Kita sering mendengar istilah VTOL/STOL dan eVTOL/eSTOL pada pesawat (aircraft) dimana mungkin istilah istilah ini membingunkan dengan ditambah istilah lain menyertainya seperti powered-lift serta vectored thrust, serta perbedaan apa antara VTOL dengan helikopter yang sama sama dapat lepas landas secara vertikal pula.
VTOL adalah kepanjangan dari Vertical Takeoff Landing baik itu pesawat yang bersayap tetap maupun bersayap putar (rotary wings) seperti helikopter sehingga pada dasarnya helikopter adalah pesawat VTOL namun tidak semua pesawat bersayap tetap merupakan pesawat dengan kemampuan VTOL.
Pesawat bersayap tetap dengan kemampuan VTOL menggunakan daya angkat secara vertikal layaknya seperti helikopter namun menggunakan sayap tetap untuk fase penerbangan diudara seperti layaknya pesawat konvensional.
Sedangkan daya angkat nya (lift) nya dapat menggunakan dua cara yaitu dengan baling baling seperti helikopter dan ada yang dengan menggunakan vectored thrust dengan mesin jet.
Penerapan vectored thrust atau thrust vectoring pada pesawat terutama pada pesawat tempur adalah sama dengan penerapannya pada roket dan peluru kendali yaitu untuk memanipulasi arah dari daya dorong mesin agar dapat mengontrol ketinggian dan gerak pesawat pada pesawat tempur yang dapat membuat pesawat semakin lincah dan gesit (agile).
Pesawat bersayap tetap VTOL pertama yang sukses beroperasi adalah pesawat tempur kelurga Harrier Jump Jet dan variannya yaitu Sea Harrier dan AV-8 Harrier II yang diproduksi oleh Inggris dan Amerika sedangkan dari Soviet dahulu ada pesawat Yakovlev Yak-38.
Jauh sebelum sukses dengan Harrier nya, pihak Inggris sudah pernah memiliki pesawat jet VTOL yaitu Short SC-1 namun hanya sebatas prototype dan bisa dikatakan sebagai cikal bakal dari pesawat Harrier disamping juga pesawat Hawker Siddeley P. 1127.
Pada aviasi militer saat ini, ada dua pesawat VTOL yaitu pesawat Bell Boeing V-22 Osprey yang menggunakan baling baling serta pada pesawat LM F-35 Lighthing II yang menggunakan jet.
Mengapa pesawat bersayap tetap dibuat dengan kemampuan VTOL ?
Maksud penerapan VTOL pada pesawat baling baling seperti pada pesawat Bell Boeing V-22 Osprey adalah agar pesawat dapat melakukan misi seperti helikopter yang dapat menjangkau daerah  yang tidak memiliki landasan pacu serta juga dapat terbang lebih jauh dan cepat serta mengangkut lebih banyak layaknya pesawat bersayap tetap lainnya.
Sedangkan pada pesawat jet tempur, pesawat bisa takeoff dan landing di segala tempat seperti tempat parkir mobil, hutan, serta pangkalan udara yang tidak siap maupun yang rentan terhadap serangan terutama landasan pacu nya, dan termasuk di kapal induk.
Pesawat VTOL yang menggunakan rotor atau baling baling oleh Federasi Olah Raga Kedirgantaraan Dunia atau FAI disebut dengan convertiplane yaitu pesswat yang menggunakan rotor untuk takeoff dan landing serta bersayap tetap untuk penerbangan di udara.
Semua pesawat bersayap tetap VTOL merupakan kategori pesawat powered-lift yaitu pesawat bersayap tetap yang menggunakan power sebagai daya angkatnya, berbeda dengan pesawat bersayap tetap pada umumnya seperti pesawat penumpang dengan Conventional Takeoff Landing (CTOL) yang menggunakan bantuan thrust (propulsion) yang dihasilkan oleh mesin pesawat sebagai pendorongnya di landasan pacu untuk mendapatkan daya angkat (lift) karena adanya berat angkut (payload) pada pesawat yang memerlukan daya angkat yang lebih besar pula.
Badan Aviasi Sipil Dunia atau ICAO mendefinisikan pesawat powered-lift pada annex 1 pasal 1.1 sebagai A heavier-than-air aircraft capable of vertical take-off, vertical landing, and low-speed flight, which depends principally on engine-driven lift devices or engine thrust for the lift during these flight regimes and on non-rotating aerofoil(s) for lift during horizontal flight.
Namun demikian ada beberapa pesawat VTOL yang juga dapat beroperasi secara STOL maupun CTOL yang menggunakan landasan pacu, contohnya pesawat tempur Harrier yang menggunakan ski jump di kapal induk untuk membantu pesawat mendapatkan daya angkatnya serta pesawat tempur F-35 dimana kedua pesawat juga dapat lepas landas secara umum (CTOL) di landasan pacu.
Pesawat tempur pada keluarga Harrier Jump Jet yang menggunakan ski jump untuk takeoff di kapal induk ini dikategorikan oleh NATO sebagai pesawat STOVL atau Short Takeoff Vertical Landing.
Kentungan dari STOVL ini adalah walaupun masih memerlukan landasan pacu (pendek) namun pesawat dapat membawa persenjatan lebih banyak daripada pesawat VTOL dengan berat angkut yang lebih ringan agar dapat lebih mudah terangkat.
Sedangkan pada semua jenis helikopter baik itu serbu, angkut, serba guna dan lainnya, ada yang hanya bisa beroperasi secara VTOL karena tidak memiliki roda untuk melakukan taxi.
Pesawat STOL adalah pesawat bersayap tetap yang dapat takeoff landing di landasan pendek, contohnya pesawat de Havilland DHC-6 Twin otter yang melegenda itu.
Pesawat STOL sangat berguna untuk penerbangan ke daerah daerah yang terpencil dan terisolasi dimana fasilitas bandaranya tidak memiliki landasan pacu yang panjang, di Indonesia kita mengenal istilah penerbangan perintis dimana pesawat pesawat yang digunakan merupakan pesawat STOL.
Pada perkembangannya tenaga listrik atau electric diaplikasikan pada industri pesawat yang kemudian melahirkan istilah eVTOL/eSTOL dengan tenaga electric untuk daya angkatnya.
Penggunaan electric sangat bermanfaat bagi lingkungan pastinya karena jelas akan mengurangi tingkat emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh mesin dengan bahan bakar fosil walau kapasitas daya angkutnya tidak sama.
Mungkinkah pesawat penumpang berbadan lebar dapat VTOL ? sepertinya jauh dari kemungkinan mengingat berat angkut yang besar akan tetapi untuk penumpang berjumlah sedikit adalah sangat memungkinkan seperti yang sedang dan sudah dilakukan oleh beberapa pabrikan baik untuk komersial maupun personal atau Personal Air Vehicle (PAV).
Untuk saat ini pesawat dengan kemampuan VTOL lebih banyak terlihat di aviasi militer sedangkan di aviasi sipil belum banyak terlihat karena masih dan sedang dalan pengembangan dan perijinan.
Akan tetapi untuk penggunaan komersial masih memerlukan waktu menuju realisasinya mengingat perbedaan ruang udara yang lebih kompleks (perkotaan dan terbang rendah) dibandingkan dengan pesawat konvensional pada umumnya.
Referensi :
- en.m.wikipedia.org/wiki/STOL
- en.m.wikipedia.org/wiki/VTOL
- en.m.wikipedia.org/wiki/Powered_lift
- en.m.wikipedia.org/wiki/Harrier_jump_jet
- en.m.wikipedia.org/wiki/Yakovlev_Yak-38
- en.m.wikipedia.org/wiki/Convertiplane
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H