Pada produsen bahan bakar avtur yang sebelumnya juga harus mengantisipasi lonjakan permintaan dari para maskapai yang harus mengakomodir lonjakan penumpang, harus berhadapan pula dengan keadaan dimana adanya kekurangan pasokan minyak mentah sebagai bahan baku dari avtur.
Pada sisi pabrikan pesawat, pandemi juga berimbas kepada proses produksi mereka terutama pada rantai pasokan (supply chain) mereka.
Masalah pada rantai pasokan komponen pembuatan pesawar akan berimbas pada kecepatan penyelesaian pesawat (production rate) karena tersendatnya pasokan material pembuatan pesawat seperti komponen elektronik dan lainnya.
Para pemasok material pesawat juga terimbas pandemi, kekurangan pekerja dan lainnya yang membawa dampak pada produksi mereka yang dibutuhkan oleh pabrikan pesawat.
Pihak Airbus melalui sang CEO menyebutkan bahwa permasalahan pada rantai pasokan yang dihadapi pabrikan pesawat masih akan berlangsung setidaknya hingga tahun 2023.
Akan tetapi pada tahun 2022 seiring dengan mulainya kegiatan ekonomi di berbagai sektor, para pabrikan mulai dapat melalui kesulitan pada  rantai pasokan sehingga dapat meningkatkan production rate mereka.
Airbus dikabarkan akan meningkatkan production rate mereka pada keluarga A-320 mereka dari saat ini sebanyak 45 unit pesawat per bulan menjadi  hingga 65 unit per bulan secara bertahap walau ditengah permasalahan pada rantai pasokan.
Sedangkan Boeing masih harus tetap bekerja keras dalam mengembalikan reputasinya setelah beberapa masalah yang dihadapi mulai dari masalah pada MAX hingga masalah produksi pesawat B-787 mereka dimana dikabarkan ada sekitar 120 unit yang parkir dan  belum diserahkan karena harus dilakukan inspeksi terlebih dahulu.
Belum lagi pada sertifikasi pesawat baru mereka yaitu B-777X (B-777 8 dan 9) mereka yang masih juga belum tuntas.
Padahal pesawat ini merupakan jawaban Boeing terhadap pesawat Airbus A-350 1000 yang dapat mengangkut 480 penumpang dalam konfigurasi satu kelas atau 410 di tiga kelas.