Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Berkenalan dengan Airbus A220 yang Dahulunya Dimusuhi Boeing

14 Maret 2023   17:02 Diperbarui: 14 Maret 2023   17:05 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airbus A220-300 (Author: Romain COUPY via Wikimedia Commons)

Sebelum bernama Airbus A220, pesswat ini bernama Bombardier CSeries yang dibuat oleh pabrikan Bombardier asal Kanada., jadi mengapa sudah menjadi musuh bebuyutan Boeing sebelumnya ?.

Kekesalan Boeing pada pesawat ini adalah ketika pihak Bombardier menawarkan pesawat ini ke salah satu maskapai terbesar di Amerika yaitu Delta Airlines dengan harga yang sangat dan sangat murah serta dalam jumlah cukup besar yaitu 75 unit pada tahun 2016.

Bombardier memang tidak ada salah, istilahnya 'it's business', akan tetapi pihak Boeing tetap pada kekesalannya terhadap pesawat ini.

Disisi lain, pihak Airbus justru melihat potensi pada pesawat ini sebagai pesawat jet regional dimana memang tidak banyak jenis pesawat untuk penerbangan regional yang bermesin jet, umumnya bermesin turboprop seperti ATR 42/72  dan Bombardier Q 300.

Pihak Airbus kemudian mengakusisi 50,01% saham program CSeries ini dari Bombardier dan mendirikan perusahaan joint venture bernama Airbus Canada Limited Partnership pada tahun 2016.

Program CSeries ini meliputi pesawat C-100 dan C-300 yang merupakan pesawat jet penumpang bermesin dua dengan lima deret kursi (5 abreast) yang dimulai oleh Bombardier sejak tahun 2004, keduanya kini menjadi A220-100 dan A220-300.

Jika dilihat dari sisi Airbus maupun Boeing, pesawat ini memang merupakan saingan dari keluarga pesawat mereka masing masing yaitu Airbus dengan A 320 nya dan Boeing dengan B 737 nya yang bersaing dengan Bombardier C-300.

Persaingan tepatnya pada varian Airbus A-318 dan Boeing B 737-500/600/700 yang merupakan varian dari dua kelurga pesawat pabrikan Airbus dan Boeing dengan kapasitas lebih sedikit dan jarak terbang lebih pendek dari model utamanya.

Jika membandingkannya dengan A 318, pesawat A 220-390 lebih panjang yaitu 38.70 meter dianding A 318 dengan 31.44 meter namun keduanya tidak terpaut jauh dalam jarak jelajahnya yaitu 6,112 km untuk A 220-300 dan 6,000 km untuk A 318.

Sedangkan untuk kapasitas penumpangnya A318 dengan 132 pax maksimum dan untuk A 220-300 dengan 160 pax maksimum

Secara head-to-head bisa disimpulkan A 220-330 memiliki keunggulan pada kapasitas dan jarak jelajahnya, namun demikian masih banyak faktor yang menentukan bagi maskapai untuk memilih pesawat ini seperti biaya training bagi kru dan pemerliharaan, karena walaupun menyandang nama Airbus akan tetapi struktur dan sistem bisa berbeda.

Namun sepertinya Airbus juga mengikuti jejak Boeing yang memiliki sejarah untuk mengakusisi pabrikan yang dinilai menjadi pesaingnya seperti yang telah Boeing lakukan terhadap Mcdonnell Douglas.

Pesawat Airbus A 220 memang sudah masuk dalam keluarga besar Airbus yang bisa terlihat di situs resminya walaupun pesawat ini tidak menyandang angka 3 seperti semua keluarga pesawat Aitbus.

Para pengguna atau operatornya juga merupakan maskapai besar seperti Delta Airlines dan Qantas (Queensland and Northern Territory Aerial Services), Lufthansa dan maskapai besar lainnya, hal ini menandakan adanya potensi yang memang tidak bisa dipandang sebelah mata pada pasar penerbangan regional dan jet pernumpang berkapasitas hingga 160 pax.

Mengapa maskapai besar seperti Lufthansa dan lainnya menjadi berminat terhadap pesawat ini ?

Ilustrasi sederhananya dari orang awan mungkin seperti ini, bila biasanya mereka menggunakan pesawat jet dengan kapasitas 150-180 pax seperti Airbus A 320 dan Boeing B 737 untuk sebuah rute penerbangan yang hanya memiliki rata rata load lactor 75% maka kenapa tidak menggantinya dengan pesawat ukuran yang dapat sesuai dengan kebutuhan maskapai yaitu pesawat dengan kapasitas yang sesuai dengan permintaan pasar, sehingga dapat memberikan load factor 100%.

Begitu pula mungkin bagi Lufthansa, dimana pesawat ini dapat menjawab kebutuhan mereka pada rute rute penerbangan jarak dekat mereka di benua Eropa dan sekitarnya serta lebih efisien dibandingkan jika mengoperasikan pesawat berlorong satu dengan ukuran lebih besar sepeeti A 320 dan B 737 NG maupun MAX.

Bagaimana dengan penggunaan pesawat ini di Indonesia, apakah cocok ?

Akan sangat tergantung dari masing masing maskapai dalam melihat kebutuhannya pada setiap rute yang mereka lakukan.

Akan tetapi pesawat Airbus A 220 ini dapat menjadi alternatif bagi maskapai yang masih mengoperasikan pesawat Boeing B 737-500/600/700 atau Airbus A-318 baik dengan A 200-100 dengan kapasitas 100-130 pax atau A 220-300 dengan kapasitas 120-160 pax.

Bagi yang ingin merasakan sensasi terbang dengan A 220 (khususnya A 220-300) ini bisa mencobanya pada rute rute yang dilayani oleh maskapai maskapai yang menjadi operator pesawat ini seperti misalnya Qantas.

Maskapai Qantas sendiri dikabarkan akan menjadikan pesawat ini sebagai tulang punggung armada mereka pada rute domestik dan regional mereka selain dengan A 320 dan B 737.

Sumber dan Referensi :

  • money.cnn.com/2017/10/16/news/companies/airbus-buys-majority-stake-bombardier-cseries/index.html
  • airbus.com/en/products-services/commercial-aircraft/passenger-aircraft/a220-family
  • executivetraveller.com/news/qantas-airbus-a320neo-a321xlr-a220-boeing-737-max-order
  • aviatorjoe.net/go/compare/A318/A220-300/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun