Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Altitude Sickness di Darat dan Udara

5 Februari 2023   12:43 Diperbarui: 6 Februari 2023   18:31 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada penerbangan jarak pendek dan sedang, tekanan udara dalam kabin sama dengan pada ketinggian 5,000-6,000 feet sedangkan pada penerbangan jarak jauh tekanan udara dalam kabin sama dengan pada ketinggian 8,000 feet.

Ini berarti ketika pesawat sedang dalam fase cruisng altitude (En Route / ENR) yang bisa hingga 35,000-41,000 feet pada pesawat jet penumpang, tekanan udara di dalam kabin akan tetap sama dengan pada ketinggian 8,000 feet pada penerbangan jarak jauh dan 5,000-6,000 feet pada penerbangan jarak pendek dan sedang.  

Selain dari cepatnya atau drastisnya perubahan tekanan udara, lamanya waktu kita berada di ketinggian dengan tekanan udara yang tidak biasanya kita berada juga bisa membawa dampak pada tubuh kita.

Menurut Dr. Claude Thibeault yang menjabat sebagai Penasehat Kesehatan pada International Air Transport Association (IATA) di Montreal, untuk penyakit Acute Mountain Sickness (AMS) umumnya terjadi pada ketinggian 6,500 feet dan lebih sehingga adakalanya orang mengalami mual/mabuk udara (disertai dengan muntah), sakit kepala ketika berada di pesawat.

Mungkin ada yang bertanya mengapa 8,000 feet yang dijadikan patokan ?

Masih menurut Dr. Claude Thibeault, ketinggian ini adalah ketinggian maksimum yang dapat ditolerir oleh struktur badan pesawat, bila kurang dari itu maka dibutuhkan struktur badan pesawat yang lebih kuat yang cenderung lebih berat dimana pesawat akan membutuhkan daya dorong (thrust) lebih banyak yang berarti penggunaan bahan bakar yang lebih pula.

Sedangkan jika lebih dari ketinggian itu (misalnya 10,000 feet) maka akan lebih banyak oksigen dibutuhkan, karena kita akan mulai memerlukan oksigen pada ketinggian 10,00 feet dimana udara semakin menipis. Pada dasarnya semakin mendekati tekanan udara dengan di permukaan laut maka semakin baik.

Namun beberapa pesawat baru seperti Airbus A 380,, A 350 dan Boeing B 787 tekanan udara di dalam kabin sama dengan tekanan udara di ketinggian 6,000 feet yang bila melihat penyakit Acute Mountain Sickness mulai pada ketinggian 6,500 feet ke atas maka pada pesawat pesawat baru tersebut kemungkinan akan dapat meminimalkan resiko penyakit acute mountain sickness ini.

Referensi :

  • healthline.com/health/altitude-sickness-flights
  • webmd.com/a-to-z-guides/altitude-sickness
  • hcdc.gov/travel/yellowbook/2020/noninfectious-health-risks/high-altitude-travel-and-altitude-illness
  • abcnews.go.com/Health/Healthday/story?id=4507808
  • aerospace.honeywell.com/us/en/about-us/blogs/why-do-aircraft-use-cabin-pressurization
  • en.m.wikipedia.org/wiki/Rate_of_climb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun