Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kini Maskapai Kekurangan Pesawat Pasca Pandemi

13 Juni 2023   00:24 Diperbarui: 17 Juni 2023   04:15 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: needpix.com

Proses reaktivasi dunia penerbangan pasca pandemi walau sudah mendekati ke level sebelum pandemi namun berbagai tantangan masih dihadapi oleh pelaku industri penerbangan.

Diawali dengan kekurangan pilot dan kemudian kru darat bandara (ground handling) khususnya pada pengurusan bagasi hingga kekurangan pesawat dari sisi maskapai.

Walau semua kondisi tersebut memang bagian dari proses reaktivasi serta sudah diprediksi sebelumnya namun tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai keadaan sebelum pandemi.

Kekurangan pesawat bagi maskapai berarti maskapai tidak bisa menambah kapasitas mereka, juga tidak bisa menambah rute dan frekuensi penerbangan karena semua pesawat yang mereka miliki sudah di utilisasi dengan maksimum.

Penambahan frekuensi pada rute penerbangan bisa menstabilkan harga namun bila tidak ada penambahan kapasitas disaat permintaan terus tinggi maka kenaikkan harga tiket pun tak bisa terelakan.

Mengapa maskapai bisa kekurangan pesawat untuk operasionalnya?

Jawabannya ada pada pabrikan dan pusat perawatan pesawat selain dari internal maskapai di mana semua ini sebagai dampak dari pandemi.

Pabrikan pesawat mengalami penurunan kapasitas produksi mereka karena rantai pasokan komponen pesawat tidak tersedia yang disebabkan oleh keadaan dan kondisi para pemasok (vendor) komponen pesawat yang sama dihadapi dengan pelaku usaha lainnya selama pandemi.

sumber gambar: needpix.com
sumber gambar: needpix.com

Hal yang sama juga dihadapi oleh para pemasok suku cadang pesawat, hal ini menyebabkan penggantian suku cadang untuk pesawat yang dalam perawatan di pusat perawatan pesawat tidak bisa dilakukan dengan segera.

Permasalahan suku cadang juga bukan satu satunya masalah yang dihadapi oleh pusat perawatan pesawat tapi juga kurangnya para teknisi pesawat yang merupakan langkah yang harus dilakukan selama pandemi.

Sedangkan dari internal maskapai adalah pada proses pengembalian pesawat pesawat dari penyimpanan (aircract revival) mereka yang selama pandemi tersimpan (stored) di berbagai pelosok dunia.

Proses aircraft revival tidaklah singkat dan murah karena harus melewati beberapa proses seperti pengecekan kembali serta tes terbang pada pesawat untuk memastikan kelaikan udara nya.

Tidak semua maskapai yang harus merevitalisasi pesawatnya namun bagi maskapai yang banyak memiliki pesawat yang tersimpan, maka proses ini akan menguras sumber daya mereka terutama finansialnya.

Oleh karenanya proses revitalisasi pesawat bisa dilakukan secara bertahap, namun ketika terjadi lonjakan penumpang pada musim liburan seperti liburan musim panas, maskapai tidak memiliki pesawat tambahan untuk menambah frukuensi penerbangan.

Solusi yang masih tersisa adalah dengan menyewa pesawat dari perusahaan leasing atau dari maskapai lain namun ini juga akan memerlukan sumber daya finansial maskapai walau masih lebih ringan dari me revitalisasi pesawat.

Pada kanalnya di Youtube, simpleflying menyebutkan bahwa harga sewa pesawat Airbus A 320 mengalami kenaikkan sebesar 12% sedangkan Boeing B 737 sebesar 17%.

Banyaknya permintaan akan penyewaan pesawat berimbas pada kenaikkan harga sewa pesawat, sudah tentu dan secara otomatis pula biaya operasional maskapai akan meningkat dan ini pada akhirnya berimbas pada harga tiket pesawat.

Sampai kapan ini akan berlangsung?

Jawabannya berada pada laju pemulihan pada pabrikan pesawat dan pemasok komponen dan suku cadang pesawat karena pabrikan hanya dapat meningkatkan tingkat produksi (production rate) mereka ketika rantai pasokan tersedia dalam waktu dan kuantitas yang mereka butuhkan.

Jika pasokan hanya tersedia untuk 10 unit pesawat per bulannya maka output pesawat baru hanya bisa mengakomodir pesanan dari maskapai sejumlah 10 unit atau 120 unit per tahunnya.

Sedangkan antrean pesanan sebelumnya yang belum diselesaikan sudah menumpuk serta ditambah dengan pemesanan baru.

Begitu pula pasokan suku cadang pesawat yang bila lambat maka akan memperlambat pula bagi maskapai untuk mengoperasikan pesawatnya yang masih berada di pusat perawatan pesawat.

Dari semua ini akan sangat memungkinkan harga tiket pesawat pada rute-rute tertentu masih tetap tinggi hingga saatnya semuanya kembali normal.

Kondisi normal berarti sama dengan level sebelum pandemi yang dalam penerbangan tidak saja berupa jumlah penumpang tapi juga pada jumlah pilot, kru darat bandara dan juga jumlah pesawat.

Referensi:

  • m.youtube.com/watch?v=k1A1qC-EaKA&pp=ygUSYWlyY3JhY3Qgc2hvcnRhZ2Vz
  • smh.com.au/business/companies/california-to-sydney-how-do-you-wake-an-a380-after-1000-days-in-the-desert-20221227-p5c8zp.html
  • straitstimes.com/business/aircraft-shortage-not-expected-to-ease-new-planes-to-be-more-fuel-efficient-boeing
  • m.youtube.com/watch?v=k6oSTtdbIws&pp=ygUSYWlyY3JhY3Qgc2hvcnRhZ2Vz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun