Kemudian apabila maskapai tersebut tadi mengumumkan akan membeli pesawat maka kita bisa melihat dari media berita online dan update dari pabrikan pesawat yang terkait dengan pengumuman maskapai tersebut.
Biasanya bila pabrikan menerima pesanan apabila ada kesepakatan dari kedua belah pihak untuk mempublikasikan penandatanganan kontrak pembelian pesawat, pabarikan pesawat kemudian akan segera mengumumkannya di media baik arus utama berita maupun sosial mereka.
Proses analisis kita tidak berhenti disini, kita bisa lanjutkan dengan melihat dari jumlah backlog yang dimiliki oleh pabrikan pesawat tersebut.
Backlog adalah selisih antara jumlah pesanan pesawat yang diterima oleh pabrikan pesawat dengan jumlah penyerahan pesawat oleh pabrikan pesawat, dengan kata lain pabrikan masih memiliki pesanan pesawat yang belum diselesaikan dan diserahkan ke pemesan.
Dari backlog ini kita bisa memprediksi kapan maskapai A menerima pesanan mereka dengan dasar bahwa memang ada pemesanan dari maskapai tersebut, kita bisa memprediksinya dengan melihat dari production rate pabrkkan pesawat per periode waktu (biasanya per bulan).
Sebagai ilustrasi, jumlah backlog pabrikan Airbus adalah 7,239 unit pada semua keluarga pesawat mereka, jika menggunakan production rate mereka saat ini yang hanya 45 unit per bulan maka kita bisa prediksi berapa lama waktu yang dibutiuhkan untuk menyelesaikannya tanpa adanya pemesanan baru yang sepertinya tidak mungkin.
Sedangkan Boeing memiliki backlog sebanyak 3,510 unit hanya pada keluarga B-737 dengan production rate 31 unit per bulannya.
Apabila memang tidak ada pemberitaan ataupun update dari pabrikan pesawat mengenai pembelian pesawat dari maskapai A maka ada kemungkinannya maskapai membeli pesawat tidak baru melainkan "used airplane" melalui pihak pihak ketiga misalnya perusahaan leasing pesawat.
Namun informasi mengenai ini pun dapat kita dapatkan dari berbagai media berita online khususnya yang berfokus pada industri aviasi.
Informasi mengenai rencana pembelian pesawat ini adalah penting karena akan merefleksikan kapasitas maskapai yang akan tersedia di masa mendatang, bagaimana maskapai menjalankan program peremajaan armada mereka, hal ini berkaitan dengan efisiensi dimana pesawat baru akan lebih efisien baik dalam hal konsumsi bahan bakarnya maupun pemeliharaannya.
Sudah tentu masih banyak hal hal lainya yang perlu kita analisa sebelum memutuskan berinvestasi, misalnya harga bahan bakar, stabilitas politik dimana kejadian tertentu yang dapat terganggunya penerbangan sebagai contoh mogok kerja oleh staf bandara, tindak kejahatan dan terorisme di bandara, wabah penyakit dan lain lain.