Apakah itu buruk ?
Tidak. Justru kebalikkannya, ini merupakan hal yang positif serta menambah kokoh pernyataan yang mengatakan bahwa liburan tidak mengenal resesi ekonomi dan segala kondisi dan keadaan yang dapat berpengaruh pada jalannya kehidupan.
Liburan tidak mengenal semua itu hanya menyesuaikan diri dengan "wait and see", tidak terhenti , hanya terbendung.
Karena liburan adalah hasrat untuk melihat apa yang ada di sisi lain dunia, liburan sudah menjadi kebutuhan untuk berganti suasana dan lingkungan bagi kebanyakan orang, tidak peduli jarak dekat maupun jauh.
Dan ketika bendungan ini sudah terlalu padat mengisi ruang ruang hasrat untuk berlibur maka semburannya akan membawa dampak positif bagi banyak orang mulai dari penyedia moda transportasi hingga para pelaku pariwisata seperti pengelola akomodasi, restoran, cafe tempat atraksi hiburan dan lainnya.
Bila melihat dari sisi pelaku usaha pariwisata, kebutuhan mendesak dari para holiday makers pada musim akhir tahun ini juga berbeda dimana kebutuhan mereka juga menjadi mendesa.
Karena hampir sebagian besar dari mereka ada yang sempat " absen" dari persiapan persiapan dan aktivitas untuk menjamu para holiday makers selama dua tahun berturut turut.
Baik dari sisi pelaku wisata maupun pelaku pariwisata, liburan baik itu musiman maupun bukan, memang merupakan bagian dari kegiatan pada kalender tahunan mereka.
Usai perayaan tahun baru, low season pun akan tiba dan akan tergantikan dengan peak seasson antara bulan Juli dan Agustus dan menurun sedikit sebelum akhir tahun tiba.
Namun itulah kalender para pelaku wisata dan pelaku pariwisata, laksana perputaran roda namun sempat terhenti selama dua tahun terakhir ini.
Mudah mudahan dengan naik kelasnya kebutuhan liburan musiman akhir tahun 2022 ini menjadi kebutuhan mendesak dapat membuka pintu dan jendela bagi kegiatan pada kalender tersebut yang sudah berlangsung sekian lama.