Baru baru ini Defense Advanved Research Projects Agency (DARPA) menunjuk dua perusahaan untuk mengembangkan pesawat angkut berat yang bisa mendarat di air untuk pihak militer AS.
DARPA sendiri merupakan bagian dari struktur militer AS yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan segala kebutuhan militer AS dengan teknologi terdepan.
Pihak DARPA menginginkan pesawat angkut berat ini sama kemampuannya dengan pessawat Boeing C-17 Globemaster III yang dapat mengangkut tank M1 Abrams, segala jenis truk militer, 102 pasukan terjun payung lengkap dengan perlengkapannya, serta dapat berfungsi sebagai rumah sakit terbang.
Pesawat juga harus memiliki daya jelajah jauh (long range)da berbiaya rendah, hal ini mengingat pangkalan pangkalan udara AS yang tersebar di seluruh dunia sehingga dibutuhkan kendaraan yang mampu terbang dan menjangkau seluruh kawasan di dunia.
Permintaan ini sekilas menandakan kembalinya pesawat berbasis air/laut (sea-based) yang dahulu juga digunakan pihak militer dan sipik komersial dengan flying boat nya (kapal terbang).
Akan tetapi jika kita melihat lebih dalam lagi, latar belakang dari pengajuan project ini oleh DARPA dapat dilihat sebagai kebutuhan militer AS di masa mendatang dalam konteks peperangan.
Apakah pesawat ini kelak akan menjadi jawaban dari ancaman bagi militer AS khususnya di kawasan Asia dan Pasifik dimana negara negaranya terpisah dengan lautan dan samudera, berbeda dengan kawasan Eropa dan Afrika yang semua negaranya berada di daratan yang sama.
Dalam hal menghadapi peperangan di kawasan ini tentunya pengerahan pasukan dan peralatan serta perlengkapan militer (deployment) sangat menentukan terutama lama.waktu yang dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut.
Sedangkan deployment adalah bagian dari persiapan (pre-positioning dan pre-stocking) dalam menghadapi peperangan oleh karenanya dibutuhkan kendaraan untuk mengangkut kekuatan yang dibutuhkan di medan pertempuran dari pangkalan pangkalan utama dengan secepat dan dengan tingkat efisisnsi yang tinggi pula.
Kapal laut militer bisa melakukan itu akan tetapi pada saat saat dibutuhkan kehadiran kekuatan utama ataupun tambahan militer AS di kawasan ketika terjadi peperangan maka angkut udara menjadi solusinya.