Drone tempur atau combat drone adalah sebutan singkat dari Unmanned Combat Aerial Vehicle yang merupakan pesawat tanpa awak yang dapat menjalankan misi dan operasional militer mulai dari pengintaian hingga penyerangan dari udara ke darat.
Perkembangan drone tempur ini kini semakin mendapat tempat dalam sistem pertahanan udara di masa datang oleh negara negara di dunia baik sebagai pendamping pesawat tempur berawak maupun sebagai pesawat tempur sendiri.
Kedua peran drone tempur ini dikenal dengan konsep loyal wingman  yang menempatkan drone tempur (UCAV) sebagai pendamping pesawat tempur berawak serta sebagai pesawat tempur  sendiri.
Pesawat tempur yang akan dikembangkan pada konsep Loyal Wingman ini akan terdiri dari dua jenis yaitu sebagai pesawat tempur dengan awak dan pesawat tempur tanpa awak (UCAV), dimana pesawat tempur berawak ini kabarnya akan menjadi pesawat tempur generasi keenam nantinya.
Namun beberapa program yang telah dilakukan oleh beberapa negara tetap menggunakan pesawat tempur yang telah mereka yang nantinnya sang pilot akan bertindak sebagai pemegang komando dari penerbangan formasi bersama drone tempur tersebut sekaligus memegang kontrol terbang drone tempur tersebut
Drone tempur atau UCAV pada konsep Loyal Wingman ini nantinya akan dioperasikan dengan articifial intellegence (AI).
Konsep ini serupa dengan konsep FCAS (Future Combat Aircraft System ) yang dikembangkan oleh Airbus melalui divisinya Airbus Defense and Space bersama dengan Dassault Aviation untuk Angkatan Udara Jerman dan Perancis di masa datang.
Airbus sendiri telah melakukan serangkaian tes pada konsep loyal wingman mereka yang diberi nama Manned-Unmanned Teaming (MUT) sebagai peran Airbus dalam pengembangan FCAS.
Airbus bertindak sebagai pihak yang mengembangkan sistem kontrol jarak jauhnya dan pesawat induknya sedangkan Dassault Aviation mengembangkan pesawat Next Generation Fighter (NGF) nya.
Boeing Defense, Space and Security bersama dengan Boeing Australia juga tengah mengembangkan drone tempur yang dinamakan Boeing MQ-28 Ghost Bat untuk Angkatan Udara Australia (RAAF) dengan menerapkan Artificial Intellegence (AI) pada drone tempur ini.
Â
Boeing MQ-28 yang sebelumnya bernama Boeing Air Teaming System ini rencananya akan diperkenalkan pada tahun 2024-2025 nanti yang akan berperan ganda yakni sebagai pendamping dan pelindung semua armada udara RAAF serta sebagai pesawat tempur sendiri.
Angkatan Udara Amerika sudah sejak tahun 2014 memulai program Next Generation Air Dominance (NGAD) dimana pada program tersebut terdapat konsep serupa dengan Boeing ATS dan Airbus MUT yang mereka namakan dengan Collaborative Combat Aircraft (CCA).
CCA ini merupakan drone tempur siluman yang nantinya dapat dioperasikan bersama dengan pesawat tempur berawak seperti F-22 dan F-35 sebagai wingmannya yang dapat berjumlah hingga lima drone untuk setiap pesawat tempur berawak.
Pengembangan CCA sudah dilakukan dimana salah satunya dalam program Skyborg dimana USAF sudah memberikan kontrak kepada Boeing, Northorp Grumman, General Atomics, Kratos Unmanned Aeriel System untuk mengembangkan drone tempur tersebut.
Jika Amerika memiliki drone tempur CCA, Russia memiliki Sukhoi S-70 Okhotnik-B dengan menggandeng pabrikan Sukhoi dan MIG.
Drone tempur ini akan mendampingi pesawat tempur mereka yakni Sukhoi SU-57, konsep yang mirip dengan program Skyborg nya USAF dengan F-22 dan F-35 nya.
Nantinya Sukhoi SU-70 ini akan terbang dalam formasi bersama pesawat tempur SU-57 dengan kendali oleh pilot pesawat SU-57.
Tiongkok dikabarkan juga telah melakukan studi drone tempur ini namun situs popularmechanics mengabarkan bahwa Tiongkok kemungkinan akan mengubah (konversi) pesawat tempur berawak mereka Chengdu J-7 yang tergolong pesawat tempur usang.
Chengdu J-7 ini adalah jiplakan dari pesawat tempur era Soviet yakni MIG-21 pada tahun 1960 an pada masa perang dingin.
Drone tempur yang tengah dalam pengembangan dan juga uji coba ini selain dari Boeing MQ-28 Ghost Bat dan Sukhoi SU-70 ini adalah Kratos XQ-58 Valkyrie,
Dengan perkembangan ini semua tentunya membuat negara negara lain didunia yang tidak mengembangkannya semakin berat tantangannya dalam mengantisipasi serangan udara ke teritorinya.
Sebabnya adalah bila sebelumnya satu penyerangan udara yang dilakukan oleh satu.pesawat maka nantinya akan terdiri dari lebih dari satu pesawat dan bahkan bisa berjumlah hingga enam pesawat dimana lima dari mereka merupakan drone tempur.
Selain itu, drone tempur ini akan memiliki kemampuan yang sama dengan pesawat tempur berawak dan dengan persenjataan yang sama pula serta dengan tidak melupakan teknologi silumannya (stealth).
Bagi negara negara lain seperti Indonesia, setidaknya memiliki dua pilihan yaitu mengembangkan drone tempur dan konsep serupa atau mengembangkan sistem pertahanan udara yang dapat mengantisipasi serangan udara tersebut baik dengan melatih pilot pilotnya dengan menyesuaikan ancamannya maupun dengan mengembangkan radar serta rudal atau peluru kendali dari darat ke udara.
Karena dengan teknologi silumannya dan terbang dalam formasi dekat, kemungkinannya radar akan mendeteksi hanya satu pesawat yang pada kenyataannya lebih dari itu.
Referensi :
- popularmechanics.com/military/aviation/a43511529/china-turning-soviet-fighters-into-combat-drones/
- airandspaceforces.com/wildly-successful-skyborg-program-of-record-developing-st/
- en.m.wikipedia.org/wiki/Loyal_wingman
- en.m.wikipedia.org/wiki/Boeing_MQ-28_Ghost_Bat
- en.m.wikipedia.org/wiki/Sukhoi_S-70_Okhotnik-B
- airbus.com/en/products-services/defence/multi-domain-superiority/future-combat-air-system-fcas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H