya ini Emirates berhasil mengambil porsi maskapai maskapai Eropa dalam menghubungkan Benua Asia dengan Eropa, Afrika dan Amerika melalui hub mereka di Dubai DXB yang dapat dikatakan berlokasi di tengah map dunia.
Namun pilihan mereka  memang hanya dua yaitu mempertahankan Super Jumbo dengan meminta Airbus mengeluarkan versi Neo nya atau bersiap diri menghadapi kenyataan dimana tidak ada lagi pesawat Jumbo maupun Super Jumbo yang akan diproduksi oleh pabrikan pesawat di masa mendatang.
Dan Airbus sudah meniawabnya dengan alternatif baru berupa Airbus A 350-900, dengan sisa usia operasional pesawat Airbus A 380 secara kasar sekitar 10-15 tahun, namun mereka tetap akan tiba di waktu dimana mereka harus mempensiunkan super jumbo dan menggantinya dengan pesawat yang tersedia di pasar yang notabene dengan kapasitas kursi tidak sebanyak super jumbo.
Era ukuran pesawat jumbo memang sudah tergeser oleh era efisiensi namun ketika hanya ada satu jenis pesawat yang dapat memberikan jawaban tantangan sebuah maskapai yang memang membutuhkan maka ketergantungan maskapai terhadap jenis pesawat super jumbo justru menjadi tinggi.
Referensi :
- flightglobal.com/airlines/clark-reiterates-plea-for-a380neo/153733.article
- flightglobal.com/air-transport/airbus-reveals-large-orders-from-undisclosed-customers-to-highlight-business-revival/153736.article
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H