Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Kita dalam Peperangan Informasi?

16 September 2022   17:12 Diperbarui: 17 September 2022   06:21 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Arus Informasi (foto: pixabay.com)

Sadar atau tanpa disadari kita sedang berada dalam serangan, bukan seragan militer, bukan serangan terorisme, bukan pula lagi serangan cyber akan tetapi serangan informasi.

Dengan mengatakan itu maka kita sedang dalam peperangan informasi (information warfare).

Apa itu peperangan informasi?

Belum ada definisi baku dari peperangan informasi ini namun untuk memulainya kita bisa memahaminya dari sisi militer, karena dari sini kita bisa melihat jenis serangan, persenjataan, ruang pertempuran dan strategi serta pertahanannya.

Dalam istilah peperangan konvensional (militer) dikenal dengan istilah battlefield atau medan pertempuran yaitu ruang dimana terjadi adu kekuatan antara dua pihak (militer) dengan menggunakan persenjataan.

Ruang atau medan pertempuran konvensional ini bisa berupa daratan, lautan dan ruang udara, akan tetapi dengan perkembagan jaman yang menghasilkan teknologi seperti eksplorasi luar angkasa, internet dan media sosial membuat ruang pertempuran menjadi lebih luas, sehingga istilah battlefield tidak lagi cukup bagi pihak militer untuk mengetahui kekuatan lawan dan persenjataan apa yang seharusnya digunakan untuk dapat menyerang dan mempertahankannya.

Maka isitilah battlefield kini menjadi battlespace yang mempresentasikan ruang pertempuran berupa daratan, lautan, udara, luar angkasa, cyber, dan media sosial.

Pada keadaan damai, pihak militer kini tidak perlu menerjunkan diri ke darat, laut dan udara untuk dapat terlibat ataupun mendukung sebuah kekuatan militer lainnya, mereka akan berada di dimensi lainnya yaitu cyber, media sosial dan bila diperlukan juga luar angkasa.

Mereka menggunkan senjata non amunisi melainkan informasi melalui pengumpulan informasi dan penyampaian informasi dimana cara penyampaiannya bisa memanipulasi pihak lawan agar melakukan gerakan yang justru bertolakbelakang dengan strategi yang harus dilakukan.

Kedua pihak yang terlibat peperangan informasi ini akan menggencarkan serangan melalui arus informasi di media media seperti media sosial yang bisa berupa data dan klaim atas sesuatu.

Kita bisa melihat Amerika pada perang Ukraina - Russia dimana Amerika menggunakan satelit dan media lainnya untuk mengumpulkan data dan informasi pergerakan pasukan Rusia sehingga dapat terlibat tanpa menerjunkan pasukan dan peralatan perangnya.

Singkatnya dengan memanipulasi informasi, satu pihak bisa membuat pihak lawan melakukan gerakan seperti yang diinginkan pihak yang memanipulasi informasi tersebut.

Dengan adanya battlespace ini, kini pihak militer tidak selamanya perlu untuk menerjunkan ribuan personnelnya untuk memenangkan pertempuran ataupun peperangan, cukup hanya berada di pangkalan militer mereka dengan segala peralatan dan fasilitas pendukungnya.

Bila kita menerapkan pada kehidupan nyata atau yang bisa disamakan dengan keadaan damai pada sisi militer maka battlespace dari peperangan informasi yang sedang kita hadapi juga adalah sama, hanya saja kita sebagai masyarakat berada diantara dua pihak yang terlibat pada peperangan informasi yang sebenarnya.

Kita pastinya sudah mengetahui siapa yang tengah terlibat pada peperangan informasi ini, namun yang perlu kita sadari adalah bahwa serangan serangan yang dilakukan oleh kedua pihak akan mempengaruhi aksi dan reaksi dari masyarakat yang berada di antara mereka, dan itu akan memberikan hasil berupa kemenangan dari satu pihak.

Untuk menjawab pihak mana kita berpihak  bisa terlihat dari aksi dan reaksi kita sendiri serta adakalanya dari salah satu pihak yang terlibat peperangan berupa denial.

Apa yang memicu dari peperangan informasi ini? Jawabannya sama dengan peperangan konvensional dimana bisa disebabkan oleh keadaan dimana pembicaraan tidak lagi mampu memecahkan konflik atau permasalahan sosial, hukum dan politik baik yang sudah berlalu, tengah berlaku dan akan berlaku terutama mendekati suatu perhelatan yang diinstrusikan oleh konstitusi misalnya.

Bila ada satu pihak yang memang menjadikan kepentingan masyarakat sebagai kepentingan utama maka kemenangan peperangan dari mereka adalah berupa dukungan namun ketika pihak satunya yang justru berhasil mendapat dukungan dari masyarakat maka akan menjadi hal yang tidak dapat dilihat sebagai masalah yang sederhana.

Untuk memenangkan pertempuran informasi ini dibutuhkan lebih dari seperangkat sistem dan perlengkapan canggih saja serta memerlukan lebih dari hanya persatuan dan kesatuan tetapi juga kordinasi , kita bisa melihat ini pada Amerika ketika mengjhadapi serangan 9/11.

Bila satu pihak memang sudah memiliki apa yang dibutuhkan seperti institusi inteligen, cyber security, pengelolaan informasi, militer dan lainnya, dimana kordinasi mereka berpusat, wewenang siapa yang harus meredam gejolak akibat dari serangan berupa information manipulation ?

Denial mungkin benteng pertahanan satu pihak tetapi juga dapat menjadi klaim kemenangan pihak lain bila mereka yakin akan output dari serangan yang dilakukan telah tercapai.

Dan ketika serangan sudah menyentuh pemimpin, proteksi atau pengamanan tidak lagi cukup pada fisik (udara, laut dan udara) tetapi juga sudah pada dimensi lain karena kita bukan lagi berada di battlefield tetapi sudah berada di battlespace.

Dimana posisi kita sebagai masyarakat pada peperangan informasi ini ? bila pada peperangan konvensional dimana wilayah yang diperebutkan maka disanalah kita berada pada peperangan informasi ini.

Kita sebagai pihak ditengah tengah pertempuran informasi ini dituntut untuk lebih bijak menyerap segala informasi yang masuk sehingga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang tidak.

Peperangan informasi ini memang nyata dengan penyerangan berupa informasi pembongkaran kasus lama, data private di koleksi dan bentuk lainnya dengan tujuan dan agenda sang penyerang.

Referensi: Satu Dua Tiga 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun