Apakah aku harus membiarkan bandara saat ini yang sudah padat aktivitasnya dan menunggu hingga mencapai kapasitas maksimumnya? dan jika iya dan tidak ada lahan tersedia maka berarti daya tampung wisata pulau Zuara tidak akan bisa meningkat selama tidak tersedianya bandara tambahan.
Sedangkan untuk budaya dan kearifan lokal, aku bertanya kepada diriku, bukannya kedua hal ini tergantung dari masyarakat lokal sendiri? bila terpengaruh maka memang bisa memengaruhi kedua kelokalan tersebut namun bila tidak, seperti yang terlihat selama ini yang dilakukan oleh penduduk Pulau Zuara maka kedua kelolakan tersebut akan jauh dari perubahan.
Tapi semua ini pemahamanku yang aku coba untuk segarkan kembali seharian ini dan masih berlangsung hingga kini.
Karena jika aku yang salah dalam memahami semua ini maka kerugiannya hanya di aku seorang diri, namun bagaimana jika kekeliruan ada pada penolakkanku tersebut, kerugiannya pada siapa? bukankah pada rakyatku sendiri?
Dalam kebingunganku seharian ini, entah mengapa aku memutuskan untuk membaca berita laporan agen mata mataku yang aku tempatkan di negeri seberang dimana pada laporan tersebut terdapat keadaan yang sangat mirip dengan apa yang aku hadapi.
Well, setidaknya aku tidak satu satunya orang yang menghadapi semua ini, namun bedanya adalah aku adalah pengambil keputusan tunggal di negeriku tanpa harus melibatkan rakyat, sedangkan di negeri dalam berita tersebut tidak hanya keputusannya saja yang tidak bisa diputuskan oleh satu orang saja satu orang saja tapi juga dasar keputusannya yang seharusnya tidak bisa hanya dari satu orang saja.
Persamaannya adalah pembangunan sebuah bandara di kedua negeri harus sama sama memikirkan kesejahteraan rakyat dan negeri.