(Keterangan : wfu= withdrawn from use atau ditarik dari penggunaan | std =stored).
Dampak pandemi sangat dirasakan oleh semua maskapai di seluruh dunia walaupun bentuknya berbeda-beda dari satu maskapai dengan maskapai lainnnya sehingga ada maskapai yang dapat cepat melakukan pemulihan namun ada juga yang memerlukan waktu yang lebih lama.
Permsalahan yang dihadapi maskapai oleh para maskapai di seluruh dunia akibat pandemi pada umumnya terdiri dari tiga yaitu:
- Pengembalian pesawat ke pihak leasing,
- Pembatalan pesanan pesawat oleh maskapai
- Keterlambatan penyerahan pesawat oleh pabrikan ke maskapai karena adanya masalah pada supply chain pada komponen-komponen pesawat.
Dampak dari pembatalan pesanan oleh maskapai mungkin berimbas pada denda atau juga gugatan hukum dari pabrikan, sedangkan penundaan penyerahan pesawat oleh pabrikan pesawat masih bisa diatasi dengan tetap dioperasikannya pesawat yang sedianya diganti.
Walaupun dampak dari pengembalian pesawat bagi sebuah maskapai dapat terlihat positif dari sisi neraca keuangan namun tidaklah demikian pada laporan rugi/laba maskapai.
Dari kacamata penerbangan komersial nasional, pengembalian pesawat oleh maskapai kepada pihak leasing berarti berkurangnya pesawat penumpang yang melayani penerbangan komersial berjadwal yang berarti pula pengurangan kapasitas (kursi penerbangan).
Walau ada kemungkinan rute-rute penerbangan yang dahulunya dioperasikan dengan pesawat yang telah dikembalikan ke pihak leasing kini dialihkan (dengan proses resmi pastinya) kepada maskapai lainnya yang masih dalam satu grup.
Akan tetapi hal ini seperti memajukan satu usaha dengan mengurangi operasional usaha lainnya yang pada akhirnya akan memengaruhi kinerja keuangan secara keseluruhan.
Pengalihan ini sangat mungkin dilakukan dengan melihat peningkatan jumlah armada dari maskapai baru tersebut yang sangat signifikan sejak mulai beroperasi hingga kini.
Disisi lain, terlepas aktual atau tidaknya data armada dari semua maskapai komersial yang beroperasi di Indonesia pada situs-situs tersebut, terlihat tidak sedikit pula pesawat yang masih berstatus 'stored' yang berarti belum dikembalikan pada operasional mereka.
Sedangkan argo biaya sewa tetap berjalan setiap bulannya, jika tidak dipenuhi akan menumpuk menjadi utang yang pada biaya sewa pesawat tentunya berjumlah sangat signifikan.